02. Namanya Juga Sekolah

36 17 7
                                    

🎵Anak Sekolah - Chrisye🎵

Sudah jatuh tertimpa tangga pula

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah jatuh tertimpa tangga pula.

"Pergi ke perpustakaan, rangkum Bab 3! Pake pulpen warna-warni, harus menarik, tulisan rapi, ga pake tipe-x! Ibu tunggu sampai pulang sekolah, kalau telat ngumpulin nilai kamu 0!" Nada perintah tanpa toleransi itu seolah menyihir Alia untuk segera pergi dari hadapan Bu Sukma. Guru seni budaya.

Puluhan mata teman kelasnya menatap lekat, beberapa ada yang cekikikan seakan Alia pertunjukan topeng monyet yang jadi hiburan receh. Buru-buru Alia pergi dari ruang kelas itu.

"Emang dasar busuk tuh orang! Ngertiin dikit napa. Semalem begadang ngerjain tugas dia, bangun telat, tadi pagi dihukum pak Yayat, masuk kelas diceramahin, pake ketinggalan segala tuh buku!" Gerutu Alia sepanjang jalannya menuju Kopsis. Mengatai Bu Sukma dengan sebutan busuk, murid laknat memang.

Beberapa murid yang berpapasan dengan Alia menyingkir jauh-jauh, takut ketularan virus gila karena Alia berbicara sendiri.

Saat Alia memasuki Kopsis, di sana hanya ada seorang lelaki paruh baya dengan kacamata tebalnya. Di tangannya ia memegang buku nota dengan serius, sesekali ia menulis angka di buku itu. Alia mengetuk kaca etalase guna mengalihkan perhatian lelaki itu.

"Babeh, aku mau beli buku tulis satu, pulpen merahnya 1, yang biru juga 1, sama stabilo yang dua warna itu beh" tunjuk Alia ke kaca etalase mengisyaratkan kepada 'babeh' untuk mengambil barang yang ia maksud. Menghancurkan konsentrasi babeh yang sedang membaca buku utang mungkin.

Penjaga Kopsis yang dipanggil babeh itu membuka kaca etalase dan mengambil apa-apa yang ditunjuk Alia. "Nggak belajar kamu? Jam segini malah ke Kopsis" tanya babeh sambil menyerahkan belanjaan Alia dalam kantong kresek hitam.

"Dapet tugas dari ibu negara," Jawab Alia lesu, mengingat kesialan yang datang beruntun dari tadi pagi.

Babeh hanya terkekeh mendengar cerita Alia, tanpa bertanya ia juga tahu siapa yang dimaksud Alia. "18.000," seakan menagih hutang, babeh menodongkan tangannya meminta bayaran.

"Habis dah duit, sial banget sumpah!" Keluh Alia entah keberapa kalinya, tangannya terulur menyerahkan uang berwarna hijau tua. Wajahnya menggambarkan ketidakrelaan saat uang itu berpindah tangan.

"Pas ya neng," ucap babeh yang berhasil menciptakan kerutan tak menyenangkan tercetak jelas di wajah bulat Alia.

"Kan kembalian 2000 beh, uang segitu berguna banget beh plis." Pinta Alia memelas, tak rela mengikhlaskan kembaliannya seperti biasa.

"Tempe goreng masih anget tuh," balas babeh menggoda Alia agar mengambil makanan kesukaannya.

Jeritan perut Alia seolah mendukung ucapan babeh untuk menukar kembaliannya dengan tempe goreng. Malaikat dan setan bertarung dalam khayalannya, ambil atau tidak ya? Tanya Alia dalam hati, sedikit ragu namun tergoda disaat yang sama.

Garis dan LingkaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang