Ada apa dengan Pak Devian?

10 1 0
                                    

Keesokan harinya, gue yang baru saja tiba disekolah, ada dua anak perempuan yang menghampirinya.

"Bianca, lo dicariin Pak Devian noh. Disuruh keruangannya sekarang." Ucap salah satu anak perempuan tadi.

"Oh iya, laptop jangan lupa dibawa ya." Lanjutnya

"Oke deh, thanks infonya. Gue naruh tas dulu deh." Jawab gue sembari mengangkat tas bawaan.

Kemarin dia bilang setelah pulang sekolah, lah ini apaan?! Belom juga naruh tas, udah suruh cepetan keruangannya. Dasar guru gak jelas. Eh tapi gapapa, berarti gue free pelajaran matematika kan ini? Gak jadi kesel deh hahaha

"Bi, sehat kan lo? Jalan sambil ketawa, serem tau!" Ledek Nayla

"Yeh, ya sehat lah! Lo kira gue gila gitu?"

"Oh iya Nay, gue disuruh keruangan Pak Devian nih. Mau ikut gak? Mayan bolos pelajaran si botak." Lanjut gue sembari mengambil laptop didalam tasnya.

"Lah katanya pulang sekolah, kok sekarang? Lo udah kangen ape gimana nih?" Jawab Nayla meledek.

"Idih, gue kangen? Dia tuh yang kangen! Tau gak si, gue tadi baru sampe sekolah eh dia udah nyuruh Titan sama Nola manggil gue buat keruangannya. Susah ya jadi cewe cantik." Ucap gue dengan pd-nya.

"Bodo lah bi, serah lo aja! Udah yuk ah samperin jodoh gue, pasti dia udah merindukan calon ma'mumnya nih." Jawab Nayla sembari menyeret tangan gue keluar kelas.

Sesampainya didepan ruangan Pak Devian, gue dan Nayla segera mengetuk pintu dan mengucapkan salam.

"Assalamualaikum." Ucap mereka berbarengan sembari membuka pintu.

"Waalaikumsalam, oh kalian silahkan masuk. Yasudah, duduk dulu dan siapkan laptopnya ya. Saya mesti selesaikan tugas ini sebentar." Jawab Pak Devian yang sibuk berkutat dengan laptopnya.

"Baik pak. Semangat pak hehe." Ucap gue sembari mengepalkan tangan tanda memberi semangat.

🌿🍯💫☘

Devian POV

Hari ini adalah hari kedua gue ngajar di sekolah, semoga hari ini menjadi hari yang mudah buat gue. Semangat Dev!

Dreettt... dreett...

Dhimas
Calling..

Halo pak bos

Hm, kenapa?

Yaelah pak bos, datar bet kek tembok hehe. Ini loh ada data yang harus diperiksa, gue udah kirim melalui email ya pak bos.

Ok, nanti gue cek.

Panggilan terputus...

Ini yang bos gue apa dia si? Gak sopan banget matiin telpon gitu aja, mana gak ada salamnya lagi. Untung lo sahabat gue Dhim, Dhim.

"Nunggu sampai pulang sekolah lama banget deh, sekarang aja kali ya suruh Bianca kesini?" Tanya gue pada diri sendiri. Kok gue gak sabaran gini si, bawaannya pengen liat muka dia terus. Astaga.

Akhirnya gue keluar ruangan untuk mencari orang yang bisa gue suruh untuk memanggil Bianca.

"Hey kamu." Ucap gue menunjuk salah satu perempuan itu

"Saya pak?" Jawab perempuan itu.

"Ya kamu, tolong panggilkan Bianca Clarista. Bilang padanya, kalau saya memanggil dia. Dan jangan lupa bawa laptopnya." Jelas gue.

"Baik pak, kami permisi." Jawab perempuan itu sambil pergi dari hadapan gue.

🌿🍯💫☘

Tok.. tok.. tok..

"Assalamualaikum." Ucap mereka berbarengan sembari membuka pintu.

"Waalaikumsalam, oh kalian silahkan masuk. Yasudah, duduk dulu dan siapkan laptopnya ya. Saya mesti selesaikan tugas ini sebentar." Jawab gue yang masih sibuk berkutat dengan laptop.

"Baik pak. Semangat pak hehe." Ucap Bianca sembari mengepalkan tangan tanda memberi semangat.

Lucu banget si kamu Bi.-Ucap gue dalam hati sambil tersenyum tipis.

Beberapa menit kemudian...

"Pak, saya boleh kekantin dulu gak? Saya lupa sarapan tadi hehe." Ucap Bianca yang membuat gue refleks melotot kearahnya.

"Kamu belum makan? Sarapan pagi itu wajib. Kalau kamu sering menunda waktu sarapanmu, bagaimana bisa kamu beraktivitas dengan baik?" Oceh gue yang membuat Bianca menundukkan kepalanya. Gue kelewatan ya? Apa gara-gara gue manggilnya kepagian, makanya dia gak sempet sarapan?

"Bianca emang gitu pak, paling nanti kalo maagnya kambuh baru dah kapok. Eh pas udah sehat, begitu lagi. Batu anaknya, aww." Jawab Nayla yang langsung dibalas cubitan dipinggang oleh Bianca.

"Lemes banget ih! Awas aja minta bekel gue lagi! Nanti gue suruh ibu buat bawain bekel gue dikit aja!" Omel Bianca sambil memajukan bibirnya yang membuat gue tertawa.

"Eh bapak bisa tertawa juga? Saya kira gak bisa. Hehe." Tanya Nayla cengengesan, yang membuat gue merubah mimik muka menjadi semula.

"Sudah sana kekantin. Makannya diruangan saya saja. Kalau ditanya guru bilang aja itu disuruh saya." Ucap gue sembari memberi uang selembar merah ketangan Bianca.

"Oke pak, lah ini buat apa pak? Bapak nitip sesuatu?" Jawab Bianca mengangkat uang yang gue kasih dengan kebingungan.

"Tidak, itu buat kalian berdua. Hitung-hitung ucapan maaf dan terimakasih saya sudah mengganggu waktu kalian." Ucap gue yang langsung dibalas gelengan kepala oleh Bianca.

"Saya ikhlas pak, lagian sudah tugas saya sebagai sekretaris kelas. Dan ini pak, uangnya." Jawabnya yang mengembalikan uang selembar yang gue kasih.

"Saya bawa uang kok pak, terimakasih tawarannya hehe." Lanjutnya, sembari berjalan keluar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BIANCATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang