Chapter 2

30 9 0
                                    

Punggungku setia bertumpu pada tembok tipis dibelakangku. Hampir semalaman aku berada dalam posisi ini, kaki terlipat dengan lengan yang mengait lipatannya. Kufokuskan pikiran dan pendengaran, berusaha mencuri dengar sesuatu yang kembali membuat dadaku merasakan sakitnya.


Kesunyian dihiasi dengan raungan pelan,

Adikku menangis tertahan.


Aku tahu, tidak seharusnya aku berada disini. Namun semua hal yang terjadi di belakangku membuatku tidak berkutik. Terpaksa menunggu waktu yang tepat untuk benar-benar pergi.

Di dalam ruangan tanpa penerangan ini, aku terdiam tak bersuara. Sesekali menatap telapak tangan pucatku, lalu menghela napas berat. Entah sampai kapan aku terjebak pada kenangan masa lalu, merutuki perbuatan-perbuatan bodohku, menyesali semua hal yang sudah berlalu.

Harapan dapat mengembalikan waktu, tidak akan berhasil walau untuk satu makhluk pun. Dan aku cukup tahu diri untuk tidak memohon harapan semustahil itu. Karena aku hanya meminta satu harapan sederhana.


Aku ingin bahagia,

Bersamanya.

Menunggumu, DisiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang