The Ring

813 110 15
                                    

"Ajhussi kau berniat membuatku mati muda?"

Tae Vee aneh. Atau ... dia sedang error? Apa karena ciuman barusan otaknya jadi bermasalah?

Kenapa yang dia tangkap dari wajah bersungut penuh amarah itu malah ... rona merah dikedua sisi pipinya layaknya buah tomat. Dan bibir yang mencebik seperti paruh dengan warna kemerahan.

Tae Vee bahkan masih bisa merasakan getaran di dadanya. Tapi wajah itu .... Bibir itu  ....

Berhenti. Tae Vee menurunkan pandangan. Menggeleng pelan sambil memejamkan mata. Tujuannya hanyalah ... agar bayangan akan kejadian barusan itu hilang!

Tae Vee jadi ingat rasanya.

Namun ketika semua gelap, malah aroma charry itu yang tercium. Sialan. Bukan cuma itu, ternyata ada bau lain yang sempat dia hirup. Aroma yang berasal dari bahu gadis kecil di hadapannya.

Dan, apa ini? Geli yang menjalar dari perutnya. Seperti kupu-kupu sedang beterbangan di sana seolah tengah berpesta.

Tidak. Tae Vee bahkan pernah merasakan yang lebih mendebarkan lagi. Tiap debarannya didasari rasa. Tiap sentuhan terasa begitu bermakna.

Tidak. Ini bukan apa-apa. Tak ubah seperti gelas kosong. Tidak ada apa-apanya. Tidak ada cinta. Tidak ada rasa.

Tae Vee memilih mengalihkan pandangan ke arah para tamu yang sebagian besar tengah mengabadikan moment mereka. Tersenyum berusaha terlihat baik-baik saja. Tapi tahu apa mereka. Ini bukan pesta pernikahan melainkan ... perayaan kehancuran untuk dirinya.

Gadis itu yang menemaninya dari awal. Sebelum nama Kim Tae Vee dikenal banyak orang seperti sekarang. Saat Kim Tae Vee hanyalah seorang anak petani yang bercita-cita menjadi seorang idol ternama.

Tae Vee ingat betul ketika ia dan Tyuzu harus berpura-pura tidak saling tertarik ketika menghadiri musik award maupun music show agar tidak ada fans yang curiga idol mereka punya hubungan. Tae Vee sampai harus curi-curi pandang jika ingin menatap Tyuzu.

Lalu Tae Vee juga ingat betapa mendebarkan kencan mereka yang terasa seperti buronan. Mereka harus berpakaian serba hitam. Memakai topi hitam dan masker hitam. Berjalan satu langkah saja mereka harus mengawasi keadaan sekitar terlebih dahulu.

Kenyataan bahwa mereka tidak lagi bisa bersama. Perjuangan itu terasa sia-sia karena pada akhirnya gadis tidak dikenal ini yang harus Tae Vee jaga.

Tepat setalah kilas balik Tae Vee berakhir, matanya menangkap gadis itu telah berdiri di sana. Seperti mimpi buruk yang perlahan menjelma menjadi nyata.

Di belakang para tamu yang tengah berseru bahagia. Gadis itu berdiri kaku. Sendu tatapannya. Bahkan hanya dengan melihat wajahnya Tae Vee tahu betapa hancur gadis itu saat ini.

"Tyuzu!" Teriakan refleks Tae Vee mengagetkan para tamu. Terlebih lagi saat Tae Vee meninggalkan altar demi mengejar gadis yang berlari keluar dengan menahan air mata. Hening seketika membelenggu bersama tanda tanya besar, apa yang sebenarnya sedang terjadi?

Tae Vee menarik lengan Tyuzu ketika berhasil mengejarnya di luar gedung. Tyuzu tampak menahan tangisnya dengan punggung tangan. Berusaha agar setidaknya hanya dia yang merasa hancur.

Tapi Tyuzu salah, hanya dengan melihat air mata Tyuzu Tae Vee merasa menjadi lelaki paling gagal di muka bumi. Ia gagal membahagiakan wanita yang ia cintai.

Terdiam beberapa menit. Seolah membiarkan luka masing-masing semakin terbuka dan berdarah. Membiarkan Tyuzu sesenggukan di hadapannya. Tae Vee sudah tidak berhak. Sudah tidak bisa memberikan ketenangan untuk gadis ini. Ia sudah bukan siapa-siapa lagi untuk Tyuzu.

"Maafkan aku. Tolong maafkan aku, Tyuzu."

"Wae oppa, wae?! Kenapa melakukan ini padaku? Oppa berjanji untuk kembali? Wae oppa, wae geure?!"

Tae Vee membiarkan Tyuzu memukuli dadanya melampiaskan kesal, luka kecewa dan kesedihan yang bergumul. Mendorong Tae Vee tanpa tenaga sedangkan Tae Vee sama sekali tak berniat mundur.

"Apa yang terjadi? Oppa melupakan aku? Wae? Oppa melupakan semua hal yang sudah kita lalui bersama?"

"Maaf. Ini bukan sesuatu yang bisa aku hindari. Ini semua di luar kekuasaanku. Aku tidak bisa menolak, Tyuzu. Maafkan aku."

Tyuzu mendongak dengan wajahnya yang berderai air mata. "Kenapa tidak menjelaskan apa-apa padaku? Oppa pergi begitu saja tanpa kabar! Oppa pikir apa hatiku ini?"

"Maaf." Satu kata terasa ribuan kata terucap. Beratnya menyesakkan dada. Bukan kata-katanya, tapi akibat dan sebabnya. Kenyataannya Tae Vee yang bersalah di sini.

Tyuzu kehilangan kekuatan. Akhirnya hanya menangis yang bisa ia lakukan karena kenyataannya, tunanganya sudah menjadi suami orang lain.

Tyuzu tetiba melepas dekapan Tae Vee ketika dekapan Tae Vee terasa mengerat. Memaksa jarak membentang diantara mereka.

Mengusap kedua matanya yang berair. Melepas sesuatu dari jari tangannya kasar. Kini tatapannya berubah nyalang. Meredam sesenggukan bahkan tangisan yang seharusnya ia luapkan.

Tyuzu meraih tangan Tae Vee lalu meletakkan cincin pemberian Tae Vee di sana.

"Aku tahu dia memang lebih baik dari ku, Oppa. Dia lebih pantas memakainya.

Lupakan aku dan aku juga akan melupakanmu.

Seorang penghianat tidak pantas ditangisi. Apalagi diingat lagi."

Rasanya bumi ini seperti runtuh. Runtuh menjadi puing puing kekecewaan yang mendalam. Tyuzu memilih mengakhiri semuanya yang memang sudah berakhir. Akhir yang benar-benar berakhir.

Tae Vee ingin mengejar gadis itu lalu mendekapnya. Mengatakan ribuan maaf dan berjanji untuk tidak meninggalkannya lagi. Tapi bahkan Tae Vee juga tahu itu hanya akan menjadi luka dan kebohongan lainnya. Kemustahilan yang tidak akan pernah menjadi nyata.

"Wah ... Apa ini? Aku baru saja diselingkuhi di hari pernikahanku?" Pertanyaan yang lebih seperti ejekan itu sudah bisa dipastikan berasal dari siapa.

Tae Vee berbalik. Tampak gadis kecil centil yang masih mengenakan gaun pengantin itu bersedekap mengangkat dagunya. Dia pasti sedang mengejek Tae Vee habis-habisan dalam hati.

Tae Vee rasa Jisuu lebih cocok berusia enam tahun daripada dua puluh tahun. Apalagi ditambah rambutnya digulung mengekspos leher.

"Ya, Ahjussi, apa dia pacarmu? Apa dia meninggalkanmu? Ayo kejar Ajhussi! Kenapa diam saja? Kejar ...!"

Gadis itu sedang berusaha memprovokasi dirinya. Dia tidak memikirkan kalau pria itu adalah suaminya sekarang.

"Ya, Ajjussi ...." Jisuu mendekat lalu sedikit mendongak hingga bibirnya hampir di sebelah telinga Tae Vee. Tak menyadari tubuh mereka tak berjarak.

Setengah berbisik dia berkata. "Bagaimana kalau kita buat kesepakatan?"

"Ahjussi kejar pacar Ahjussi. Lalu aku bilang ke Appa kalau Ahjussi selingkuh dengan mantan pacar Ahjussi. Lalu Appa akan marah dan memisahkan kita berdua."

"Lalu ahjussi bisa kembali ke pacar Ahjussi dan aku akan kembali ke pacarku. Kita bisa saling terbebas ya, 'kan?"

Jisuu menaik turunkan alisnya sambil tersenyum jahil. Tae Vee menghela napas tidak habis pikir. Pemikiran Jisuu benar-benar kekanak-kanakan.

Jisuu tercekat heran ketika Tae Vee malah meraih tangan kanannya. "Ya, Ahjussi mau apa?!"

Tae Vee memasangkan cincin mikik Tyuzu di jari manis Jisuu. Seperti yang Tyuzu katakan, Jisuu lebih pantas memakainya. Sekarang ada dua cincin disana. Cincin pernikahan dan ... cincin pertunangan?

Tae Vee menatap dalam manik mata gelap di hadapannya.

"Dia masa lalu, dan kamu masa depanku. Dia hanya akan menjadi kenangan. Sedangkan kamu akan menjadi tanggung jawabku selamanya, Kim Jisuu."

Jisuu mencebik. Itu tandanya ... dia kalah.

****

Stranger Wife #VsooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang