18.

4K 358 15
                                    

Gerald POV part 1

Beberapa tahun yang lalu...

Namanya Cantika Sarah Amalia, wajah dan sifatnya secantik namanya. Awal pertama kali melihatnya adalah saat orientasi mahasiswa baru. Sarah salah satu calon mahasiswi yang ikut orientasi dan aku salah satu panitianya. Wajahnya yang cantik dan sifatnya yang ramah membuat dirinya banyak dikenal oleh teman seangkatan ataupun kakak tingkat. Melihatnya tersenyum dan tertawa membuat hatiku menghangat, mendengar ocehannya saat bersama teman-temannya membuatku betah untuk mendengarnya. Gadis itu benar-benar memiliki magnet yang cukup kuat untuk kami para lelaki menoleh dan ingin memilikinya. Sikapnya yang periang dan suka menolong sering disalah artikan oleh kami kaum lelaki sebagai perasaan suka.

"Kak Gerald." panggilnya suatu siang. Aku mengerutkan keningku saat Sarah memanggil namaku dan berlari-lari menyusulku. Aku mengernyitkan keningku saat Sarah sudah tiba dihadapanku dengan nafas tersengal-sengal. Wajahnya memerah, rambut panjangnya diikat berantakan dan terlihat beberapa peluh mengalir dipelipisnya. Aku tersenyum melihat penampilan Sarah yang kacau tapi justru terlihat cantik dan menggemaskan. 

"Ya, ada apa?" Tanyaku datar, aku tidak ingin Sarah besar kepala karena aku bersikap manis padanya, meski hatiku bersorak kegirangan karena dia mencariku. Selam ini diam-diam aku memperhatikannya, ada rasa suka saat melihat wajah yang tertawa, cemberut ataupun kesal. aku tidak tahu perasaan apa, debar jantungku semakin kuat jika Sarah tersenyum padaku. Tapi saat ini aku tidak berani mengungkapkan perasaanku, aku tidak ingin salah mengartikan perasaanku. Aku harus meyakinkan diriku tentang perasaanku padanya. Aku harus pastikan Sarah juga punya perasaan yang sama sebelum aku menyatakan perasaanku padanya. Aku tidak suka ditolak karena itu aku lebih memilih memendam perasaanku padanya. Sarah membuka tas ranselnya yang cukup berat lalu dirinya memberikan sebuah ponsel padaku. Aku cukup terkejut tetapi menerima ponsel yang diberikan oleh Sarah.

"Punya kakak, tadi ketinggalan di kantin." katanya. Aku membuka ponsel itu dan ponsel itu memang milikku karena ada gambar Sarah sebagai wallpaper ya yang kuambil secara candid.

"Terima kasih." Ucapku. Sarah mengangguk. Ia terdiam sesaat dan terlihat ragu-ragu.

"Kenapa? Ah iya imbalan ya, kamu kan sudah mengembalikan ponselku yang tertinggal." Aku mengambil dompetku dan mengambil beberapa lembar uang ratusan ribu untuk kuberikan padanya. Dia segera menggeleng. Jadi apa yang sedang dia tunggu kalau bukan imbalan.

"Ini sebagai rasa terima kasihku." Ujarku lagi, lalu kuambil tangannya dan memberikan uang itu ditelapak tangannya. Dia menggeleng dan memberikannya kembali padaku. Telapak tangannya halus, dan aku merasakan hatiku menghangat. Hanya dengan menyentuhnya sudah menimbulkan efek menenangkan dalam hati.

"Tidak kak. Tidak perlu."

"Apa ada yang ingin kamu sampaikan?" tanyaku lagi melihat dirinya tidak beranjak dari tempatku dan terlihat semakin gelisah.

 "Itu kak, kenapa wallpaper kakak berisi fotoku. Ki-kita bahkan tidak akrab." Tanyanya gugup. Aku tertawa kecil.  Aku semakin gemas melihat tingkah Sarah, ingin rasanya aku memeluknya, membawa dan menyimpannya hanya untuk diriku saja.

"Kakak ngefans sama kamu." Kedua bola matanya membulat semakin terlihat cantik. Aku tahu dia terkejut dengan jawabanku tapi itulah kenyataannya, aku menyukainya.

"Aku bukan artis kak."

"Memang bukan. Kakak suka sama kamu." Ujarku terus terang dan kulihat wajahnya semakin pias dan terlihat shock.

"A-aku permisi kak." Ujarnya buru-buru dan tanpa menunggu perkataanku selanjutnya.  Sarah segera berlari meninggalkanku dengan pipi yang semakin merona karena malu. Aku terkekeh geli melihat tingkahnya itu. Aku tahu Sarah pasti kaget dengan ucapanku. Aku bukan cowok populer tapi cukup punya banyak penggemar wanita. Mereka bahkan tidak segan-segan meminta aku untuk jadi pacarnya. Sayangnya aku tidak tertarik dengan gadis-gadis itu, hanya satu gadis yang membuatku tertarik dan dia adalah Sarah yang berlari meninggalkanku setelah aku mengatakan suka padanya. Aku tidak ingin memaksanya jadi kekasihku, cukup dirinya selalu ada dalam radarku karena aku orang yang posesif dan protektif. Jadi milikku berarti akan selalu bersamaku. Aku membuka ponselku dan melihat banyak pesan belum terbaca dan miss call. Itu artinya Sarah tidak membuka ponselku. Aku kagum dengan kejujuran Sarah, selain cantik ternyata dia gadis yang baik. Tidak salah aku menjatuhkan hatiku padanya. Tapi saat ini aku merasa belum saatnya untuk memilikinya.

Two Heart (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang