D-4/What?

788 92 9
                                    

Aku, sebenernya lagi suka sama seseorang.”

Ctak! Lemparan anak panah berukuran duabelas sentimeter milik Seokjin mengenai tepat pada tengah dart board.

“A, dia pasti beruntung banget bisa bikin Kak Seokjin sampai suka.” terkesan siap akan patah hati, nyeri ulu hati lebih tahu bahwa kini sebuah harap telah terhenti.

“Bukan dia yang beruntung, tapi aku.”

Dihampiri nya Namjoon yang berdiri tak jauh dari posisinya. Menatapnya sejenak syarat akan makna, “Dia yang bikin aku yakin dan nggak ragu lagi sama perasaan ini.”

Pendar mata Seokjin tak pernah berbohong.

Namjoon menolak percaya, namun pemandangan sore itu nampak buram pada pandangan. Sebab seseorang dapat menggandeng tangan Seokjin secara terang-terangan.

Namjoon ingin abai, mungkin asanya terlalu membumbung hingga angkasa. Membuatnya lupa, bahwa ia bisa jatuh kapan saja. Entah pada batu atau sekadar awan biasa.

“Aku nggak bisa terus-terusan nunggu kamu, padahal kamu tahu kalau kamu punya jawaban yang pasti dari aku.”

“Kak Seokjin,” seketika Namjoon menyesal, andai saja ia tak mengulur waktu maka tak akan pernah pula ia kehilangan Seokjin seperti ini.

Rasa sesal memang selalu ada pada tiap cerita.

“Sorry, kalau kemarin aku sempat bikin repot. Awal pertemuan juga ngeselin banget, cuma karena bekel doang padahal alasan sebenarnya aku habis berantem sama orangtua. Aku bisa nunggu lebih lama dari ini? Tapi aku juga berhak pergi sesegera mungkin, kan?”

Nggak, Kak. Kak Seokjin nggak bisa kaya begini. Ini alasan paling basi banget tapi aku punya timing sendiri buat semua ini. Kak, please.”

Hoseok mengibaskan tangannya yang bebas pada arah tatap Namjoon. Suatu hal yang langka dapat melihat Namjoon tidak fokus mengerjakan sesuatu dan sibuk terbawa alam lamunan nya.

“Kan, ngelamun lagi. Ini kapan beresnya tugas gue kalau lo ngelamun terus.”

“Seok, lo bisa jadian sama Kak Yoonie gimana ceritanya deh?” Namjoon mencampurkan kertas bekas ke dalam baskom berisi air, membantu tugas praktik mendaur ulang kertas milik Hoseok.

“Ada apaan nih tiba-tiba tanya? Pas gue kasih tahu lo waktu awal jadian, yang ada lo kaya udah nggak kaget gitu.”

“Ya, iya? Mendadak Kak Yoonie isi kepalanya cuma ada lo doang gimana mau pura-pura kaget?”

“Konyol banget. Kakak lo suka gue gara-gara pakai topi kembang matahari.”

“Apaan banget?” sambar Namjoon tak percaya.

“Tuh, kan! Reaksi lo aja begitu. Terus lo tahu nggak? Dia bilang ‘gue nggak jago acara nembak jadi langsung jadian aja kalau lo mau,’ ya tolong gue masih berapa hari ikut orientasi terus ada kakak kelas dateng ngajak gue pacaran.”

“Terus, lo terima kakak gue kaya gimana?”

“Ya, ya gue kabur lah. Terus gue menghindar, takut kalau Kak Yoon cuma dapet dare doang. Eh ternyata dia tetep usaha ngasih tahu ke gue sampai jalan tiga bulan baru gue berani jawab.”

“Lama juga ya,” dengan Namjoon yang mulai mencampurkan bubur kertas bersama lem perekat.

“Ngomongin diri sendiri?”

2 0 2 0 [ NAMJIN ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang