7 | occhio

55 4 6
                                    

Banyak pujian yang bisa diberikan Bokuto kepada Aiza. Mulai dari ujung helai rambutnya hingga ujung kaki, Bokuto selalu bisa membuat hati Aiza bergetar karena pujian yang diberikan Bokuto itu.

Ketika mereka memulai hubungan sebagai sepasang kekasih secara publik. Banyak yang bertanya apa yang disukai Bokuto dari Aiza? Apa alasan Bokuto bisa jatuh hati pada gadis berambut putih itu? Kapan Bokuto menyadari perasaan sukanya kepada Aiza?

Sudah pastinya Bokuto menjawab semua pertanyaan itu sambil tersenyum bangga dan Aiza yang mendengarnya merasa malu karena Bokuto yang secara terang-terangan mengatakan hal itu di sampingnya. Seperti menunjukkan bahwa Bokuto harus memberitahukan hal ini pada orang lain agar mereka tidak menyangka hal yang negatif nantinya.

Namun, Bokuto tidak memberi tahu semua rahasianya begitu saja.

Apa pernah mendengar jatuh cinta pada pandangan pertama? Mungkin hal itu yang bisa menjelaskan kenapa Bokuto bisa menyukai Aiza. Ketika tatapan mereka saling bertemu, Bokuto menyadari jika masa depannya akan bersama gadis itu.

Terdengar kisah cinta yang klasik tapi Bokuto percaya dengan hal itu dan dia pikir, dia merasa beruntung bertemu dengan belahan jiwanya dengan cara pandangan pertama itu.

Saat ini Bokuto dan Aiza pulang bersama seperti yang sering mereka lakukan. Kebanyakannya Bokuto yang berbicara dan perpindahan topiknya selalu cepat dan acak, meskipun begitu Aiza menemani Bokuto berbincang agar kekasihnya tidak dalam emo mode.

Ketika mereka berjalan melewati beberapa toko, Bokuto melihat nama toko bunga yang pernah dia beli saat Aiza sakit. Tiba-tiba Bokuto merasa ingin membelikan bunga lagi untuk kekasihnya.

"Koutaro?" Aiza melambaikan tangannya di depan wajah Bokuto dengan ekspresi khawatir.

"Uh?! Maaf Aiza! Aku tadi terpikirkan sesuatu."

"Apa yang Koutaro pikirkan?" tanya Aiza.

Bokuto menoleh ke sampingnya. "Ingat saat Aiza sakit dan aku membelikan bunga aster untukmu? Aku membelinya dari toko bunga yang di sana!" ucap Bokuto sambil menunjuk ke arah toko bunga yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.

Aiza mengikuti arah jari dari Bokuto, "kelihatannya toko bunga itu masih baru."

Bokuto mengedipkan kedua matanya bingung. "Bagaimana Aiza tahu?"

"Dulu, tempat itu dijual oleh seseorang, aku baru menyadarinya padahal sudah sering pulan jalan kemari," jelas Aiza.

"Woah.. itu menjelaskan kalau cat tokonya terlihat lebih cerah," gumam Bokuto. "Kita beli bunga lagi, bagaimana?"

Aiza melirik ke arah Bokuto dan memasang wajah bertanya. Untuk apa dia membeli bunga lagi?

"Kurasa tidak perlu, Koutaro."

"Aku rasa ini sangat perlu! Tunggu di sini sebentar Aiza," tanpa menunggu balasan dari Aiza. Bokuto sudah berjalan mendekati toko bunga itu.

Aiza menghela nafasnya sambil membenarkan tas selendangnya. Dia tidak bisa memprediksi langkah apa yang akan Bokuto lakukan maupun isi dalam pikirannya. Meski sudah lama menjalin hubungan, Aiza belum mengerti sepenuhnya seorang Bokuto Koutaro.

Mungkin akan memakan waktu lama, tapi itu hal yang bagus karena mereka masih banyak memiliki waktu untuk lebih dekat lagi.

Menunggu sekitar lima menit, Bokuto keluar dari toko itu dengan senyuman cerah diwajahnya dan sebuket bunga aster putih yang sama Bokuto pernah beli dulu.

"Koutaro tidak usah repot untuk membeli bunga ini," ucap Aiza selembut mungkin agar tidak melukai hati Bokuto yang sudah membelikannya bunga.

Bokuto menggelengkan kepalanya, "aku tidak repot, kok. Justru, sebisa mungkin aku membelikan banyak hadiah untuk Aiza."

Dada Aiza menghangat mendengarkan perkataan Bokuto yang tulus itu, ditambah lagi pipinya yang merona malu membuat Aiza sulit untuk menatap langsung ke arah Bokuto.

Aiza menerima pemberian bunga dari Bokuto lalu mencium bunganya pelan. Wanginya sama seperti yang diingatkat ketika Bokuto membawanya ke rumah. Aiza tersenyum kecil.

Bokuto yang melihat senyuman Aiza itu ikut tersenyum juga. Dia akan melakukan apapun agar bisa melihat senyum Aiza yang berharga lebih dari apapun dimatanya!

Melihat ke arah bunga yang dipegang dan melihat kembali ke wajah Aiza. Bokuto mendapatkan sebuah ide. Tangan Bokuto mengambil setangkai kecil bunga aster, Aiza memperhatikan gerakan Bokuto selama mereka berjalan bersampingan. Ingin tahu apa yang akan dilakukan kekasih burung hantunya.

Sekilas, kulit putih Aiza merasakan tangan Bokuto yang bergesek lembut lalu bunga yang diambilnya diselipkan ke belakang telinga Aiza.

"Aiza jadi tambah cantik sekarang! Aku tidak bisa berhenti menatapmu," ucap Bokuto dengan pandangan lembut.

Kedua pipi Aiza menghangat dan mungkin saja ujung telinganya sepersekian detik memerah malu. Gerakan manis Bokuto itu berhasil meninggalkan Aiza yang sulit untuk berkata-kata.

"Terima kasih, bunga ini yang cantik."

Bokuto terkekeh mendengar Aiza yang seperti menolak untuk dipanggil cantik. "Aiza itu cantik dan jangan berkata hal yang sebaliknya! Apalagi bunga aster itu 'kan sudah aku bilang sangat cocok denganmu."

Bokuto dan Aiza saling bertatapan dan keduanya tenggelam dalam manik yang berbeda itu. Bokuto tersenyum lalu mengusap rambut Aiza pelan agar tidak acak-acakan.

"Jangan menatapku seperti itu, rasanya Aiza menyihirku dengan dua matamu," ucap Bokuto dengan nada bicara yang entah sengaja dia dramatiskan.

Aiza kali ini yang mengedipkan kedua matanya bingung masih dengan pipi merona. "Kalau begitu maaf, Koutaro," ucap Aiza.

"Tidak, jangan minta maaf. Aku bercanda tadi." Bokuto menegapkan kembali badannya. "Aku suka warna mata Aiza, sangat unik dan damai," ucap Bokuto santai dan senyumannya kembali terlihat di wajah tampannya.

"Umm.. terima kasih, aku juga suka warna mata Koutaro," jujurnya dan menyembunyikan wajahnya dengan buket bunga yang dia pegang.

"Heh?! Aiza suka warna mataku juga?" Aiza mengangguk sebagai respon. "Senang mendengarnya! Kita memang cocok karena suka dengan hal yang sama!"

Aiza melirik kembali ke arah Bokuto dan wajahnya yang dia lihat dari samping menunjukkan sisi kesempurnaannya, cahaya matahari yang agak terlihat jingga itu menyinari wajahnya seperti spotlight di atas panggung.

Rasanya, Aiza benar-benar beruntung memiliki Bokuto di sampingnya.

"Hey, Aiza. Besok mau jalan-jalan ke taman? Ada tempat yang ingin aku kunjungi bersamamu," ajak Bokuto.

Aiza memperlihatkan senyumannya dan jarinya memegang bunga yang ada di telinganya, kedua manik hijau terlihat bercahaya senang. "Tentu, Koutaro. Kita bisa pergi besok."

Melihat keantusiasan Aiza dari dua iris hijau lembutnya itu membuat dada Bokuto membuncah senang. Dia tidak tahu jika dia akan terbiasa dengan perasaan ini, karena setiap saat rasanya dia ingin segera menikahinya.

"Bagus! Aku akan menjemputmu besok!"

――――――――――

Total words : 965
Present to : mbakaiza

𝐆𝐞𝐥𝐚𝐭𝐨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang