🎵Jikalau Kau Cinta - Judika🎵
Jam menunjukkan pukul 7 malam, tapi hawa panas masih terasa di rumah kecil itu. Maklum musim panas, dan keluarga mereka hanya bermodalkan 1 kipas angin yang menjadi rebutan penghuni rumah.
"Makanan keburu dingin jangan malah rebutan kipas le, nduk" tegur si kepala keluarga, Aria.
Kedua anak kecil beda gender yang awalnya berebutan angin itu memilih diam dan menurut, tak ingin mendapat satu tamparan yang malah membuat suasana tambah panas. Pada akhirnya yang memakai kipas adalah si Nyonya rumah. Selalu seperti itu.
Makan malam sederhana, di ruang keluarga sempit bermodal karpet kecil untuk menghalau dinginnya lantai. Beberapa makanan telah ditata di tengah lingkaran yang telah mereka buat. Mereka mengitari makanan agar memudahkan untuk mengambil makanan.
"Jam 11 bus nya udah sampai Li, buruan makannya takutnya kamu mabuk pas perjalanan" lagi-lagi Aria menasehati anaknya, kali ini ia tujukan kepada anak gadisnya, Alia.
"Iya pak" jawab Alia menanggapi perkataan si bapak, sambil mengambil nasi dan sayur daun pepaya sisa makanan dari bos ibunya. Tak ada lauk, itu sudah cukup.
"Ibuk gak maem?" Tanya si sulung pada ibunya yang memilih duduk bermain hp sembari menikmati kipas angin seorang diri.
Asih, si nyonya rumah hanya melirik sebentar dan menggeleng. Memilih tak peduli, tak ada yang bertanya mengapa ia tak makan. Mungkin dia diet, atau malah ia sudah makan bersama kawan prianya seperti biasa.
Malam ini, Alia akan berangkat ke Bogor, tapi karena beberapa alasan ia harus berhenti sejenak di Surabaya. Ia tak berangkat sendiri, ada si sulung Artha yang akan mengantarnya ke Surabaya. Mengingat Alia hanyalah gadis 15 tahun yang sering mabuk perjalanan.
Alia ke Bogor untuk melanjutkan sekolahnya. Karena kondisi ekonomi keluarganya tak menentu, adik dari ayahnya menawarkan diri untuk menyekolahkan Alia di Bogor.
Sebenarnya Artha juga disekolahkan oleh Lestari, adik dari ayah mereka. Tapi Artha menetap di Surabaya sekalian menjaga kos-kosan milik Lestari yang lumayan ramai. Toh Artha juga lelaki, tak masalah meninggalkannya sendirian di kota besar.
Lestari sendiri menetap di Bogor. Kos-kosan di Surabaya itu awalnya adalah rumah dari mendiang ayahnya, dan itu adalah warisan yang menjadi bagiannya. Karena ia harus ikut suami bekerja di Bogor, rumah itu ia renovasi sebisa mungkin menjadi rumah sementara bagi para penyewa.
Awalnya kos-kosan itu sudah ada penjaganya, tapi karena penjaga kos-kosan itu akan menikah, akhirnya Artha ditunjuk Lestari sebagai penjaganya. Sekalian ia menyekolahkannya walau tidak mengawasinya secara langsung.
Dan kali ini, giliran Alia yang masuk SMA. Lestari tak masalah menyisihkan uang untuk membiayai keponakannya sekali lagi. Lagipun Artha telah lulus dari sekolahnya, dan saat ini masih mencari pekerjaan di Surabaya walau agak kepayahan karena hanya lulusan SMA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis dan Lingkaran
Novela Juvenil"Menurut lo, cinta itu bentuknya kayak gimana?" Bagi mereka, cinta itu sekedar garis dan juga lingkaran