3 | malatto

33 5 10
                                    

"Akaashi!!"

Mendengar namanya dipanggil, Akaashi berbalik lalu memasang wajah bertanya pada kaptennya.

"Aku butuh bantuanmu!"

"Bantuan apa, Bokuto-san?" tanya Akaashi pelan.

"Aiza hari ini tidak bisa masuk karena sakit! Apa yang harus aku beri saat menjenguknya nanti?" Bokuto menarik rambutnya frustasi.

Tidak biasanya Bokuto terlihat kebingungan di luar lapangan. Sepertinya Bokuto tidak ingin mengulang kesalahan yang sama saat dia menjenguk Aiza yang malah membawakannya makanan berlemak. Aiza dengan pelan menolaknya karena tidak ingin melukai hati Bokuto.

"Takahara-san sakit apa memangnya, Bokuto-san?"

"Uh.." Bokuto melepas tarikan rambutnya dan kedua mata bulat emasnya berkedip-kedip. "Aiza bilang dia demam."

"Lebih baik Bokuto-san membeli buah-buahan segar pada Takahara-san," saran Akaashi.

Bokuto melipat tangannya di depan dada dan wajahnya tengah mempertimbangkan saran Akaashi. "Kenapa tidak bubur, Akaashi?"

"Bubur memang baik untuk orang sakit agar mudah dicerna. Tetapi, aku yakin ibu Takahara-san sudah melakukan langkah itu, alangkah baiknya memberi buah segar agar nutrisi Takahara-san cukup."

Bokuto menatap Akaashi dengan mata bercahaya senang lalu bibirnya menunjukkan senyum lebar. "Baik! Buah segar untuk Aiza!" kepalan tangan Bokuto meninju ke udara.

"Eh.. tapi, buah apa yang harus aku beri?"

Akaashi menghela nafasnya lalu dia memberitahukan beberapa buah yang dapat membantu menghilangkan demam Aiza. Bokuto mengingatnya langsung dan berharap dia tidak lupa saat membeli nanti.

"Terima kasih, Akaashi! Aku tahu aku bisa mengandalkanmu!" puji Bokuto.

"Sama-sama, Bokuto-san," balas Akaashi dengan senyuman kecil.

Bokuto memutuskan setelah pulang sekolah nanti dia akan membeli buah dan mungkin sebuah hadiah untuk Aiza. Meski Bokuto masih bingung apa yang harus dia hadiahkan pada Aiza.

Kini dia berdiri di depan toko buah dan tangannya selalu berpindah karena ragu buah yang mana bagus. Akaashi bilang, buah apel, pisang, kiwi, melon, jeruk bisa menurunkan demam. Masalahnya adalah Bokuto takut jika rasa buahnya akan berbeda seperti terlalu asam, sudah busuk dan lain-lainnya.

Ketika maniknya melirik ke sekitar toko, dia melihat sekeranjang buah yang sudah lengkap dan sepertinya terlihat segar. Bokuto tersenyum melihatnya lalu meminta penjaga tokonya untuk mengambil satu keranjang buah itu untuknya.

Setelah membeli buah yang dia cari. Bokuto berjalan-jalan sambil melirik toko-toko yang berjajar. Dia masih bingung untuk membeli sesuatu kepada Aiza. Tidak mungkin dia hanya membeli buah pada kekasihnya.

Bokuto menghentikan kakinya ketika melihat toko bunga di depannya. Mungkin, bunga untuk Aiza bisa membuatnya tersenyum. Dengan perasaan senang didadanya, Bokuto masuk ke dalam toko bunga itu.

Ketika kakinya menapaki lantai bersih toko itu, harum segar bunga menyambutnya. Banyak variasi warna, bentuk yang dipajang di toko ini. Bokuto kembali bingung karena dia tahu Aiza menyukai bunga apa dan lagi jika dia salah membawa bunga yang memiliki berbeda dari tujuannya, dia akan melihat wajah sedih Aiza.

"Ada yang bisa saya bantu?"

Bokuto melirik ke sampingnya dan melihat wanita yang terlihat masih muda. Sepertinya dia yang memiliki toko ini.

"Aku ingin membeli bunga tapi aku tidak harus yang mana.." ucap Bokuto sambil menggaruk belakang kepalanya.

Wanita muda itu tersenyum lembut menanggapi kebingungan Bokuto. "Saya bisa membantu. Untuk siapa Anda berikan bunganya nanti?"

Bokuto tersenyum mendengarnya lalu menjawab dengan senyuman, "aku akan menjenguk kekasihku yang sakit jadi aku bingung bunga mana yang harus aku pilih."

Wanita muda itu terkekeh lembut mendengar perkataan Bokuto lalu dia menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak perlu bingung, saya rekomendasikan bunga aster ini karena melambangkan kasih sayang serta kesabaran," wanita itu mengambil sebuket ukuran sedang bunga aster. "Sangat cocok untuk orang yang ingin Anda jenguk," akhirnya dengan senyuman.

Bokuto menganggukkan kepalanya senang karena arti dari bunga ini pas dengan yang dia inginkan! Ditambah lagi, bunganya terlihat simpel, kecil dan kebetulan bunganya berwarna putih sama seperti rambut Aiza.

"Aku beli yang ini kalau begitu!"

"Baik, mohon tunggu sebentar, ya."

Bokuto tidak menyangka semuanya berjalan lancar dan sekarang dia tinggal pergi ke rumah Aiza. Senyumannya tidak pernah luntur dari wajahnya.

Aiza sedang membaca buku dengan tenang di dalam kamarnya. Sayang sekali hari ini dia tidak bisa pergi ke sekolah dan membantu pekerjaan orangtuanya.

Tidak sadar jika dia malah melamun daripada membaca, tubuhnya tersentak kaget mendengar suara yang tidak asing ditelinganya.

"Bibi! Ini Bokuto!"

Aiza seharusnya tidak terkejut jika Bokuto akan menjenguknya hari ini. Melanjutkan kembali bacaannya, dia mendengar suara ibunya yang berbicara dengan Bokuto.

Ketukan di pintunya membuat Aiza menghentikan bacaannya. "Silahkan masuk."

Bokuto membuka pintunya dan dikedua tanganya terlihat sekeranjang buah dan bunga aster yang tentunya Aiza mengetahuinya dengan sekali melihat.

"Bibi mengizinkanku untuk menjenguk, Aiza. Bagaimana keadaanmu?" tanya Bokuto lalu meletakkan bunga serta keranjang buah itu di atas meja di samping tempat tidur Aiza.

"Sudah lebih baik, terima kasih menyempatkan kemari, Koutaro," ucap Aiza.

"Sama-sama! Aku tidak ingin dicap sebagai kekasih terburuk karena tidak menjenguk kekasihnya," ucap Bokuto yang berhasil membuat kedua pipi Aiza memerah malu.

"Oh! Aku membeli Aiza buah-buahan dan bunga aster. Aku harap Aiza menyukainya!"

Aiza tersenyum melihat Bokuto yang menyiapkan semua ini untuknya. Rasanya, dadanya menggelitik hangat dengan gerakan manis dari Bokuto.

"Terima kasih, aku menyukainya. Sangat. Apalagi, bunganya," jari Aiza menyentuh kelopak bunga kecil aster.

Bokuto mengikuti gerakan tangan Aiza. "Aku juga suka dengan bunga aster. Sama sepertimu."

Aiza mengedipkan kedua matanya bingung dengan perkataan Bokuto yang menyamakannya dengan bunga aster. "Sama denganku?"

"Iya! Terlihat cantik, kecil dan elegan," jawab Bokuto.

Tidak bisa disembunyikan lagi wajah Aiza yang merona malu. Perkataan Bokuto selalu berhasil membuatnya sulit untuk berkata-kata. Aiza mengambil bunga aster itu ke dekapannya.

"Terima kasih, Koutaro. Aku senang Koutaro menjengukku hari ini."

―――――――――――

Total words : 890
Present to : mbakaiza

𝐆𝐞𝐥𝐚𝐭𝐨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang