Chapter 4 - Final

20 8 0
                                    

Aku berjalan santai, sesekali bersiul guna mengisi sunyi yang bersemayam rumah besarnya. Malam ini suasana hatiku sedang dalam keadaan yang sangat baik. Tidak tahu mengapa, aku hanya merasa akan ada hal baik yang mendatangiku.

Pintu kamarnya, pintu besar berwarna coklat tua itu terbuka lebar. Yah, tidak ada gunanya juga ia menutupnya. Toh, hanya ia seorang penghuni rumah besar ini. Aku mulai memasuki ruangannya, melewati celah yang memang seperti di sediakan untukku.

Ia sedang duduk bersandar pada ranjang besarnya, menatap kosong tembok di hadapannya. Perlahan aku menghampirinya, membisikkan sesuatu di telinganya, lalu kembali berdiri di samping pintu masuk kamarnya untuk mengawasi setiap pergerakannya. Beberapa detik setelah aku memperhatikannya, ia mulai menumpahkan perasaannya.


Di ruangan gelap kesayangannya,

Ia mulai menunjukkan kelemahannya,

Meraung-raung seperti orang kesetanan,

Berlari ke sudut ruangan,

Menghancurkan semua barang yang tertangkap netranya.


Telingaku mendengar suara nyaring dari sana,

Kulihat samar siluetnya sedang menggenggam benda yang siap melukainya.

Tak butuh waktu lama sampai darah segar mengalir dari lehernya.

Akhirnya, ia lelah dengan hidupnya.


Aku mematung di tempatku, masih memperhatikan perempuan yang saat ini sudah tergeletak mengenaskan di atas kasurnya. Wajahnya tampak lebih pucat dari biasanya, namun di mataku ia terlihat lebih cantik dengan warna kulit barunya. Tanganku bergerak mendekati matanya, menutup kelopak yang bahkan tidak melawan saat jariku mengelusnya. Telunjukku terus beranjak ke hidungnya, lalu tersenyum senang saat tak merasakan udara hangat keluar dari kedua lubang di hidungnya.


Setelah sekian lama,

Aku kembali mencintainya,

Aku kembali menyayanginya,


Karena kami, akhirnya dapat kembali bersama.

Menunggumu, DisiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang