2 | sirena

60 4 12
                                    

Tubuh perlahan jatuh dengan gerakan melambat. Tidak ada energi yang tersisa untuk menyelamatkan dirinya dari pelukan laut yang membawanya ke dasar samudera. Kedua matanya samar melihat cahaya bulan yang menembus laut. Kapal yang dia naiki untuk sampai berlayar kembali pulang ke rumahnya menjauh dari tempat dia tenggelam. Sepertinya tidak ada seorang pun yang sadar jika mereka kehilangan salah satu penumpang.

Kesadarannya yang semakin menipis membuat dia kesulitan untuk membuka matanya. Dia ingin terus hidup dan pergi dari kegelapan laut ini. Namun, tubuhnya berkata lain. Apakah dia menyerah sampai di sini? Tanpa melakukan perlawanan?

Sebelum manik emasnya menutup, sekilas dia melihat sesuatu yang mendekatinya dan dua tangan yang menangkup wajahnya.

Setelah itu, dia tidak tahu apa yang terjadi.

Kedua matanya terbuka lebar bersamaan dengan mulutnya yang mengambil oksigen sebanyak mungkin ke dalam paru-paru. Dia terbatuk-terbatuk hingga harus memukulkan tangan ke dadanya pelan; mencegah jika dia tersedak.

"Dimana aku?"

Suaranya menggema dalam gua yang baru pertama kali dia lihat. Dindingnya mengeluarkan cahaya dari batu-batu permata yang berwarna hijau. Memberikan kesan indah pada gua yang dingin ini. Pantulan cahayanya juga terlihat pada air ada di dekatnya.

Perlahan, dia memaksakan tubuhnya untuk berdiri dan mengecek isi gua ini. Tidak ada hal banyak yang bisa dieksplor. Ditambah lagi, dia sekarang kedinginan karena pakaian yang dikenakannya basah.

Merasa sesuatu yang ganjal terjadi, isi dalam pikirannya penuh dengan tanda tanya. Bagaimana bisa dia kemari? Siapa yang menyelamatkannya?

Seperti Tuhan menjawab pertanyaannya, terdengar sesuatu dari dalam air yang membuatnya melirik ke arah sumber suara dan secara waspada mendekatinya.

Sebelum kakinya menginjak air, muncul kepala gadis manusia dari dalam air yang membuat dia refleks mundur dam berteriak kaget.

"S-siapa kau!" tanyanya dengan kedua mata bergetar gugup.

Putri duyung yang berhasil menyelamatkannya itu berenang mendekat dan tangannya menyimpan ikan-ikan yang bisa dimakan.

"Maaf membuat Anda ketakutan. Aku hanya ingin membantu."

Suara gadis di depannya ini terdengar indah di telinganya. Hampir mirip dengan peri laut yang menghasut korbannya dengan nyanyian mematikan mereka. Tetapi, gadis duyung di depannya ini tidak seperti salah satu dari peri laut yang sering dia dengar.

"Terima kasih.. aku hanya bingung dan.." dia menggantungkan kalimatnya sejenak. "Apa kau putri duyung?"

Gadis dengan rambut putih dihiasi mahkota dirambutnya itu menganggukkan kepalanya pelan. "Bagaimana keadaan Anda sekarang?"

"Aku baik, kurasa?" jawabnya terdengar seperti bertanya. "Oh, namaku Bokuto Koutaro, rasanya tidak enak jika kau memanggilku Anda," ucap Bokuto yang memberanikan diri untuk duduk lumayan dekat dengan putri duyung yang masih di dalam air itu.

"Bokuto Koutaro..." ulangnya dan entah kenapa menyebut namanya terasa pas dilidahnya. "Namaku Takahara Aiza."

Bokuto tersenyum mendengar putri duyung di depannya memberikan namanya. "Aku akan memanggilmu Aiza, apa boleh?"

𝐆𝐞𝐥𝐚𝐭𝐨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang