dua puluh satu

498 32 35
                                    

Setelah beberapa jam menempuh perjalanan. Akhirnya Ali dan Mila sampai disalah satu Villa Milik Ali.

Villa ini bukan milik Ali, tapi milik keluarga Ali. Lebih tepatnya milik alm. Nenek Ali, yang beberapa tahun lalu meninggal. Dan sekarang Villa ini kosong, hanya ditinggali ibu Sari seorang asisten rumah tangga yang sudah lama mengabdi di keluarga Ali.

Mila memandang bangunan Villa dihadapannya. Lalu melirik Dokter Ali yang sedang menatapnya.

"Ayo turun."ajak Ali begitu sadar dari keindahan makhluk Tuhan yang dihadapanya ini.

Ali turun dari mobil begitupun Mila yang ikut turun dari mobil.

"Ini Villa keluarga saya, Mil. Ayo masuk."ajak Ali. "Didalam ada ibuk Sari, tenang saja. Aku juga tidak suka ibu hamil."ledek Ali terkekeh melihat raut wajah ragu Mila.

Bu Sari menyambut kedatangan cucu majikanya.
"Ali! Yaampun nak. Sudah lama ibuk tidak dijenguk sama nak Ali."ucap Ibuk Sari meneteskan air mata melihat sosok cucu majikannya yang sudah lama tidak berjumpa denganya.

Ibu Sari sudah dianggap keluarga oleh keluarga besar Ali. Apalagi bu Sari yang telah berjasa mengurus dan merawat nenek Ali di Villa ini.

"Iya, buk. Maaf Ali baru kesini."Ali menggaruk tengkuknya gatal. Merasa bersalah karena sudah lama tidak menjenguk asisten kesayangan neneknya.

"Iya, nak. Ibu tau, kamu kan Dokter, pasti sibuk sekali."jawab Sari masih dengan mata berkaca-kaca.

Cukup lama Sari mengabdi di keluarga besar Ali. Saat itu Sari baru berumur 14 tahun. Saat nenek Ali masih muda, bahkan saat Ali sudah beranjak dewasa, Sari masih mengabdi. Sari juga tidak pernah kenal namanya pria, hidupnya hanya untuk mengabdi didalam keluarga Ali.

Mila memerhatikan interaksi Ali dan Sari. "Dokter?"panggil Mila menarik ujung baju Ali.

"Eh iya lupa."Ali terkekeh malu.
"Ibuk, perkenalkan ini Mila."sambung Ali pada buk Sari.

"Sari, nona. Pacar kamu, nak Ali?"tanya ibuk Sari penasaran. "Wah cantik sekali ya, seperti artis atau model ya?"seru ibu Sari memerhatikan Mila dari atas hingga bawah.

Mila menunduk malu saat Sari memujinya.

"Doa-kan saja, buk."jawab Ali membuat Mila mendongak bingung dengan jawaban Ali.

"Berarti belum dong ya? Sayang banget nak. Yang penting Ali berjuang aja ya."Sari memberi semangat, membuat Mila semakin malu.

"Yaudah buk, Ali mau ke kamar. Ibuk tolong anter Mila kekamar tamu, ya."ucap Ali pada bik Sari.
"Kamu dianter sama bik Sari ya. Besok pagi kita bicara lagi."kali ini Ali bicara pada Mila sambil tanganya mengelus pucuk kepala Mila.

Mila menatap kepergian Ali. Lalu suara ajakan ibuk Sari mengintrupsi Mila untuk mengikutinya.

"Ini kamarnya, non."Sari membuka salah satu kamar tamu untuk Mila tempati.

"Panggil, Mila saja bu."ucap Mila tersenyum pada Sari.

"Iya nak Mila. Kalau perlu sesuatu Nak Mila bisa panggil ibuk dikamar belakang."jawab Sari sambil tersenyum membalas senyum ramah Mila.

Sepeninggal Sari dikamarnya. Mila termenung duduk dipinggir ranjang dengan sendu.

Ya.. Sekarang, Tuhan sudah ambil apa yang Mila punya dunia ini. Mulai dari ketenaran, fans, karir, keluarga. Semuanya sudah Tuhan ambil dalam sekejap.

Tapi Tuhan memberikan titipan kembali kepada Mila. Berupa janin kecil yang sedang tumbuh didalam rahimnya.

Meski Mila belum bisa menerima janin ini. Tapi Mila akan berusaha. Seperti yang dikatakan Dokter Ali dimobil saat perjalanan ke Vila ini.

Turun ranjang (Kevin-Mila Story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang