• Grey : the cloudy sky

2K 294 17
                                    


    Suara langit yang bergemuruh disertai rintikan air yang jatuh mulai memenuhi jalanan di sekitaran.

    Manik (e/c) memandang genangan-genangan air yang terbentuk sementara membiarkan dirinya basah dihujani rentetan air hujan.

    Langit hari ini ikut bersedih bersama (name).

     Setelah ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya karena kecelakaan, (name) luntang-lantung tak jelas arahnya.

     Kapan hari (name) tidur ditemani para bintang di langit, lain hari ditemani kucing yang kebetulan lewat.

     Rumahnya sudah tidak ada sekarang. Seorang bangsawan tiba-tiba saja mengklaim rumah tersebut sebagai jaminan utang yang dimiliki kedua orang tuanya.

     (Name) tidak tahu itu benar atau tidak, karena seingatnya kedua orang tuanya selalu tepat waktu mengembalikan hutang mereka.

     Sembari menatap langit berwarna kelabu itu, sebuah tangan menyentuh bahunya. (Name) refleks membalikkan tubuhnya dan mendapati seorang lelaki muda dengan aura bangsawan membawa dua buah payung di tangannya.

    Yang pertama kali terlintas di benak (name) adalah bahwa pria ini akan menculiknya–setahunya ada beberapa bangsawan yang suka menculik gadis di jalan kemudian dijual atau dijadikan budak. Tapi ternyata perkiraannya salah. Pria itu malah menawarkan payung miliknya sekaligus tawaran untuk makan bersama.

    Tentu saja (name) tidak menolaknya, kapan lagi makan dibayari oleh orang lain? Sejak seminggu belakangan setelah seluruh uang saku (name) habis ia hanya bisa mengais sampah layaknya kucing untuk mencari makanan–yang setidaknya layak–atau menunggu kedermawanan orang.

     Kaki sang bangsawan mulai melangkah dan (name) pun mengekor di belakangnya dengan payung baru miliknya.

     Mereka berhenti di sebuah rumah makan dengan dinding kayu yang separuhnya terisi orang–(name) asumsikan sebagian besar dari mereka hanya berteduh karena baju mereka hampir semuanya terlihat basah.

      Saat memasuki rumah makan tersebut semua mata langsung menuju ke arah bangsawan yang berjalan di depan (name). Dia sendiri sih tidak heran, memangnya ada bangsawan yang masuk ke dalam rumah makan seperti ini?

      Seorang wanita dengan tubuh kecil datang sambil membawa buku catatan kecil dengan jalan yang tertatih-tatih karena takut melihat sang bangsawan. (Name) merasa agak kasihan kepadanya, rasanya pasti berat jikalau harus menghadapi bangsawan seorang diri.

     (Name) menghembuskan nafasnya kemudian menatap bangsawan yang sedang memesan makanan. Gaya bicaranya sopan, tidak seperti kebanyakan bangsawan yang menatap rendah pelayan dan memesan dengan kasar.

      Mungkin bangsawan ini berbeda.

      Begitulah pikir (name).

      Tidak lama setelah wanita itu pergi membawakan catatan pesanan, seorang lelaki muda dengan celemek di pinggangnya datang membawakan nampan berisi dua mangkuk sup yang mengepulkan uap hangat.

      (Name) meneguk ludahnya saat mangkuk tersebut dihidangkan di depan matanya, matanya menatap ke arah bangsawan yang tersenyum menatap dirinya seolah-olah masih tidak percaya makanan yang dihidangkan di depannya.

      Bangsawan itu kelihatannya menyadari tatapan (name) kemudian mengangguk, dan tepat saat itu juga (name) langsung menyeruput sup miliknya dengan perlahan.

     Saat (name) menyelesaikan makannya, bangsawan itu tiba-tiba saja berucap,

     "Kau sedikit aneh ya, normalnya orang yang kutemui langsung memakan makanan mereka dengan cepat." (Name) menatap bangsawan di depannya dengan kebingungan.

      "Ehh... Soalnya aku pernah dengar dari ibuku kalau makannya terlalu cepat nanti cepat lapar juga, jadi aku makan perlahan-lahan. Kemudian aku disini tidak dikejar waktu juga." (Name) berusaha untuk menyembunyikan wajahnya yang sumringah dengan sebuah senyum sopan.

       Bangsawan tadi hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sebelum kembali berucap dengan senyumannya, "kalau begitu (fullname), langsung saja ke intinya, apakah kau tertarik untuk menjadi mata-mata milikku? Tentu kau akan digaji dan kuberi sebuah rumah yang layak. Aku sudah mencari tahu tentang keluargamu dan kelihatannya kau berpegang teguh pada satu prinsip."

       (Name) terbengong-bengong.

       Lagipula orang mana yang tidak heran jika ditawari hal seperti ini? Dan hei! Dia tahu nama panjangnya!

      "Eh?"

       Itu satu-satunya kata yang keluar dari mulut (name) setelah sedikit mencerna perkataan bangsawan tersebut barusan.

      "Kau tidak perlu buru-buru menerimanya. Hanya saja kelihatannya bangsawan yang dulunya mengklaim hak tanah rumah milikmu mulai mencari dirimu entah karena apa. Aku perkirakan ini masih persoalan tanah itu–"

     "Aku terima."

      Bangsawan itu terlihat sedikit kaget, namun pada akhirnya ia hanya tertawa kecil sebelum mengulurkan tangannya ke arah (name),

      "Sudah kuduga kau menarik. Dan maaf atas keterlambatan perkenalanku, " Mata (name) menatap iris merah sang bangsawan sebelum akhirnya menjabat tangannya,

      "Namaku William james Moriarty, salam kenal."

.
.

Coloruary • William J. Moriarty ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang