"Sungguh, di apit dua manusia protective itu benar-benar menyebalkan."
.
.
.Ketika ditanya tentang impian terbesarnya, Arshel tidak punya banyak permintaan. Ia hanya ingin lulus di Universitas pilihannya lalu menikah dengan Langit, orang yang dicintainya. Mereka hidup bahagia, di rumah sederhana dengan anak-anak mereka. Sebenarnya itu hanyalah khayalannya saja. Mana mungkin Langit mau.
Pernah suatu waktu Arshel mengode cowok itu tentang perasaannya, Langit malah sengaja mematahkan semangatnya dengan kalimat,
"Lo tau sendiri kan Shel. Orang kayak gue ini ga akan pernah mencintai siapapun."
Ya, Arshel yang paling paham akan hal itu. Namun sakitnya, tak lama setelah itu Langit berpacaran dengan teman seangkatan mereka. Holly shit. Bullshit. Entah apa yang Langit pikirkan yang Arshel tau ia hanya merasa sakit sekali. Tapi Arshel tetaplah Arshel, tak butuh waktu yang lama akhirnya mereka baikan lagi.
Arshel menoleh ke arah Daniel. Ia tidak fokus belajar hingga bel berbunyi, dan ternyata teman semejanya tengah terlelap dengan wajah damai.
"El,Daniel...."Arshel menyenggol lengan sahabat masa SMPnya itu. Sementara Daniel hanya menoleh dengan wajah bingung.
"Lo gak ditungguin Bunga? Kok malah tidur sih?"
Daniel berdecak pelan. Cowok itu terlihat lelah dan mengantuk. Langka sekali.
"Please Shel, gue ngantuk sayang. Lagian Bunga itu banyak temennya jadi gak terlalu sering ke kantin bareng gue."
"Ooh, gitu ya? gak kayak gue ya? Temen gue cuma lo sama Langit."
Nada sedih itu. Daniel menggerutu lagi. Ia kesal sekali dengan Arshel. Sebenarnya bukan ia tak punya teman, tapi dirinya sendirilah yang kurang bergaul dengan yang lain. Dimana-mana selalu berada di tengah Daniel dan Langit. Ya,sejak dulu mereka tak terpisahkan. Lebih tepatnya Arshel yang tak ingin membuka dirinya pada orang lain.
Beda dengan sekarang.
Daniel punya Bunga. Dan Langit terlihat sibuk dengan Kania.
Salahkah Arshel jika ia merasa kesepian sekarang? Sahabat dekatnya mulai menjalani kisah asmara masing-masing. Lalu bagaimana nasib dirinya? Terjebak best friend zone dengan Langit bukanlah keinginannya. Perasaannya ini,tidak bisa dibunuh begitu saja.
"Makanya gue bilang bergaul Shel,bergaul."
"Kalau gitu kenalin gue sama cowok dong El."
Daniel langsung melotot. Bukannya mereka tadi membahas soal teman? Kenapa malah jadi soal cowok. Arshel tidak berniat mencari pacarkan? Kalau iya Daniel tidak mau. Sebentar lagi ujian kelulusan dan Arshel pasti tidak akan fokus belajar.
"Gak. Lo gak boleh pacaran Shel. Gak boleh,"ucap Daniel tak santai. Membuat Arshel merengut dengan wajah kesal.
"Kok lo kayak bang Bagas sih? Protective banget. Padahal lo nya sendiri pacaran. Udah cukup bang Bagas yang nasehatin gue kalo pacaran itu merusak,lo jangan ikutan ngomel juga."
"Bener kata abang lo itu. Pacaran bisa bikin lo gak fokus belajar. Apalagi lo belum pernah pacaran."
Arshel mengerucutkan bibirnya kesal. Yang benar saja. Jadi apa dia harus jomblo dari bayi hingga SMA? Langit saja sudah pacaran tiga kali, Daniel dua kali. Lalu dia? Miris sekali ia tidak punya kisah cinta di masa SMAnya. Ia hanya terjebak best friend zone dengan Langit William Andalas dan ironisnya perasaannya bertepuk sebelah tangan. Menyedihkan sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSHELA
Teen FictionWellcome to Zona best friend zone🤏 Tentang Arshela, cewek yang diam-diam suka dengan sahabat kecilnya. Tapi si cowok tidak sadar, atau hanya pura-pura bego? Simak aja ya... ~selamat membaca~