🎵Best friend - Rex Orange Country🎵
Ctarr!! Blarr!! Jdarr!!
Petir menyambar-nyambar, hujan deras kembali mengguyur kota Bogor. Bahkan jikalau kau berangkat di pagi yang cerah, atau siang yang terik, lebih baik kau sediakan payung atau mantel hujan di dalam tas mu. Karena jika kau tak membawa, siap-siap kau akan mandi gratis.
"Aelah kenapa sih pake percaya ke dukun segala, ahh! Syirik!"
"Tuh kan malah mati ketabrak, banyak dosa sih lu!!"
"Ini film kenapa ngga serem sama sekali sih? Horor bukan?"
Alia dengan kesendiriannya. Pasti kalian pernah ngobrol sendirian dan merasa asik memiliki teman yang mengerti dirimu. Dan itulah Alia, ia bukan indigo yang bisa melihat 'barang halus'. Tapi dia adalah anak kebanyakan halu berakhir gila. Bedanya dia berbicara pada diri sendiri.
Tapi itu wajar saat kalian sedang menonton film. Mengomentari setiap scene hingga bibir kalian mengering kurang air.
"Goblok sih, minta anak ke setan! Nggak sekalian aja lu wik wik ama tuh setan," mungkin Alia memang spesies yang tak mengaca. Buktinya dia sendiri mengumpat, menanam bibit dosa yang kian tumbuh tiap kali ia membuka mulut.
Malam ini ia sendirian, Lestari dan Gatot -suami Lestari- pergi ke acara kantor di Bandung sampai hari Senin lusa. Sebenarnya Alia di rumah bersama Surya, anak bungsu Lestari. Tapi anak itu ngelayap entah kemana, mungkin ia tak pulang.
Alia mendengus jengah, nyatanya ia hanya butuh teman ngobrol, bukan film horor kebanyakan jump scare. Akhirnya ia membereskan peralatan nontonnya, mematikan laptop perlahan agar tak merusaknya. Walau bagaimanapun itu adalah laptop milik Surya yang ia ambil diam-diam.
Bungkus cemilan, headset, gelas plastik, hingga selimut kusut. Kasur Alia bahkan mirip tempat pembuangan akhir. Malas-malas ia membereskannya berbekal senter hp yang ia letakkan di atas nakas, kemudian menghidupkan lampu kamar yang tadi sengaja ia matikan agar terbawa suasana saat nonton. Tapi nihil, bukannya terbawa suasana ia malah kebanyakan mengumpat tadi.
"Lah kok lampunya ngga nyala, mampus gua. Mana lilinnya udah abis kemaren gua bawa ke sekolah," rutuk Alia lalu membuka pintu kamarnya.
Lima detik kemudian, senter hpnya menyusul mati. Entah habis baterai atau karena hpnya memang rada eror. Mata Alia bahkan seperti terpejam erat, tak mendapat cahaya sedikitpun. "Mati lampu beneran, masa iya harus keluar beli lilin. Males banget,"
Pelan-pelan Alia melangkahkan kaki, tangannya harus meraba tembok sebagai penunjuk jalan. Jangan lupakan kamar Alia yang ada di lantai dua, seakan ada lampu kuning yang menyuruh Alia hati-hati.
"Surya!! Kamu udah pulang belom? Ya? Surya?!"
Alia berhenti sejenak di bordes tangga dan kira-kira masih ada lima anak tangga lagi di depannya. Tangannya bertengger di railing tangga, kemudian meneguk ludah kala mengingat berita pembunuhan di sekitar kawasan rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis dan Lingkaran
Teen Fiction"Menurut lo, cinta itu bentuknya kayak gimana?" Bagi mereka, cinta itu sekedar garis dan juga lingkaran