2. Kehidupan Yang Baru

2 1 0
                                    

Sementara itu, di lokasi yang sama namun di tempat yang berbeda, terlihatlah seorang perempuan yang masih tertidur disaat orang-orang sudah berangkat untuk melanjutkan aktifitas masing-masing.

Kringg...kringg...kringgg...

Bunyi jam beker yang cukup keras, sehingga membuat perempuan itu mulai membuka matanya dan mematikan jam beker yang terus berbunyi. Lalu Ia pun melihat jam yang sudah menunjukan jam setengah 8.

"Astaghfirullah alazim, Aku telat lagi!!" Ia pun segera bangun dan buru-buru untuk bersiap mandi, setelah selesai, Ia lalu berganti pakaian tidurnya dengan pakaian kerjanya. 






Wanita itu bernama Tiara Saputri, atau biasa disapa Tiara. Ia adalah seorang wanita yang kini hanya tinggal sebatang kara bersama satu adiknya, yang bernama Diah Saputri. Karena 5 tahun yang lalu kedua orang tuanya meninggal.

Ibunya meninggal karena mengalami kecelakaan tunggal, sedangkan Ayahnya meninggal karena terkena serangan jantung akibat tidak percaya mendengar kabar bahwa perusahaannya bangkrut. Dan kejadian Ayahnya itu dilihat langsung didepan matanya Tiara dan Adiknya, bahkan Tiara pun juga tidak percaya bahwa Ia akan mengalami musibah yang datang bertubi-tubi pada keluarganya.

Hal ini mungkin disebabkan oleh Ia yang terlena dengan kenikmatan duniawi, karena di masa lalu, Ia sangatlah berbeda dengan Ia yang sekarang. Bergelimangan harta, apa yang di inginkan terpenuhi, dan juga sangat-sangat menikmati kekayaan yang dimiliki oleh Ayahnya. Hal itu juga yang membuatnya sombong, angkuh dan memilih-milih teman, karena di masa itu, Ia masih duduk di bangku sekolah menengah kejuruan. 






Namun, semua itu sekarang telah menjadi sebuah masa lalu saja. Dimana Ia harus membanting tulang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan Adiknya, belum lagi, Adiknya kini sedang beranjak remaja dan tengah duduk di bangku sekolah menengah atas. Ia sekarang bekerja sebagai karyawan di salah satu cafe ternama di Jakarta, sebelumnya Ia kuliah di Jogjakarta namun karena kekurangan biaya, akhirnya Ia pun drop out dari kuliahnya dan kembali ke Palembang. 

Flashback 

Di masa lalu, Tiara terlihat rebahan diatas kasurnya sambil mendengarkan lagu Happy milik Pharrell Williams. 

"🎶 Clap along if you feel like a room without a roof" Tiara yang menyanyikan salah satu lirik dari lagu tersebut seraya melihat beranda instagramnya. 

Tapi, semua kebahagiaannya itu tidak berlangsung lama setelah Ia mendengar Ayahnya yang sedang bergumam diluar rumah. 

Tiara pun mengikuti suara itu berasal, kemudian Ia mendengar dengan jelas Ayahnya berbicara dengan seseorang di teras rumahnya. 

"Kenapa bisa seperti itu? Saya kan sudah membangun perusahaan ini dengan keringat Saya. Lalu kenapa bisa penghasilan kita semakin menurun?" gumam Ayahnya Tiara. 

"Mau bagaimana lagi, Pak? Ini semua gara-gara masalah itu, dan akibatnya, Semua klien sudah mencabut investasinya kepada kita, pendapatan kita juga semakin menipis. Dan tak hanya itu, para karyawan juga menuntut gaji yang belum dibayarkan. Saya mohon maaf, Pak, tapi perusahaan ini harus ditutup" jelas seseorang itu, lalu pamit pergi begitu saja meninggalkan Ayah Tiara seorang diri. 

"Apa? Perusahaan Ayah bangkrut? Tidak, ini tidak mungkin terjadi. Bagaimana bisa perusahaan sebesar itu bisa bangkrut?" ujar Tiara didalam hatinya yang kini mendadak risau. 

Mendengar kabar yang kurang baik itu, membuat Ayah Tiara sedih dan risau lalu menundukkan kepalanya. Mungkin karena masih tidak percaya dengan kebangkrutan perusahaannya, tiba-tiba Tiara melihat Ayahnya itu memegang dadanya yang seakan sangat sakit. 

Deg..deg..deg...

Ternyata, penyakit jantung yang Ayahnya derita sejak lama kembali kambuh setelah beberapa menit mendengar kabar buruk itu. 

Gubrrraaaakkk....

Crrrinnnggg... 

Tiba-tiba Ayahnya Tiara langsung ambruk dari kursinya dan tak sengaja memecahkan gelas yang ada di atas meja. Melihat itu, Tiara langsung menuju Ayahnya. 

"Ayah, Ayah, Ayah kenapa?" Tiara yang khawatir melihat Ayahnya yang tengah kritis tersebut. 

"Tiara, Kamu jaga adikmu baik-baik ya" ujar Ayahnya dengan terbata-bata. 

"Gak gak gak, Ayah gak boleh ngomong gitu! Ayah pasti baik-baik aja" 

"Tidak, Tiara, ini sudah terlambat. Sebelum itu..Ayah...merestui...hubungan...kamu...dengan...siapapun..." dan inilah kata-kata terakhir dari Ayahnya Tiara, dalam arti Ayahnya sudah menghembuskan nafas terakhirnya didepan Tiara langsung. 

"Ayah...Ayah...Ayah...bangun Ayah...Ayaaahhhhh..." 






Kembali ke masa sekarang, setelah Tiara mandi dan berganti pakaian, Ia pun turun dan memandangi seseorang yang sedang berada didapur, Ia adalah adiknya Tiara yang bernama Diah Saputri, atau biasa dipanggil Diah. Dialah satu-satunya keluarga yang tersisa dan adik tunggal Tiara yang paling Ia sayangi, bahkan sangkin sayangnya, Tiara hampir menyerahkan apapun miliknya jika Diah meminta sesuatu kepadanya. 

"Kakak sudah bangun rupanya, itu Kak, Aku sudah buatkan roti sama susu buat Kakak" kata Diah dengan senyum ramahnya. 

"Terima kasih, Dek ya" ujar Tiara seraya duduk dan menyantap sarapan yang sudah disediakan oleh Diah. 

"O iya, Kak, bagaimana kabar temen Kakak waktu SMK itu? Apa Kakak masih sering komunikasi sama mereka?" tanya Diah sambil menyiapkan alat sekolahnya diatas meja makan. 

"Yang mana?" Tiara berbalik bertanya karena bingung, siapa yang dimaksud Adiknya. 

"Itu, Kak Anna, Kak Mila, Kak Rahmi, Kak Ez-," 

"Sssstttt" tiba-tiba Tiara menghentikan ucapan dari Adiknya itu setelah menyebut nama beberapa orang yang itu adalah teman-teman yang bersamanya di masa lalu. 

"Dek, tolong! Jangan sebut nama mereka lagi! Kakak gak mau lagi berurusan sama mereka, apalagi sampai mendengar nama-nama mereka!" tegas Tiara namun tetap lembut dengan Adiknya, tapi dibalik itu, Tiara menyimpan perasaan sakit hati yang mendalam setiap kali mendengar nama-nama itu. 

"Oohh, baik, Kak, maaf kalo Aku bikin Kakak tersinggung" ujar Diah yang sedikit menyesal, kenapa bisa Ia menyebut nama-nama tersebut, karena nama-nama tersebut itulah yang membuat Tiara Kakaknya itu bisa hidup sengsara seperti ini. 

"Kamu siapa? Aku gak kenal lagi sama Kamu" 

"Cuma orang-orang kaya doang yang jadi temen Aku! Your understand!!??" 

"Pergilah!! Kamu bukan temanku lagi!" 

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa" tiba-tiba Tiara teriak histeris dan menangis akibat mendengar kata-kata tersebut yang selalu bergema ditelinganya setelah Diah tadi menyebut nama-nama tersebut. 

"Kak, Kakak! Sebentar ya, Kak, Aku akan mengambilkan obatmu dulu" Diah yang seakan sudah tau bahwa kedepresian Tiara mulai kambuh lagi, karena Tiara pernah mengalami sedikit gangguan jiwa dan sempat masuk rumah sakit jiwa namun tidak berlangsung lama sampai akhirnya sembuh kembali. Ia pun segera mengambil obat anti depresan yang ada di kotak P3K dan memberikannya kepada Tiara. 

"Gimana, Kak? Apa udah agak mendingan?" tanya Diah yang khawatir dengan keadaan Kakak tersayangnya itu. 

"Ya, Kakak udah agak mendingan. Kakak mau kerja dulu ya, jaga baik-baik dirimu, Dek" ujar Tiara dengan pelan. Kemudian Ia pun mengambil Tasnya dan Diah pun menyalimi tangan Tiara. 

"Ya, hati-hati ya, Kak" 

"Assalammu'alaikum" 

"Wa'alaikummussalam" 

Bersambung...

Hati Yang TersakitiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang