Satu

915 79 11
                                    

Dibawah langit gelap gulita, diatas rumput hijau, dibawah tetesan air yang terus menerus menguyur tubuhnya Taeyong diam membisu, teringat kejadian setengah jam yang lalu ketika kekasih-ralat mantan kekasihnya memutus hubungan secara sepihak.

Hanya dengan kalimat, 'Kamu terlalu sibuk dan banyak nuntut aku ga suka.'. Kemudian pemuda Suh itu pergi meninggalkan Taeyong.

Taeyong tau maksud dari kalimat itu dan ia juga menyadari kesalahannya dari kalimat itu. Tapi kapan sih ia nuntut banyak hal?

Atau sebenarnya ia tak sadar sudah terlalu banyak menuntut ini itu? Meminta seorang Johnny Suh agar menjadi sesuai keinginannya?

Bulir-bulir air berjatuhan, melintasi pipi mulus nan putih pemuda Lee. Taeyong tidak tau ini air yang keluar dari matanya atau air yang turun dari langit.

Yang ia tau hatinya sakit mengingat hubungannya dan Johnny yang kandas hanya dengan kalimat itu.

"Heh, hujan." Pemuda bertubuh tegap menutup tubuh Taeyong dengan jaket, membiarkan butiran dari langit mengenai tubuhnya.

Taeyong mendongak; matanya sembab, hidungnya merah; bibirnya memucat.

"Doyoung apaan sih!" Taeyong mengibas jaket-menolak tentunya.

"Kamu yang apaan?" Pemuda bernama Doyoung itu geram, ia kini memakaikan jaket pada tubuh Taeyong.

Ranum tipis Taeyong terlihat mengerucut, "Aku manusia."

"Aku tau." Doyoung duduk disamping Taeyong, "Kenapa kamu hujan-hujanan?"

Taeyong tak menjawab, ia memandang kosong rumput. Lama-lama pandangannya kabur.

'Bruk'

Seketika pandangannya menjadi gelap.

☁☁☁☁☁

"Hyung... Hyung..." Doyoung menggoyangkan lengan Taeyong membuat pemuda Lee ini melenguh.

Mata lebar Taeyong terbuka, hal pertama yang ia lihat adalah Doyoung yang berada tepat diatas wajahnya.

Manik Taeyong membulat. Wajah Doyoung kalau dilihat dari dekat ternyata tampan juga.

Taeyong menarik selimut hingga menutup sebagian wajahnya, "Ko kamu ada disini?"

"Ini kan rumahku." Doyoung menunjuk frame dimeja nakas-terpampang jelas itu fotonya, "Semalam kamu pingsan."

Taeyong menunjuk dirinya sendiri, seakan tak percaya dengan apa yang Doyoung katakan.

"Serius loh, hyung semalem pingsan. Lagian suruh siapa sih malem-malem hujan-hujanan." Doyoung meraih gelas di nakas lalu diberikan pada Taeyong, "Itu gingseng, katanya dapat menghangatkan tubuh."

Taeyong tersenyum sambil mengucapkan terima kasih, "Lalu bajuku?"

"Aku ganti, soalnya basah. Eh tapi tenang aku cuma gantiin baju kamu pake baju aku, terus celananya aku lepas pas aku beres pasangin baju. Tapi boxer kamu ga aku lepas ko."

"Loh memang ga basah?"

Doyoung menggeleng, "Mungkin efek pantatmu yang panas?"

Taeyong mengumpat, ia menaruh gelas dinakas.

"Aku mau pulang." Katanya pelan.

"Aku ngga bisa anter, kuliahku 1 jam lagi."

"Ngga usah dianter, aku bisa naik taksi
Rumahku di Banpo dekat ko."

Doyoung memincingkan matanya, "Banpo? Dekat? Oh ayolah itu lumayan jauh untuk seseorang yang sakit."

Taeyong berdecak, "Lalu kamu mau aku diam disini?"

Yeongdong Blue || DotaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang