Desi dan Malih

10 0 0
                                    

"mau kemana nduk?" tanya Pak Surya.

"ngerjain tugas, Pak." jawab Cempaka yang sedang mengikat tali sepatu di teras rumah.

"naik apa? "

"dijemput Dirga"

Menyeruput kopi, lalu membuka buku Hidayatul hidayah Pak Surya kembali melanjutkan, " jangan pulang malem-malem. "

"hooh, emak kemana? "

"ke Alun-alun kota, nyari duren, katanya lagi pengen."

Cempaka menghadap bapaknya sambil tersenyum misterius.

"kenapa?" tanya Pak Surya penasaran.

"emak pergi sama bulek Susi ya, Pak? "

"Iya, kok kamu tau? "

"emak bilang kalo mau nyari duren? " tanya Cempaka lagi.

"iyaa," Pak Surya makin bingung

"Bapak, paham duren yang dimaksud emak ngga si?"

"duren, buah duren kan? "

"Wahh, sampean harus siaga inimah, makanya, Pak, kalo emak minta duit buat beli skincare itu dikasi, jan pelit." terang Cempaka, berdiri sambil menepuk pantatnya lalu kembali berucap "duren yang dimaksud emak itu Duda Keren, wihh dapet bapak baruu. Pasti lebih cakep."

Pak Surya lantas mencopot sandal rumahannya mengangkat tinggi-tinggi, bersiap melemparnya kearah Cempaka.
Diwaktu yang bersamaan, Dirga datang. Berlari menghindar lemparan cantik dari sandal bapaknya, Cempaka menghampiri Dirga, naik keatas motornya.

"Ayo cepet. " kata Cempaka sambil menepuk pundak Dirga.

"Lah, ngga pamit dulu? Itu juga, bokap lo ngapain bawa-bawa sandal Dora? "

"Sandal nya baru, mau di pamerin ke tetangga, gue malu, jadi cepet jalan. "

Dirga terbahak kala mendengar penuturan gadis ajaib dibelakangnya ini,

___

"Pur, masih jauh ya?" cempaka bertanya, sedikit berteriak agar suaranya terdengar oleh Dirga.

"kalo menurut google tinggal belok kanan didepan, lurus dikit dah sampe" jawab Dirga tak kalah keras.

Hampir satu jam perjalanan menuju rumah Alvian, padahal sekarang sudah jam 3 lewat 15 menit. Bukankah kata Alvian telat satu menit, hukuman menanti, lalu apa kabar dengan 15 menit?

Setelah sekian luas lautan di seberangi, 5 gunung telah di daki, akhirnya mereka sampai. Hanya sampai depan pagar, Cempaka menengok ke dalam sambil berteriak "Heloo, Excuse me, Puntenn, Assalamualaikum, Nyuwon sewu." Dirga hanya geleng kepala melihat tingkah absurd Cempaka.

"NGGA ADA DUIT RECEH, BALIK LAGI AJA BESOK." sahut Alvian dari dalam rumah.

"WOY, RUMAH SEGEDE MASJID, DUIT RECEH AJA NGGA PUNYA, MISKIN LO?" geram Cempaka, enak saja dirinya disamakan dengan pengemis.

Alvian sedang di teras rumah merasa familiar dengan suara itu, segera ia berlari membuka pagar rumahnya.

Melihat jam tangan, lalu berkata "15menit 43 detik. "

"hah? " Cempaka dan Dirga saling pandang "Ada tamu, suruh masuk dulu kek, ngga ada adab banget."

Dirga ketar ketir sendiri diatas motor, kenapa gadis ini sangat bar-bar. Melepas helm, Dirga menyalimi Alvian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

while(true) { I Love(you) ; }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang