3. Astaga!

2K 203 8
                                    

Alma masuk ke kelas dengan wajah cemberut. Jika saja sudah lama mengenal Azlan, pasti kedua tangan Alma telah mencakar wajah tampannya itu. Menciptakan kehebohan yang dapat memecah hening di sekolah ini.

Bahkan, pacarnya pasti marah besar. Wajah merah padam seperti telah makan banyak cabai, asap mengepul di atas kepala. Wah, semua itu bisa saja terjadi tadi.

Namun, semua urung dilakukan. Tentunya berusaha menciptakan kesan baik pertama kali bertemu, akan membuat seseorang itu pun bersikap baik. Ya, berbeda dengan Azlan yang memang sedikit memancing emosi sehingga dia juga menunjukkan sikap yang tak baik.

Langkah yang tergesa-gesa sekilas diperhatikan oleh Sakha. Namun, pemuda itu hanya diam tak mau ikut campur. Ia memilih merapikan tas yang disandarinya, tetapi tidak lama karena ia kembali menoleh cepat saat suara kencang di sekitar tempat duduk terdengar.

Alma terjatuh, tetapi buru-buru dia bangun dan bergegas duduk di tempat duduknya dengan diam, menutup wajah dengan buku yang baru diambil dari dalam laci.

Langkah kaki terdengar masuk kelas. Semua mata menoleh, tampaklah Azlan dengan kegantengan alami bak pangeran berkuda.

"Azlan!" Suara nyaring itu, membuyarkan lamunan, menghempas jauh tatapan menginginkan dari belasan gadis di kelas itu.

Bukan main, Zalfa langsung menghampiri lalu berdiri di sampingnya. Namun, pemuda itu tampak memandangi Alma yang kini sibuk menutupi wajah menggunakan buku.

"Kenapa dengannya?" tanya Azlan pada Zalfa dengan tatapan masih memperhatikan Alma.

"Oh, itu, tiba-tiba saja gadis itu masuk terus nggak sengaja kali mau jalan ke kursinya tapi karena buru-buru, ya, gitu. Akhirnya kesenggol terus jatuh." Zalfa menjelaskan panjang lebar, sementara Azlan hanya ber 'Oh' ria lalu mengangguk paham.

Berarti tidak salah, jika ada gadis yang dibantu berdiri oleh Luna sang wakil ketua osis itu. Mungkin dia yang habis tersenggol dengan Alma.

Kini, tampak guru masuk dan semua langsung mengambil duduk di tempat masing-masing.

***

Bel baru saja berbunyi dan para siswa dan siswi mulai berjalan menuju luar kelas masing-masing. Sama hal nya dengan Alma, gadis itu meraih tas dan akan bergegas pulang. Namun, belum sempat melangkah jauh Sakha langsung berdiri di depannya membuat Alma terkejut.

"Ngapain di situ? Menyingkirlah, aku mau pulang."

Sakha tampak mengulurkan tangan. Apa maksudnya? Alma tidak mengerti. Oh, apa Sakha ingin menggenggam tangan Alma? Sangat sweet. Jujur, saat ini gadis itu mulai gugup. Ada rasa yang tak dapat tergambarkan di sana, di tempat terdalam dari hatinya. Huh, dasar Alma!

"Almaira!" panggilan Sakha langsung menyadarkannya. Membuat gadis di hadapannya gelagapan dan terlihat salah tingkah.

"Eh, apa?"

Sepertinya Sakha harus sabar. Dia melirik tas milik Alma lalu kembali melihat gadis itu. Alma makin senang karena itu, karena Sakha mau membawakan tas miliknya. Memang sosok yang menggemaskan.

Sesegera mungkin, Alma melepas tas miliknya lalu menyodorkan pada Sakha dengan senyum yang tak dapat disembunyikan. Namun, berbeda dengan Sakha. Justru kening pemuda itu tampak berkerut, bingung dengan Alma.

"Huh! Baiklah, biar aku yang ambil sendiri," ucap Sakha.

"Hah! Kamu taruh sesuatu di tasku, apa itu, coklat?" Tanpa berpikir panjang, Alma langsung mengungkapkan apa yang terpikir, tetapi Sakha tak menanggapi dan masih sibuk mencari sampai akhirnya menemukan apa yang dicari.

Sakha mengeluarkan salah satu buku miliknya lalu memperlihatkan pada Alma. "Ini, aku cari bukuku sendiri bukan yang lain. Apa kamu sudah selesai?"

Sontak senyum yang mengembang itu langsung hilang, terganti dengan raut kesal sekaligus mulai cemberut.

Argia (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang