D-1/Eating Together

3.6K 150 4
                                    

Kantin sekolah ramai seperti biasanya. Bunyi denting gelas bergantian terisi minuman segar dari segala varian berperisa. Menu utama yang seringkali dicari untuk pelepas dahaga setelah seharian mendapat asupan mata pelajaran matematika sebanyak empat sesi tanpa jeda. Dan wah, bau racikan mi instan dari tangan Pak Kang yang sungguh menggugah selera. Biar ku tebak, kalian juga pasti langsung tergoda bahkan hanya sekedar mencium baunya dari jarak seratus meter kan? Maksudku, siapa yang tak tergoda oleh jenis makanan yang satu ini?

Baik, mari lupakan soal dua menu murah meriah yang tadi kita bahas. Oh, tunggu! Sepertinya tengah ada yang bersitegang di lorong jalan arah gudang penyimpanan alat olahraga.

“Oh, jadi nama lo Kim Namjoon? Yang kemarin balikin buku punya Yoongi ya?” ucapnya kala melihat name tag yang dipasang pada luaran seragam sebelah kiri atas dada.

“Iya gue, Kak. Kenapa? Ada masalah abis gue balikin buku kemarin?”

“IYA! LO MASALAHNYA!”

“Kok lo pake teriak sih? Emang apa salah gue?”

“Gue cuma inget muka lo. Lo kemarin balikin buku punya Yoongi asal lempar terus bikin bekel gue ketumpahan es susu coklat tau gak?” Kim Seokjin, siswa kelas 12 kini tengah menumpahkan rasa marahnya, beruntung percakapan mereka sulit didengar siswa lain yang lewat karena adanya pintu yang setengah menutup jalan. “Gue ngga jadi makan! Gara-gara lo! Udah gitu asal pergi aja, lo pikir siapa? Adik kelas belagu.” bersungut-sungut Seokjin mengeluarkan kekesalannya hari ini pada Namjoon, anak kelas 10. Siswa pindahan dari sekolah lain yang memang masih mengenakan seragam lamanya, karena seragam barunya memang belum selesai dijahit. Maka tak heran, Namjoon mudah sekali dikenali karena seragam yang berbeda sendiri.

“Ya gue mana tahu? Terus sekarang gue harus ngapain? Minta maaf? Oke gue minta maaf karena kemarin udah sembarangan lemparin buku yang ternyata malah bikin lo nggak jadi makan.”

“Enak aja main minta maaf. Maaf lo hari ini nggak bisa balikin bekel gue yang kemarin. Lagian ngapain sih lo kaya begitu? Emang nggak bisa balikin baik-baik?”

“Gue kemarin buru-buru, Kak. Pas jalan ke kelas Kak Yoongi gue papasan sama Hoseok terus dia kasih tahu kalau gue dipanggil ke ruang guru buat ambil buku-buku paket.”

“Aneh, lo anak baru kenapa sok kenal banget sama anak-anak sini sih?”

“Ya karena Kak Yoongi kakak gue? Terus Hoseok temen seumuran gue, cuma beda kelas.”

Teng! Seketika Seokjin terdiam atas penuturan Namjoon barusan. Yoongi adalah Kakak dari adik kelas yang ada dihadapannya saat ini. Setahu Seokjin, Yoongi hanya memiliki seorang adik perempuan yang kemarin baru saja diterima di sekolah khusus atlet. Lalu, kenapa seseorang bernama Namjoon ini mendeklarasikan diri sebagai adik Yoongi?

“Bohong, lo pasti cuma ngaku-ngaku biar gue takut sama lo. Iya kan?! Lo pasti tahu dari orang-orang kalau gue cuma takut sama Yoongi. Ngaku aja sih?”

“Duh, ternyata lo sebegini berisik ya kalau marah. Lo nggak capek apa daritadi teriak mulu? Udah asal cegat, marah-marah, tenggorokan lo apa nggak sakit?”

“Jawab! Malah komentar soal suara gue, ketahuan ya lo.”

“Gue emang bukan adik kandung, cuma adik sepupu. Udah dong? Gue beneran minta maaf soal kemarin. Gue nggak tahu kalau buku gue kelewatan. Gue juga mana tahu.”

“Ya makanya gue kasih tahu!!! Sebel gue sama lo!”

“Kok masih sebel sih?”

Tanpa membalas kembali pertanyaan Namjoon, Seokjin pergi meninggalkan bocah itu sendirian dengan kedua alis yang menukik. Kakinya menghentak-hentak jalan berlantai putih juga bersikap tak peduli pada setiap orang yang berpapasan. Entah kenapa, rasanya kesal sekali.

2 0 2 0 [ NAMJIN ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang