2. Bangun

24 14 2
                                    

Di sebuah ruangan, terlihat ada sosok yang tengah mengerjab-ngerjabkan matanya. Ya, dia Aldo yang baru saja bangun dari tidur panjangnya.

"Al-aldo," ucap Reno yang tergagap karena melihat adiknya telah siuman.

Aldo yang melihat kakaknya masuk sembari menenteng makanan hanya memberi senyum lemah. Aldo merasa bingung, kenapa dia ada di rumah sakit?

"Aldo!" jerit Reno tak percaya.

"Tunggu sebentar, gue panggil dokter, Al," tukasnya setelah lama hanya diam memandang Aldo.

Tak lama kemudian, Reno datang bersama dokter yang bernama Haris. Beliaulah yang selama ini menangani Aldo di rumah sakit.

"Pak Reno tunggu di luar sebentar, ya" titah Dokter Haris dengan ciri khas bicaranya.

"Baik," jawab Reno sembari menunggu di depan.

Reno menunggu dengan perasaan gelisah. Entah mengapa, dia merasa waktu berjalan sangat lama. Sungguh, dia sudah tak sabar menemui Aldo dan mengetahui kabar kesehatannya. Semoga adiknya baik-baik saja.

"Aldo, gue harap lo bisa menerima semua yang telah terjadi," batin Reno di tengah kegelisahannya.

"Kenapa lama banget, sih?" gerutu Reno karena sudah 30 menit berlalu, tapi Dokter Haris tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

Klik!

Reno semakin gugup tatkala Dokter Haris ke luar disertai ekspresi yang sulit diartikan. Entah apa yang sedang dipikirannya? Reno pun tak tahu.

"Bagaimana keadaan adik saya, Pak?" tanya Reno dengan gugup, takut ada sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi pada adiknya.

"Kita ke ruangan saya saja, ya, Pak," sahut Dokter Haris sembari berjalan terlebih dulu.

Klik!

Bunyi pintu dibuka. Segera saja Dokter Haris masuk dan diikuti Reno di belakangnya.

"Jadi, bagaimana keadaan adik saya, Pak?" tanya Reno sekali lagi.

"Karena ada cedera pada otaknya akibat kecelakaan waktu lalu, adik Anda divonis terkena amnesia retrograde," jawab Dokter Haris yang membuat jantung Reno seolah-olah berhenti berdetak.

"Amnesia?" tanya Reno tak percaya.

"Ya, dia tidak akan mengingat informasi atau kejadian di masa lalu," jelas Dokter Haris kemudian.

"Apa dia juga melupakan saya, Dok?" Reno tak percaya ini. Kenapa harus adiknya yang mengalami ini? Dia sungguh tak terima.

"Tidak!" sanggah Dokter Haris dengan cepat.

"Lalu?" Reno agak bingung di sini, maklum saja dia bukan anak fakultas kedokteran. Jadi, hal semacam ini, dia tak paham.

"Seperti yang saya bilang tadi, adik Anda mengalami amnesia retrograde, di mana penderita tidak mampu mengingat informasi atau kejadian di masa lalu. Namun, dia tetap mengingat identitasnya ataupun orang lain. Akan tetapi, amnesia ini juga cukup berbahaya bagi penderitanya. Sebab, penderita bisa saja kehilangan ingatan yang baru terbentuk," papar Dokter Haris menjelaskan dengan begitu runtut.

"Apakah dia akan melupakan kejadian sebelum dia masuk rumah sakit?" tanya Reno hati-hati.

"Ya," jawab Dokter Haris singkat.

"Bagaimana untuk menyembuhkannya, Dok?"

"Dengan terapi rutin, obat-obatan, dan hal hal yang dapat memicu ingatannya kembali," jawab Dokter Haris kembali menjelaskan.

"Baik, Dok. Terima kasih banyak atas segalanya," ujar Reno kepada Dokter Haris.

"Ya, sudah menjadi kewajiban saya," sahut Dokter Haris ramah.

"Baiklah, kalau begitu saya izin undur diri, Dok," pamit Reno setelah mengetahui apa yang terjadi pada adiknya.

"Silakan, Pak," jawab Dokter Haris sembari tersenyum sebagai bentuk formal.

Mereka pun berjabat tangan. Setelah itu, Reno segera ke luar untuk menemui adik yang sangat dirindukannya.

~TBC~

Jangan lupa votmennya. Makasih.

ImpredecibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang