untuk sembilan tuan yang dulunya selusin pilar.
aku titip rindu dalam bumi jingga ini. pertama sekali kulihat sabit itu ketika aku beranjak dewasa. lalu menjadi candu melihat tarian kupu-kupu itu.
beruang penguasa tarian, si dingin dengan candala uniknya, kesayangan nusantara heksagon, tuan tinggi sejuta kemanisan, asma rantai harsa segenap insan, tuan pengemudi berselimut ketenangan bak fajar, sosok terlihat sedikit kata namun banyak perasa tersimpan dalam lubuk rahasia, pemilik rupa ananda namun angka terlampau dewasa, tuan kini melahirkan lingkar kenyamanan dan tiga tuan lenyap dari permukaan heksagon tetapi tidak dalam benak hati kami yang selalu saja meminta pencipta terus menjaganya dalam semesta meski pelangi mimpi semakin menumpuk dan tak jua mempertemukan netranya.
wahai penghias bumantara yang begitu menakjubkan citranya. dewi malam seakan merasa terkalahkan ketika bersua dengan selusin berlian.
sabit kepunyaanmu ingin ku lukis berkawan lembayung.mengapa pahatanmu sungguh anindita sang maha kuasa?
membuat semakin merasa merana.aku sungguh dalam mencintai mereka tapi tertampar naskah nyata. lara ku hilang ketika menilik suara menggema di atas bangunan. tarian, senandung merdu jadi acuman atma
layak menyerupai nirmala.nestapa bertamu saat kelip mereka kian melayu seakan arunika. mungkin mereka letih kataku menghibur hati. akan tetapi semakin lenyap ditelan bumi.
satu persatu berlian mulai ditarik dan meninggalkan aku kini bernestapa.
semakin menumbuhkan gamang berharap cemas.salahkah jika aku meminta anjangsana. afeksi kucari ke suluruh penjuru tapi tak ada yang sebesar kepunyaan kalian.
ku tahu kalian begitu iba melihat kami menabung rindu, tiap malam hanya menyaksikan hiburan lampau dan berakhir sedu sedan pada larut malam.
yang sempat pukah dan terambau tak lupa bangkit dengan tungkai. sering kali rekah dilukis noda cela. namun lagi kalian bisa tetap kokoh.
kepunyaan aura membara seketika melirik figur usang dalam lemari kerinduan.
penantianku tak mungkin berlarut lama. seracik luka akan terobati ketika kita kembali bersua lalu menggema mengatakan bahwa kita saling mencinta walau rupa tak dapat disentuh dengan hasta secara nyata.
potret kerinduan
KAMU SEDANG MEMBACA
Helai Buana ✓
Poetry✧˖° 🕊 ❞ ceritera ambau. jiwa lewat aksara yang tak bisa bicara © yantrasta 2020