~D u a~

8 12 14
                                    

'Jangan hanya karena dia telah pergi, kamu jadi berhenti untuk mencari pengganti'

Happy Reading

💚

*****

Seorang gadis berjalan menyusuri taman yang di tumbuhi berbagai macam bunga warna warni. Wangi segar menguar dari setiap mahkota bunga yang ia sentuh.

Angin berhembus pelan membuat rambut panjang itu beterbangan. Suasana yang senyap membuatnya tenang. Gadis itu merentangkan kedua tangan, kemudian memejamkan mata. Merasakan sapuan lembut angin yang menerpa wajahnya.

"Zerya."

Zerya membuka mata, menurunkan kedua tangan yang semula terentang. Ketika mendengar seseorang memanggil namanya dari belakang.

Gadis itu memutar tubuhnya dan mendapati seorang lelaki dengan pakaian serba putih yang menatapnya dengan teduh. Zerya mematung.

Lidahnya kelu. Matanya mulai berkaca-kaca. Tanpa berpikir panjang Zerya segera menghampiri lelaki itu, tangis Zerya pecah dalam pelukan hangat tersebut, menumpahkan rasa rindu yang sudah ia tahan sejak lama.

"Aku kangen kamu," ujar Zerya lirih di sela tangisnya.

Lelaki itu membelai rambut Zerya lembut, sesekali ia juga mengecup puncak kepala Zerya, "Jangan nangis, Ze," ucapnya berusaha menenangkan.

Tapi bukannya berhenti, tangis Zerya semakin keras. Suara itu. Suara yang sangat Zerya rindukan, lembut dan menenangkan. Sungguh Zerya sangat-sangat merindukan sosok dihadapanya kini.

"Aku kangen kamu." Lagi-lagi hanya kalimat sederhana tapi mengandung banyak makna yang bisa Zerya ucapkan.

"Ze. Lihat aku." Lelaki itu menangkup wajah Zerya, menghapus air mata yang membasahi pipi gadisnya dengan lembut.

Hatinya sesak. Melihat keadaan gadis yang dulu selalu dijaganya kini rapuh. Gadis yang selalu ingin ia buat bahagia kini di banjiri air mata. Dan itu semua karena dirinya.

"Jangan tinggalin aku lagi, hiks!" Pinta Zerya dengan suara parau.

"Aku gak pernah ninggalin kamu, Ze. Aku selalu ada di hati kamu. Dan aku akan selalu datang di mimpi kamu."

Zerya menggelengkan kepalanya. Kemudian kembali membenamkan wajah di dada bidang yang dulu sering menjadi sandarannya di kala sedih. Yang dulu sering ia pukul sebagai pelampiasan rasa kesal karena sikap lelaki itu.

"Kamu harus bahagia, Ze. Meskipun itu bukan dengan aku."

Zerya mendongak, "Nggak! Aku mau bahagia. Dan itu harus sama kamu."

"Ze," panggilnya dengan suara bergetar menahan tangis, "Kita berbeda. Kita gak bisa sama-sama lagi. Aku bahagia, kalau kamu juga bahagia." Lelaki itu berusaha tersenyum diakhir kalimatnya.

"Kamu itu sumber kebahagiaan aku. Aku gak bisa bahagia kalau itu bukan karena kamu."

"Kamu bisa. Kamu pasti bisa."

"Gio."

Lelaki yang dipanggil Gio itupun tersenyum. Kemudian mengecup kedua mata Zerya yang sembab secara bergantian. Zerya memejamkan mata, merasakan usapan lembut di pipinya.

ZerMarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang