"waktu mungkin berjalan dengan cepatnya namun kenangan lah yang tertinggal di ujung waktu dan menyimpan semua cerita pedih di dalamnya"
~~~
seminggu berlalu begitu cepat bagi mereka. Kini mereka harus meninggalkan pantai tenang itu dan mengucap rindu pada alunan musik yang dibuat oleh ombak.
keluh kesah pukul dua dini hari tentang bundanya pun hanya rahasia mereka.
memang ya kadang kehidupan tak semulus perkiraan.
keduanya tiba di sekolah, sebenarnya hanya untuk pamit pamit belaka kepada guru guru.
"pisah disini ya ntar kalo udah aku tunggu di mobil" kata hanlim yang dibalas anggukan oleh aera.
aera pun berjalan menyusuri koridornya yang kini sangat amat sepi. entahlah dirinya pun tak peduli dengan sekitar sekarang, yang ia pikirkan sekarang adalah hanya bertemu dan berterimakasih kepada bu anggi.
ia melihat satu persatu ruang kelas yang kosong sampai akhirnya ia menemukan bu anggi di kelas 8.
dirinya pun menghampiri bu anggi yang tengah menilai tugas siswanya.
"Bu anggi"
"Eh aera, gimana kemarin liburannya?"
"seru bu, aera kesini mau bilang makasih sama ibu karna udah ngajar aera,bantuin aera dari masalah dan lain lain. Maaf aera ga bisa ngasih apa apa buat ibu, jujur aja aera ga mau ninggalin ibu"
"gapapa ra udah belajar yang bener ya nanti kapan kapan kita ketemu lagi" ujarnya sembari menepuk nepuk kepala aera 2 kali.
"kalo gitu aera permisi ya bu" pamitnya yang dibalas anggukan oleh sang guru.
aera pun keluar dari kelas 8 dan lama kelamaan punggung itu menghilang dari pandangan gurunya.
aera pun kembali ke tempat parkir dan melihat hanlim bersama dengan seorang perempuan seumurannya.
aera tak langsung menghampiri hanlim kala itu namun ia bersembunyi di balik pohon dan mendengar samar samar perbincangan keduanya.
"jadi gimana lo sama si aera?" tanya sang gadis.
"ya gitu aja gaada yang menarik biasa barang taruhan selalu ga menarik" balas hanlim santai.
"ga salah lo pacaran sama gue"
"ya iyalah van gue ga salah, yang salah itu gue mau pacaran sama si aera itu"
"tapi kan katanya lo udah daftarin dia ke SMA punya bokap lu sama lu udah kenalin dia ke nyokap lu nah itu gimana urusannya?"
"gampang lah yang gitu mah"
jadi aera selama ini hanya barang taruhan? everything is crazy right now. pipi putih itu terbasahi oleh air mata yang secara tak sedar turun dengan sendirinya, buru buru aera mengusapnya kasar dan berjalan ke arah hanlim dan mengambil tas nya di mobil milik hanlim, agaknya itu membuat hanlim terkejut.
"ra kamu salah paham"
"aku kira selama ini ada yang cinta sama aku selain bunda tapi nyatanya kamu juga sama nyakitinnya kayak tania,mama sama papa" ucapnya sembari masih menangis.
"bahkan aku tadi denger ya kamu bilang kalo aku cuman jadi taruhan doang, kamu pacaran sama vania, dan kamu pacaran sama aku tanpa rasa cinta"
"kalau gitu mending aku ga usah sekolah, gausah sok ikhlas mau bayarin biaya sekolah aku. mending kalo kayak gini dari awal aku udah nyari biaya, ga perlu aku ikut liburan ga perlu sama sekali. thanks hari harinya gue harap lo langgeng sama vania" ucap aera yang lalu pergi meninggalkan hanlim sembari menarik kopernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] HOME
Teen Fiction[Part one of Home series] "untukmu seorang gadis pemilik senyum seindah senja" © happyyypurple , 2020.