Aldo tak menyadari jika kedua detektif itu telah berubah mengerikan. Bahkan, di setiap kata-kata mereka mempunyai banyak arti.
"Aldo, lo polos atau bodoh, sih?" dengus seseorang di dalam ruangan itu.
Galen dan Carlen saling menatap penuh arti. Lantas tingkah keduanya menimbulkan banyak tanda tanya di kepala orang-orang yang ada di dalam ruang inap itu.
"Hm, kita beruntung banget. Seperti beli satu, bonus seribu," lontar Carlen kembali menuai tanda tanya.
"Hahaha! Benar sekali. Tinggal menemukan yang satunya saja lagi. Dan wow, semua akan tertangkap," imbuh Galen seraya berbinar.
"Ya, tinggal sang Raven," jawab Carlen diiringi senyuman yang sulit diartikan.
"Ups, hampir lupa sama Raven, ya?" sinis Galen sembari tersenyum misterius.
Seperti yang Aldo bilang, mereka berdua terlalu misterius. Sangat sulit ditebak ataupun diterka.
Galen tahu, bahwa sedari tadi ada yang terus menegang. Padahal, dia hanya bercakap-cakap santai bersama partnernya.
Carlen mendengus. Ruangan ini sungguh berisi orang-orang yang tak peka. Heran juga kenapa mau terbutakan cinta dan dendam. Sangat suram. Mereka begitu ... menyedihkan.
"Kami undur diri untuk mencari sang Raven, ya, Aldo," pamit Galen dengan santai.
"Ya," jawab Aldo lalu berjalan pelan ke arah mereka karena dipanggil Carlen.
"Hati-hati! Tetap waspada, jangan mudah percaya sama siapapun itu!" perintah Carlen agar Aldo mau menurutinya dan tak ceroboh lagi.
"Ini perintah," jelas Carlen tak mau dibantah.
Aldo yang awalnya cengo, kini menjawab, "Hm, oke."
Setelah mendapat jawaban, Carlen segera berbalik dan melangkah ke luar yang diikuti Galen. Begitu mereka telah menghilang, baru Reno bisa bernapas lega. Entahlah, tetapi aura intimidasi mereka terlalu kuat, hingga membuatnya gelisah dan resah.
"Siapa mereka?" tanya Reno pada Aldo dengan pandangan menyelidik.
"Teman," jawab Aldo tak menghiraukannya.
Reno terpaku untuk beberapa saat karena pembicaraan mereka tadi. Mereka seolah-olah bukan berbicara tentang hewan, tetapi hal lain.
"Apa mereka tahu?" resah Reno dalam hati. Dia takut semua yang disembunyikannya terbongkar.
"Lo masih ingin menyelidiki hal itu, Aldo?"
"Tentu saja," sahut Aldo tegas.
"Ya sudah, semoga lo baik-baik saja dan ...," harap Reno yang mulai pasrah dengan keadaan.
"Dan kuharap lo tidak terlalu terkejut nantinya, Aldo," lanjutnya dalam hati.
Netra seindah malam itu, kini meredup. Tatapannya sayu dan sendu.
"Gue mau pulang. Lo udah boleh pulang gak?" tanya Aldo yang masih mempedulikan Reno, hanya saja tertutupi ego yang menggunung.
"Gue sudah diperbolehkan pulang," tutur Reno menjawab pertanyaan Aldo.
"Ayo!" ajak Aldo seraya mengulurkan tangan, seakan memberi isyarat akan membantu Reno berjalan.
Reno sedikit kesusahan berjalan, sebab sebelah kakinya terluka sehingga dililit dengan perban. Reno senang sekali, Aldo kembali memperhatikannya, meski masih ada ego di antara mereka. Akan tetapi, tak apa, ini jauh lebih baik dari sebelumnya.
"Kevin, lo pergi ke kantor saja! Urus pekerjaan gue yang tersisa, ya!" titah Reno yang sudah pasti akan dituruti Kevin.
"Baik, Pak," jawab Kevin sembari membungkuk hormat.
"Kami duluan." Aldo berpamitan terlebih dahulu.
"Sebenarnya apa yang lo sembunyikan dari gue? Gue masih penasaran." Sayangnya kata-kata itu hanya bisa terucap di dalam hati. Dia tak mau mereka kembali bertengkar hanya karena perkara ini. Sudahlah, sebentar lagi dia juga akan mengetahui hal yang sebenarnya terjadi.
~Tbc~
Jangan lupa votmennya, ya. Detik-detik menuju End wkwk. Tinggal beberapa chapter saja lagi. Terima kasih buat yang masih baca cerita ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impredecible
Mystery / ThrillerDeskripsi: Aldo Navindra, seorang mahasiswa semester 7 dari fakultas bisnis. Saat ini, dia mengalami koma, akibat kecelakaan nahas yang hampir merenggut nyawanya. Seusai bangun, dia malah mendapati dirinya terkena amnesia retrograde. Sungguh mimpi...