Aldo telah tiba di rumah. Dia mendapati rumahnya sepi sebab Reno masih berada di kantor.
Dia kembali teringat pesan Carlen saat Aldo mengantar mereka kembali ke kantor. Pesan itu membuatnya lebih waspada sekarang.
***
"Jangan pergi ke mana pun. Tetaplah di rumah," pesan Carlen yang langsung diangguki Aldo.
"Ingat, ya. Di rumah saja agar aman," lanjut Galen sembari menepuk kepalanya seperti anak kecil.
"Aw!" ringis Aldo tatkala rambutnya ditarik dengan kuat.
"Hahaha! Maaf. Aku hanya gemas dengan gaya rambutmu," jelas Gelan sembari terkekeh.
Aldo mendengus. "Tak apa," sahut Aldo tak acuh.
****
Aldo merenung. Dia bingung dengan yang dilakukan dua detektif itu. Mereka terlalu misterius untuk ditebak.
Tiba-tiba ponselnya bergetar. Dia mengernyit tatkala melihat Kevin meneleponnya.
"Ini tak biasanya," gumam Aldo merasa aneh.
"Hallo, Tuan." Terdengar suara Kevin menyapa.
"Hm, ada apa?" tanya Aldo to the point.
"Pak ... Pak Reno kecelakaan," cicit Kevin di sana.
"Bercanda lo gak lucu," tukas Aldo tak percaya.
Terdengar helaan napas di seberang sana. "Saya tidak sedang bercanda, Tuan," ucap Kevin tegas.
"Oke. Di mana dia sekarang?" Aldo mulai panik.
"Di rumah sakit sewaktu Anda dulu dirawat juga, Tuan," sahut Kevin sopan.
"Oke, gue ke sana sekarang juga. Lo jaga dengan baik kakak gue!" titah Aldo yang berjalan tergesa-gesa.
****
Aldo segera berlari menyusuri koridor. Dia segera menuju ruang rawat kakaknya.
Ketika dia masuk, kakaknya sedang duduk santai. Hanya saja, ada beberapa bagian tubuhnya yang memakai perban.
"Oh, hai Aldo," sapa Reno santai.
"Lo gak papa?" tanya Aldo seraya memperhatikan tubuh Reno dari atas hingga bawah.
"Gue gak papa. Gue kurang hati-hati aja tadi," jawab Reno tak menatap Aldo.
Aldo mendengus. "Lo bohong lagi," ungkap Aldo kecewa.
"Enggak," kilah Reno cepat.
"Terserah!" ketus Aldo sembari memalingkan wajahnya.
Mereka berdua hanya berdiam saja. Bahkan, Kevin yang masih di ruangan yang sama dengan mereka, tak diacuhkan. Poor Kevin.
Dia saat mereka hanya diam bergeming. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba terdengar suara orang yang lumayan familiar bagi Aldo dari arah luar.
"Wah, sepertinya ada yang lupa sama pesanmu, Carlen!" sindir Galen saat memasuki ruang rawat Reno tanpa izin.
"Benar, hingga membuat kita kalang kabut dan memutuskan menunda misi terlebih dahulu, ya?" timpal Carlen dengan seringai mengerikannya.
"Maaf," cicit Aldo tanpa berani menatap wajah mereka.
Reno hanya diam melihat mereka. Dia ... tak mengenalnya.
"Sudah sejauh apa jarak kita? Sudah setinggi apa sekat di antara kita, Aldo?" batin Reno sendu.
Galen yang melihat Reno pun segera menyeringai. Dia seperti ... baru mendapatkan mangsa.
"Carlen, kita mendapatkan mangsa baru," cetus Galen menyeringai senang.
"Ya, Black Swan," jawab Carlen disertai evil smirk.
Mendengar hal itu, tubuh Reno seketika menegang. Dia tak percaya. Secepat inikah tercium bau bangkainya?
"Kau dengar, Aldo? Bukankah tangkapan kami bagus?" tanya Galen tersenyum penuh arti.
"Tentu, itu sangat langka dan ... hampir mustahil," balas Aldo tanpa mengetahui arti yang dimaksud Galen.
"Bahkan, Aldo mengakuinya, Carlen," kekeh Galen.
"Benar sekali," sahut Carlen sembari terkekeh pelan.
Aldo tak menyadari jika kedua detektif itu telah berubah mengerikan. Bahkan, di setiap kata-kata mereka mempunyai banyak arti.
"Aldo, lo polos atau bodoh, sih?" dengus seseorang di dalam ruangan itu.
~Tbc~
Jangan lupa votmennya, ya. Maaf malah semakin tak jelas ceritanya. Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impredecible
Mystery / ThrillerDeskripsi: Aldo Navindra, seorang mahasiswa semester 7 dari fakultas bisnis. Saat ini, dia mengalami koma, akibat kecelakaan nahas yang hampir merenggut nyawanya. Seusai bangun, dia malah mendapati dirinya terkena amnesia retrograde. Sungguh mimpi...