chapter 2

53 26 9
                                    

~Langit akan selalu tinggi, dan kamu akan selalu mendongak  keatas untuk menatapnya~

"SHEL! LO DICARI LANGIT TUH!!! "

Arshel yang saat itu sedang menyusun buku langsung memasukkan seluruh bukunya kedalam tas. Ia tak mau Langit menunggunya terlalu lama. Mereka memang selalu pulang bersama sedari dulu.

" BURUAN NI SHEL! LAMA LO LANGITNYA UDAH RINDU BERAT!"

Arshel langsung melotot mengangkat tinjunya diudara. Daniel yang melihatnya hanya tertawa. Senang sekali rasanya bisa mengganggu sahabatnya satu itu.

Arshel langsung keluar kelas, mengabaikan siulan teman-teman sekelasnya yang benar-benar mengganggu pendengaran.

"Kapan jadian? "

"Sahabatan mulu si Langit. Cemen woy."

"Eh, bang Langit. Katanya si Arshel dia capek digantungin terus"

Langit hanya bersender didinding yang ada didepan pintu. Tak menghiraukan ucapan-ucapan orang yang sudah biasa ia Terima.

Semua orang tau, Langit dan Arshel tak terpisahkan sejak kecil. Tapi tak ada sedikitpun gosip gosip tentang kisah asmara antara mereka. Sejak dulu, hingga sekarang.

"Pulang sekarang? "

Arshel menatap langit yang bersandar didinding. Satu tangannya memegang ransel, satunya lagi dimasukkan ke saku celananya. Menyaksikan hal itu membuat Arshel semakin terpesona.
Ditambah lagi tatapan mengintimidasi yang ia Terima benar-benar membuat pasokan oksigen diudara semakin menipis menurut Arshel.

"Eh, kak Langit".

Mereka sontak menoleh melihat kedatangan adik kelas yang terlihat ceria saat menatap langit. Arshel langsung tersenyum gugup.

Kania? Kenapa lagi dia?

"Kak lang! Jadikan temenin Kania? "

Langit mengangguk kecil. Rasanya seluruh tubuh Arshel mati rasa saat mendengar kalimat yang terucap dari bibir cowok itu setelahnya.

"Yuk, kami duluan ya Shella. Sorry gak bisa bareng, gue ke sini nyampein itu aja sih."

Arshel hanya bisa memaksakan tersenyum lalu mengangguk. Arshel bisa menangkap ekspresi ceria yang terlihat dari wajahnya kania. Seakan-akan sangat bahagia dengan perhatian yang langit berikan. Hal itu membuat ada perasaan yang muncul di hati Arshel. Ia cemburu.

"It's okey. Lo bisa pergi. "

"Eh,tapi lo ga papa kan? Atau gue suruh Daniel yang anter lo pulang?"

"Ga usah, gue emang mau ngajak Daniel kok,"bohong Arshel. Mana mungkin ia bersama curut itu, Daniel itu punya pacar. Pasti lebih milih mengantar pacarnya pulang.

"Oh,ok."

Langit mengangguk lalu berjalan  meninggalkan Arshel yang meratapi dirinya sendiri. Apa cowok itu benar-benar tidak menyukainya sama sekali? Lalu apa maksud tingkah manisnya selama ini. Arshel lelah setiap kali harapannya membumbung tinggi Langit kembali menghantamkan realita kepadanya.


Langit, kenapa cowok itu tidak pernah mengerti? Tentang rasa yang Arshel pendam ini, ia hampir saja menyerah.

🌠🌠🌠🌠🌠

Menghitung bintang ternyata masih belum bisa membuat Arshel mengantuk. Selama ini ia selalu melakukan hal itu, menatap lamat lamat plafon kamarnya sambil menghitung bintang. Mencoba untuk mengundang rasa kantuk namun malah rindu yang ia dapat.

Arshel selalu suka kamarnya. Kamar dengan tema Langit. Berbagai aksesoris kecil membuat kamar itu terlihat seperti kamar anak laki-laki.
Arshel mencoba untuk tidur. Namun, malah terlintas sesuatu di memorinya.

"Bintangnya indah ya? "

Ucap Arshel dengan takjub. Langit hanya menanggapinya dengan senyum. Ikut mengadahkan kepalanya menikmati pemandangan dari balkon kamarnya Arshel. Sementara orang tua mereka sedang berbincang-bincang diruang tengah.

" Nama kamu Arshela starya kan? "

Arshel mengangguk. Menatap bingung wajah langit yang bersinar diterpa cahaya bulan.

"Starya dari kata star, artinya bintang."

Wajah imut itu langsung terkejut. Apakah itu memang kebetulan? Atau memang namanya dan langit benar-benar cocok?

"Bintang yang bikin langit jadi indah".

Ucapan langit membuat pipi Arshel bersemu. Ia adalah bintang, yang selalu ada untuk langit. Sebuah fakta menyenangkan menurutnya.

" Kalau gitu....... Kamu, tanpa aku, gak akan sempurna! "

Langit tertawa mendengar perkataan Arshel yang melantur. Umur Arshel 10 tahun waktu itu. Langit 11.
Langit tak pernah tau,sejak percakapan kecil itu Arshel mengubah seluruh kamarnya yang awalnya bertema hello kitty menjadi langit. Langit tak pernah lagi memasuki kamar Arshel sejak kejadian itu. Dan untuk alasan mengubah dekorasi kamarnya, tentu saja karena Langit.

Bayangan 7 tahun lalu yang masih terekam dengan jelas diingatan Arshel. Arshel tak pernah memberitahu siapapun seberapa besar obsesinya terhadap Langit. Ia menyimpan semuanya rapat-rapat. Dan tanpa Arshel sadari, ia sudah menggali lubang dihatinya sendiri.

Langit. Bagaimana mungkin Bintang gagal menggapainya. Sedangkan Langit adalah rumah bagi Bintang itu sendiri. Nyatanya Arshel tak pernah berhasil mengejar cinta dari cowok itu.

Apa benar ia bintang yang ditakdirkan untuk Langit?

Arshel hampir melupakan fakta bahwa di langit tidak hanya ada satu bintang. Dan langit bukan hanya tentang bintang, tapi juga ada matahari, bulan, planet, dan berbagai benda Asteroid lainnya. Mungkin saja Arshel hanyalah salah satu dari pelengkap Langit itu. Sebuah bintang yang sangat kecil, bahkan hanya sebutir pasir di antara luasnya semesta.

__________________









Gimana? Kurang greget ya?

Sarannya jangan lupa ya

Vote dan commentnya.. Maaf atas typo yang berserak dimana-mana

Sayang kalian😘
#myreaders






#REVISI

 

ARSHELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang