D-5/Yours

815 92 0
                                    

Suara derap langkah sepatu converse yang ia gunakan menggema memenuhi setiap lorong pemisah kelas. Menjadi pusat perhatian dari balik jendela anak-anak kelas sepuluh juga sebelas. Gemuruh dalam dadanya gaduh, sebab hari ini adalah hari pengumuman kelulusannya.

Kelulusan, yang berarti juga perpisahan.

Perjalanan tiga tahun sebagai siswa SMA akan menjadi kenangan dalam beberapa hari ke depan.

“Kak Seokjin, selamat ya!!”

Seokjin, congrats bro! Nggak nyangka nilai lo masuk lima besar.”

“Seokjin, lo keren banget padahal udah ngeluh kenyang ketemu rumus hitungan matematika.”

Selamat ya, Seokjin-ssi.”

Seokjin... Seokjin... Seokjin...

Bak berada ditengah satu kelompok paduan suara, semua orang memberinya ucapan selamat atas kelulusannya hari ini dengan serempak. Bahagia? Belum. Sebab ada satu orang yang belum mengucapkan hal serupa padanya.

“Hoseok,” panggil nya kala melihat Hoseok yang hendak memasuki kelasnya.

“Eh, Kak Seokjin. By the way, selamat ya. Udah mau jadi anak kuliahan abis ini.” keduanya saling berjabat tangan sebagai tanda ucapan selamat dari Hoseok.

Thanks? Temen lo, nggak kelihatan?”

“Oh, Namjoon? Dia kan nggak masuk, Kak. Baru hari ini sih.”

“Loh, gue kok nggak tahu ya.”

“Mendadak kayanya, Kak. Tadi aja cuma dapet kabar dari bagian TU kalau Namjoon hari ini ijin nggak masuk.”

“Oh, gitu... pantes nggak kelihatan...” Seokjin mendadak sedih, pasalnya adik kelasnya itu yang kini Seokjin inginkan untuk berada disisi.

“Lo tahu nggak kira-kira dia nggak masuk kenapa?”

“Kurang tahu sih, Kak.. gue pun baru tadi dikasih tahu temen sekelas dia, coba aja nanti cek ke rumahnya, Kak.”

“Oke, thanks ya.”

Jam terasa berputar lebih lambat dibenak Seokjin, meski keperluan sekolahnya hari ini sekadar untuk melihat hasil kelulusan, namun tetap saja ada banyak hal yang menghambat nya agar lekas pulang. Khawatir akan seseorang yang tak dijumpai sosoknya seharian, membuat pikirannya terbang kemana-mana.

Mengirim pesan pendek pun tak kunjung dibaca, apalagi menghubungi lewat telpon. Namjoon kemana? Atau Namjoon kenapa?

Buru-buru Seokjin mengganti seragamnya dengan pakaian seadanya ketika sampai di rumah. Hoodie dan celana jeans juga sudah cukup, kan? Batinnya.

Meminta pada supir untuk mampir sebentar pada mini market di pertigaan jalan, meski sejujurnya Seokjin juga tak tahu apa yang sedang ia lakukan dengan satu keranjang penuh makanan selayaknya hendak menjenguk seseorang yang terbaring sakit.

Ini adalah kunjungan pertama Seokjin selama hampir satu tahun keduanya saling mengenal satu sama lain. Selama ini memang hanya Namjoon yang sering berkunjung ke rumahnya, entah. Seokjin berulang kali meminta ijin agar bergantian datang namun Namjoon selalu melarangnya dengan beralasan tak adanya penjagaan jika ia pulang larut malam. Dan akhirnya, hari ini pun tiba. Seokjin berdiri tegap selama hampir lima belas menit didepan pintu kediaman Namjoon.

Terlalu gugup dirinya, bahkan untuk sekedar mengetuk pintu.

“Iya Bunda, Namjoon tutup pagar dulu sebentar.”

2 0 2 0 [ NAMJIN ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang