13. Berhenti berharap

95 14 15
                                    

~Happy Reading~

Ini salahku yang menaruh harapan terlalu tinggi kepadamu.

▼▼▼

"Adiba gue yang nganterin." Ceplos Aulian langsung.

Perkataan Aulian membuat Adiba sedikit syok. Pasalnya tadi Aulian pergi meninggalkan tanpa menjawab apapun.

"Nggak usah Al." Tolak Adiba.

"Gue nggak menerima penolakan." Aulian berjalan menuju mobil Papahnya. Tidak mungkin memakai motor ninja miliknya, apalagi membawa seorang cewek malam-malam seperti ini.

Adiba yang diam saja membuat Aulian sedikit geram. Haidar yang melihat itu menyarankan agar Adiba pulang bersama Aulian.

"Lo sama Al aja Dib," saran Haidar membiarkan Adiba pulang bersama Aulian.

"Terserah lo aja, mau sama gue apa Al." Gibran sebenarnya ingin mengantarkan Adiba tetapi melihat Aulian yang sepertinya serius, akhirnya Gibran membiarkan Adiba yang memilih.

Tin tin tinnn

Aulian membunyikan klakson mobilnya.

"Ya udah gue sama Al aja." Pilih Adiba pada akhirnya.

Meskipun perkataan Aulian tadi membuat hatinya sakit, tetapi Adiba tidak mempermasalahkannya. Bukan salah Aulian menjawab seperti itu, ini salah dirinya yang menaruh harapan terlalu tinggi kepada Aulian.

"Gue duluan." Adiba pergi meninggalkan Gibran dan Haidar yang masih mentap ke arahnya.

Mobil Aulian laju meninggalkan pekarangan rumah. Menyisakan tanda tanya besar bagi Gibran dan Haidar, tidak biasanya Aulian mau mengantarkan seorang cewek. Selama berteman dengan Aulian, baru kali ini mereka melihat Aulian bersikap seperti ini.

"Lama banget lo," cerocos Aulian masih fokus mengendarai mobilnya.

"Kan gue harus pamitan dulu sama orang tua dan temen-temen lo." Adiba merasa Aulian sedikit berbeda.

Hening beberapa saat, Aulian juga tidak menjawab kembali. Adiba ingin membuka suara tetapi merasa canggung.

"Rumah lo dimana?" Aulian mengalihkan pembicaraan.

"Lurus aja di depan ada pertigaan belok kanan terus belok kiri di gang pertama, rumah warna putih," terang Adiba menunjukkan jalan ke arah rumahnya.

Aulian kembali terdiam membuat Adiba menggerutu. "Lahhh nggak dijawab lagi. Emang bener kata siswa di sekolah kalau Al cuek banget sama cewek, bukan cuma gosip." Adiba memperhatikan Aulian yang sedang menyetir mobil.

"Ngapain lihatin gue," tanya Aulian tetapi masih fokus dengan setirnya.

"Pede amat lo." Adiba mengalihkan tatapannya pada jalanan.

Suasana malam terasa dingin membuat Adiba mempererat pelukannya pada diri sendiri. Dirinya lupa tidak membawa sweater atau baju yang sedikit tebal.

Aulian yang melihat Adiba kedinginan berinisiatif mematikan AC mobilnya.

"Perhatian juga, gue kira cuek luar dalem." Adiba membatin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HANYA ANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang