- cerita pukul dua dini hari -

157 20 14
                                    

"hingga sang senja pun mengalah fajarnya diambil mentari demi kebahagiaan sang fajar"

~~~

sejak ia masuk ke kamarnya, ia tak bisa tertidur sama sekali.

ia hanya menatap ke arah langit langit kamarnya sembari bersenandung kecil.

"i wonder how, i wonder why yesterday you told me abouth big blue sky and all --"

senandungnya terpotong saat ia mendengar suara petir yang keras dan semua lampu padam.

ia tak berencana untuk ke kamar hanlim malam itu karena ia takut hanlim sudah tidur dan ia membangunkannya.

namun beberapa detik setelah lampu padam ada yang mengetuk pintu kamarnya.

tok tok tok

"ra, udah tidur kah?"

"belum, masuk aja han ga dikunci" balasnya.

hanlim pun masuk ke kamar aera dan duduk di sebelah aera.

keduanya berdiam diri cukup lama, bingung harus membuka topik apa.

hanlim pun mengalah pada sunyi dan mulai membuka topik.

"ra, kenapa belum tidur udah jam 1 malem loh"

"ngga, ga pengen tidur semuanya benci aku sampe aku tidur pun dibenci sama mereka"

"siapa?"

"keluargaku"

"ya kau tahu kan bagaimana keluargaku?" tanyanya sembari tersenyum miris.

"maaf ra" ucap hanlim merasa bersalah

"gapapa han bukan salah kamu juga"

"selama 2 tahun aku ingin kebebasan dan kebahagiaan seperti tania namun sepertinya aku tak punya hak itu" lanjutnya

"aku ga punya tiket bahagia dihidupku, bahkan tiket kebebasan pun gaada. ku kira awalnya mereka peduli dan akan memberikanku tiket kebahagiaan namun itu semua salah, mereka hanya membuat tiket kesedihan dan luka di hidupku"

hanlim terdiam, tak mampu berkata kata lagi. ia merasa bersalah telah bertanya seperti itu.

"tapi untungnya bundaku masih sayang sama aku" ucap sang gadis lagi

"bunda?" ucapnya bingung

"yaa aku emang bukan anak mamaku, aku anak bunda tapi bunda udah meninggal 5 tahun lalu pas dia lagi belanja di pasar dia ketabrak mobil sampe koma 10 hari tapi sayang bunda ga bisa selamat. bunda sama papa cerai pas aku lahir karna yaa kata papa sih bunda selingkuh dan papa akhirnya nikah lagi sama mama setelah umur aku 4 tahun"

"boleh liat foto bundamu?" tanya hanlim yang di balas anggukan oleh aera.

aera merogoh kantung celananya dan sesegera pun menunjukan foto bundanya.

foto seorang perempuan paruh baya dengan muka yang sangat amat cantik dengan dress kotak kotak dipadukan heels putih ditunjukan oleh aera dari layar handphonenya.

"ini bundaku...."

"dulu sepulang sekolah aku suka main kerumah bunda, bahkan papa dan mama suka jemput aku di rumah bunda"

"anak bunda ada 2. aku sama adik tiriku namanya hazel"

"bundamu cantik ya, kayak kamu" puji hanlim di sela sela perbincangan serius mereka.

"hehe bisa aja deh" kekeh aera.

waktu begitu cepatnya, menelan semua perasaan campur aduk yang mereka curahkan pada dini hari tersebut.

ya yang jelas aera kangen kepada bundanya yang sudah tenang disurga sana.

• to be continue

[✓] HOME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang