[HHMH PART 9]

196 164 58
                                    

Jangan lupa VOMEN

"Don't think too much, about what hurts

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Don't think too much, about what hurts."

Erland menghentikan motornya di parkiran Rumah Sakit, menenteng plastik dengan satu kotak kue di dalamnya. Sang satpam yang melihat Erland masuk, ia langsung menyapanya. Dan tentunya di balas sopan oleh Erland, sudah biasa baginya, karena hampir tiap hari dirinya datang kesini yang lebih tepatnya Rumah Sakit Jiwa.

Sampai di depan pintu pasien, Erland membuka pintu perlahan. Dia melihat gadis itu sedang duduk di bad pasien dengan memeluk lututnya, sedangkan suster yang ingin menyuapinya berusaha membujuk agar pasien makan.

"Sus, biar saya aja,"ujar Erland, suster itu mengangguk kemudian mengalihkan mangkok kecil berisi bubur itu pada Erland dan beralih keluar ruangan.

"Dek, kakak datang masa di anggurin sih."

"Nih kakak suapin yah, biar gak sakit," namun tak ada balasan dari gadis itu.

"Dek,"ujar Erland lagi, dia merapikan rambut adiknya namun sebelum itu, adiknya malah berteriak histeris hingga melempar mangkok bubur yanga ada pada tangan Erland.

"PERGI LO, PERGI!"

"GUE GAK MAU LIAT LO LAGI, GUE BENCI SAMA LO"

"GAK ADA YANG BAIK SAMA RAINA, SEMUA ORANG JAHAT SAMA RAINA,"ujar Raina adik kandung Erland, dia mengacak-acak rambutnya. Air matanya luruh membasahi pipinya. Erland berusaha memenangkannya, namun Raini malah melemparkan benda-benda di dekatnya hingga melepas infus pada tangannya dan beranjak dari tempat tidur menuju jendela.

"RAINA GAK MAU HIDUP, RAINA MAU MATI. RAINA BENCI, RAINA BENCI LIAT SEMUANYA." Erland memanggil dokter sambil menahan Raina yang ingin membuka jendela.

"Na, ini gue Na, kakak lo."ujar Erland pilu, memeluk Raina yang semakin melemas.

"Gak, lo itu orang jahat. Pergi!" Raini berusaha mendorong Erland namun ia tak mampu badannya melemas.

"Ini kakak, Na," yang masih setia dengan usapan pada kepala Raina sesekali menciumnya.

Isakan itu sedikit terhenti. "Kak, kak Erland. Raina mau mati, Raina gak suka hidup, Raina mau mati," Erland memejamkan matanya, hatinya sakit mendengarnya. Adik satu-satunya harus menanggung beban seperti ini, ia bersumpah akan membunuh Micel.

"Gak Na, gak boleh gitu. Raina harus kuat sayang, Raina gak boleh lemah." Ketika dokter ingin menyuntikkan raina cairan obat tidur Erland menghentikannya dan menggeleng, dokter itu mengangguk kemudian keluar dari ruangan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

He Healed My Heart (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang