"Yey dia senyum," ujar Yenara ketika Altar tersenyum tapi bukan kepada dia Altar tersenyum. Tetapi pada salah satu teman Yenara bernama Nessya. Yenara yang menyadari itu hanya tersenyum pedih. Apalah ia, perempuan biasa yang tidak terlalu cantik tapi kulitnya lumayan putih, tubuh yang tinggi, bola mata berwarna cokelat terang, rambut hitam, dan tubuh yang lumayan bagus. Tetapi lebih cantik teman-teman nya yang hidungnya mancung, tubuh imut dan kecil.
"Kapan dia senyum ke gue jangankan senyum deh ngelihat gue aja gua udah seneng banget," gumam Yenara kecil tetapi terdengar oleh temannya, Nessya.
"Apa Nar, lo ngomong apa tadi? kenapa? lo ada masalah?"
Yenara kaget ternyata gumaman itu terdengar oleh temannya itu.
"Ehk nggak itu gue cuman ngomongin eumm anu itu tuh itu eumm guru yang lagi ngajar tuh di kelas itu kenapa gak lihat gue gitu yang dari tadi merhatiin dia hehhe," jawabnya gelagapan.
"Ada-ada aja lo hahaha," ucap Nessya sambil menyenggol tangan Yenara, setelah itu ia meminum air mineral yang dia beli di kantin tadi.
Mereka sekarang sedang berada di lapangan karena pelajaran olahraga. Setelah selesai pembelajaran mereka berganti pakaian. Lalu pergi ke kelas untuk melanjutkan pelajaran yaitu pelajaran bahasa indonesia.
"Assalamu'alaikum anak-anak pembelajaran hari ini kita akan belajar materi majas yah anak-anak buka buku paket halaman 86-90," ujar bu Dewi guru bahasa indonesia.
"Wa'alaikumussalam iyaa buu," ucap anak-anak kompak.
"Ibu akan menunjuk nama dan sebutkan contoh majas terserah mau majas apa saja," ujar ibu Dewi membuat semua bulu kuduk murid-murid berdiri.
Lantaran namanya di sebut. Lalu disuruh menyebut majas dan contohnya, para murid berdoa agar namanya tidak di sebut.
Kecuali Yenara yang santai akan hal itu, ya! dia pintar dan juga cerdas di kelasnya dia selalu peringkat antara 1-2 bergantian dengan Altar. Cowok itu seperti Yenara, ia selalu bergantian peringkat di kelasnya antara 1-2.
Tapi apalah daya sudah berapa kali dia hampir menyerah akan cintanya kepada Altartara mahareza. Lelaki yang tidak terlalu tampan malahan teman-teman Yenara menyebut Yenara buta karena salah memilih gebetan.
Altar itu pintar, tinggi, lumayan putih, matanya lentik, dan senyumannya manis, anak mama juga, dan goodboy. Altar adalah ketua kelas Yenara, walaupun mereka sekelas tetapi sangat susah mendapatkan Altar, lelaki yang sangat ia cintai. Altar tidak tahu bahwa Yenara menyukainya. Dia memang tidak peka soal percintaan karena Yenara dan Altar tidak pernah berpengalaman tentang percintaan. Terlebih Yenara memang tak pernah memberikan kode padanya.
"Jodi Fantara coba sebutkan majas apa saja dengan contohnya," ujar bu Dewi membuat murid yang di panggil namanya hanya berkata dalam hati mati gua. Yenara yang melihat tingkah Jodi alias teman seperumahan dan teman kecilnya itu hanya tertawa kecil.
"Yenara aja bu, kan dia pinter kenapa harus saya?" ujar Jodi dengan nada dan wajah yang tak menerima.
"Terserah ibu dong yang mau ngasih ke siapa." Bukan Bu Dewi yang menjawab tetapi Yenara. Memang dia agak sedikit bar-bar apalagi yang bersangkutan dengan si Jodi.
"Gak! gue gak mau titik," ucap Jodi kekeh.
"Tinggal jawab aja apa susahnya sih." Lagi-lagi Yenara yang menjawab pertanyaan Jodi. Sedangkan Ibu Dewi hanya terkekeh melihat kedua muridnya itu.
"Ya sudah kalau begitu, Yenara saja yang jawab," ucap bu Dewi pasrah.
"Yenara silakan jawab nak." Bu Dewi tersenyum ramah pada murid pintarnya itu.
"Baik bu, majas Ironi, contohnya Jodi itu tampan,tampan sekalii mirip banget aktor hollywood yaitu Tukul Arwana hahahaahaa." Yenara tertawa terbahak begitu juga teman sekelasnya terkecuali Altar.
Jodi yang tidak terima nama baiknya di jelek-jelekkan oleh Yenara pun berkata, "Bu saya sudah bisa bikin majas bu, saya sudah mengerti majas. Sekarang saya mau jawab bu."
Ibu Dewi yang tadinya tertawa karena jawaban Yenara. Menggeleng-gelengkan kepalanya saat Jodi yang sepertinya akan membalas perbuatan Yenara itu.
"Silakan nak," jawab bu Dewi.
"Tapi jangan majas ironi yah karena sudah di berikan contohnya oleh Yenara putri Luera."
Lagi-lagi bukan Dewi yang menjawab tetapi Yenara. Ia tidak mau kalah dengan lelaki yang bernama lengkap Jodi Fantara itu.
"Apaan sih lo Nar, Bu Dewi aja gak keberatan kalo gue pake majas apa aja, huh dasar," balas Jodi dengan lidah yang di julurkan keluar bermaksud meledek Yenara.
"Terserah lo, bodo amat," jawab Yenara acuh setelah itu, dia membersihkan kuku panjang yang sedikit kotor lalu ia bersihkan.
"Majas ironi bu, contohnya betapa pintarnya Yenara saking pintarnya di bidang akademik dia bodoh sekali dalam bidang percintaan yang cintanya selalu saja di tolak oleh Altartara mahareza."
Diam, hening, semua murid dan Bu Dewi pun melihat ke arah Yenara yang sedang membersihkan kukunya santai. Yenara yang diam membuat Nessya teman sebangkunya menegur.
"Nar lo gak marah ke si Jodi itu anak-anak ngeliatin lo gara-gara majas nya si jodi tadi?" sambil menyenggol tangan Yenara. Membuat Yenara menghentikan aktivitasnya selanjutnya dia berdiri.
"Apa maksud lo es Fanta! emang gue pikirin omongan lo? so tahu lagi, kalo gue suka ke si Altar. Urusin ajah diri lo, dasar Anjing lo! bu saya izin bolos bu terimakasih," ucap Yenara sambil berjalan ke arah pintu.
Bu Dewi yang belum sempat menjawab izin Yenara. Hanya menganga melihat apa yang di lakukan Yenara tadi. Bukan perkataan nya yang kasar itu sudah biasa di dengar oleh bu Dewi tetapi kemarahan Yenara yang begitu, dia sungguh tidak menyangka.
Untung kamu pintar Yenara ujar guru itu di dalam hati.
Sekarang giliran Jodi yang di perhatikan oleh seluruh murid dan bu Dewi tentunya."Cepat minta maaf kepada Yenara, Jodi cepat!" perintah bu Dewi. Tetapi apa yang di lakukan Jodi, ia hanya diam dan penuh penyesalan hingga....
"Biar saya saja bu yang mengejar Yenara supaya kembali kesini."
Jawab lelaki yang dari tadi hanya menganga dan tidak percaya dengan majas yang di katakan oleh Jodi tadi. Ya! lelaki itu Altar, Altar yang pendiam, dingin, cuek, pintar, anak mama, tak pandai bersosial, yang hanya melihat kepada perempuan cantik saja. Padahal dia lumayan jauh dari kata tampan. Seharusnya dia bersyukur masih ada yang mencintainya dan orangnya lumayan cantik yaitu Yenara. Sekarang seorang Altartara mahareza peduli dengan orang lain sungguh peristiwa yang sangat langka.
Di lain tempat, tepatnya di kantin, Yenara memesan beberapa makanan kepada ibu kantin. Ia sedang duduk menunggu, sambil menunggu ia merenung akan kejadian tadi, ya! dia berbohong katanya dia tidak akan memikirkannya tetapi dia tetap saja kepikiran.
"Sorry, boleh gue duduk di sini?"
Deg!
_______________
Hai ^^
Ini cerita Yenara yang asalnya dipublish terus diunpublish dan sekarang dipublish lagi (sehabis revisi)Selamat Membaca...
IG : @Sharazhera
KAMU SEDANG MEMBACA
YENARA [Completed]
Teen FictionKehidupanku berubah semenjak kehadiran ibu tiriku -Yenara Yenara, ia bisa karate, ia pintar, hobi bercocok tanam, dan ia juga cantik. Ia juga memiliki teman kecil yang selalu bersamanya. Kehidupan nya normal seperti remaja umunya. Tetapi semenjak i...