D-3/Being Drunk

972 105 9
                                    

— ⚠️ Alcohol, drinking, hangover, no explicit content —

Drrrttt... drrrtt...

Getar ponsel di atas meja belajar Namjoon tidak berhenti bergetar sudah lebih dari dua puluh menit. Ada beberapa pesan juga panggilan tak terjawab, namun si empunya masih berada diluar rumah dan tak bisa meninggalkan permintaan sang Bunda untuk membantunya mengurus beberapa koleksi tanaman di halaman belakang. Bunda selalu bilang, jika kamu menunda suatu pekerjaan maka akan ada banyak tanggungan yang harus kamu selesaikan. Dan perkataan Bunda memang selalu benar adanya.

Pot demi pot dipindah ke sudut yang baru untuk menciptakan suasana lain agar terlihat lebih segar. Beberapa kaktus telah disiram secukupnya, ranting bonsai yang kurang baik juga digunting pelan-pelan oleh Bunda Kim. Disisi lainnya juga ada Ayah Kim yang tengah mengaduk campuran tanah juga sekam untuk tanaman baru. Hari minggu, sejak pagi hingga menjelang sore keluarga Namjoon sibuk bermanja-manja dengan para tanaman hijau.

“Kak, nanti selesai bantu Bunda tolong bantu Ayah petikan bunga rosella setelah ini ya.” Ayah Kim mulai memasukkan bibit-bibit ke dalam kantung poly bag yang entah, Namjoon belum tahu apa saja. “Iya, Ayah. Mau dibuat apalagi setelah ini? Biar Kakak tahu seberapa banyak yang harus diambil.”

Namjoon sangat dekat dengan kedua orangtuanya. Anak tetangga yang seumuran dengannya bilang, dia termasuk anak lelaki yang beruntung terlahir ditengah keluarga yang penuh kasih sayang ini. Komunikasi diantara ketiganya baik, apalagi soal bertukar opini. Bunda Kim lebih suka berdebat tentang politik, sementara Ayah Kim lebih suka membicarakan segala hal yang tak jauh dari bercocok tanam. Meski sebenarnya, halaman belakang rumah ini nyaris berubah seperti hutan mini karena banyaknya tanaman sana sini. Sempat merenovasi rumah dengan niat menjadikannya sebagai ruang untuk bersantai ketika di outdoor, nasibnya kini justru berubah menjadi tempat untuk budidaya jamur tiram. Tidak masalah kata Bunda Kim, karena setiap panen hasilnya bisa dibagikan kepada tetangga juga kerabat. Karena keluarga ini tak pernah menjual kembali hasil tumbuh dari tanamannya.

“Bunda, ini masih ada yang perlu Kakak bantuin lagi nggak?” tubuh tingginya mengintip dari balik pintu. Dilihatnya sang Ayah yang mulai merapikan peralatan bercocok tanam sementara sang Bunda menyapu sisa-sisa dedaunan dan ranting tanaman.

“Oh udah selesai, Kak. Hoseok jadi kesini?”

“Kayanya sih jadi, Nda. Paling cuma sebentar soalnya diantar Kak Yoonie.”

“Ya sudah, di atas kulkas itu ada paper bag isinya kebab. Kakak kasih buat Hoseok ya.”

Tak lama kemudian suara ketukan pintu terdengar menggema dari arah luar, itu pasti Hoseok ucap Namjoon yang berjalan ke arah kulkas untuk mengambil titipan Bunda nya.

Saling bertukar sapa dengan Hoseok dan juga Yoongi, Namjoon menawarkan kedua tamu nya ini untuk berbicara didalam rumah namun ditolak dengan halus.

“Joon, gue nggak mampir dulu ya. Mau balikin modul punya lo sama titip tugas gue doang.”

Diterimanya satu klip tugas analisis pertumbuhan ekonomi yang memang harus dikumpulkan senin esok. Namjoon dan Hoseok memang tidak menjadi teman dalam satu kelas, namun jika dalam keadaan mendesak salah satunya pasti saling meminta bantuan karena jarak rumah yang tidak terlalu jauh. “Emang besok lo nggak masuk?” Namjoon mengecek kelengkapan tugas Hoseok dengan membuka lembar demi lembar tulisan tangan teman nya ini.

“Udah ijin sih tadi sama wali kelas gue, surat nyusul. Besok gue ada acara keluarga gitu, Kak Jiwoo mau balik dari Aussie jadi kita semua jemput di Bandara, lanjut makan malam juga paling. Lo tahu sendiri Kak Jiwoo kalau balik udah ngalahin penyambutan Presiden.”

2 0 2 0 [ NAMJIN ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang