D-6/Around You

775 82 8
                                    

Teruntuk seseorang yang kini harus terbiasa tanpa adanya kehadiranku disisinya.

Apa kabar?

Masih senang berkendara sepeda?

Masih ingat kah kamu?

Satu hari aku pernah bertanya,

“Apa yang membuat hari mu terasa sulit?”

Dan dengan lantang nya, kamu berteriak memberitahu pada dunia bahwa saat sulit itu adalah ketika aku tak berada disekitar mu.

Bahwa aku tak berada dekat dengan dirimu.

Jangan tanya bagaimana perasaanku kala itu,

Wajahku bisa saja terlihat biasa, namun hatiku berteriak meminta kesempatan berujar hal yang sama.

Satu hari aku juga pernah bertanya,

“Apakah mimpi mu masih sama hingga detik keberangkatan ku tiba?”

Dan dengan yakinnya, kamu duduk dengan sebelah kaki menumpu tubuh mu yang mulai lebih besar dariku.

Kita dibiarkan berdua pada ruang tunggu keberangkatan bandara.

Tangan mu masih sama, dingin.

Tatap mata mu masih sama, teduh.

Dan kamu berujar tepat menggenggam tanganku, bahwa mimpi itu masih sama.

Menyayangi,

Mendukung,

Membantuku berdiri setiap jatuh, juga

Memeluk ku setiap kali terlihat rapuh,

Semua masih sama.

Baik pada ucapanmu, apalagi perasaanmu.

Dunia bertanya, siapa yang paling beruntung.

Aku, atau kamu.

Dan kita sama-sama tersenyum, berterima kasih pada takdir yang menuntun untuk saling bertemu.

Tak ada yang berani memulai lebih dulu, namun keyakinan akan kembalinya waktu membuat kita berani sama-sama menunggu.

Terima kasih, pada bekal yang gagal akibat lemparan buku. Jika tak begitu, aku tak akan pernah bertemu dengan kamu.

Semoga, kita bisa kembali bersama, pada naungan langit yang sama.

Surat berusia enam bulan itu mulai usang. Banyak bekas lipatan akibat dibuka tutup terlalu sering.

Manusia memang mudah sekali mengucapkan janji untuk kembali. Mudah sekali datang lalu tak pernah kembali lagi. Apakah ini yang dinamakan harap tanpa ada yang mengamini?

Seokjin menghilang tanpa jejak sedari keberangkatannya di satu hari. Tak ada kabar, namun Namjoon tetap menunggunya dengan sabar. Namjoon hanya berusaha memberi yakin untuk dirinya sendiri, bahwa kesayangannya tak akan pernah mengkhianati.

“Seok,” melipat tangan diatas mejanya, Namjoon bertanya pada Hoseok yang sedang sibuk mengerjakan soal remedialnya.

“Hmm?”

“Gue kadang iri sama lo.”

“Emang gue ngapain? Doyan remed masa bikin lo iri, sih?”

“Bukan. Gue iri liat lo pacaran sama Kak Yoonie. Bisa ketemu tiap weekend, nggak kaya gue.”

2 0 2 0 [ NAMJIN ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang