Yenara kaget, kenapa ada seseorang yang datang ke kantin? Bukannya sekarang masih jam belajar? Seperti dia, berarti orang ini bolos dari pembelajaran. Lama Yenara tidak menjawab ia hanya memainkan handphone tanpa berbalik badan kepada seorang lelaki yang berada di belakangnya itu.
"Ya udah gue duduk ya disini," lanjut lelaki itu yang sedari tadi di kacangi oleh Yenara.
Yenara salah tingkah ketika melihat gebetannya itu. Ya, cowok itu Altar. Dirinya sangat malu ketika ingin menatap mata cokelat cowok itu. Sebab perihal kejadian itu jadinya ia malu. Padahal pada guru sendiri dia tidak malu. Lantas mengapa dia malu hanya kepada lelaki yang biasa saja? Aneh.
"Nar, sorry gue ganggu lo, tapi mending lo balik lagi ke kelas. Soalnya pembelajaran belum selesai kan?" Altar membujuk Yenara. Entah mengapa dia ingin berbicara dan lebih dekat lagi dengan Yenara. Kenapa? Karena perkataan Jodi tadi. Sekian lamanya dia entah berapa tahun. Baru kali ini ia berbicara lagi dengan Yenara. Ini hanya ibarat karena Altar dan Yenara memang sangat jarang berbincang.
Jantung Yenara tak karuan berdetak dengan cepat. Hal yang ia pikirkan sekarang adalah bersyukur karena ia ingin dilihat, berbicara, dan di beri perhatian oleh Altar terkabul. Sepertinya dia harus mengadakan syukuran nanti di rumahnya. Ia sulit berbicara sekarang. Hei! kenapa ia jadi gugup! Mengherankan. Padahal tadi di kelas tidak kenapa-napa.
"Ya eumm iya hehe," ucap Yenara gugup. Tapi dia berpikir tidak boleh seperti ini. Karena ini dapat membuat Altar semakin yakin bahwa dirinya menyukai Altar. Ahk persetan dengan ucapan Jodi tadi. Altar jadi tahu bahwa Yenara menyukainya. Jadi dia harus bersikap seperti biasa.
"Ehk lo sendiri kenapa kesini? bukannya lo lagi belajar?" Yenara memberanikan diri untuk berbicara seperti biasa. Agar Altar tidak terlalu percaya bahwa Yenara menyukainya. bahwa Yenara menyukainya. Padahal memang benar Yenara sangat-sangat menyukainya.
"Gue ke sini buat lo, makanya jangan ngerepotin jadi orang, ayo buru ke kelas Nar!bukannya lo anak pinter? Anak pinter itu gak bolos," ucap Altar sambil memakan pesanan makanan yang di beli Yenara tadi yang sudah di sajikan.
Yenara terdiam. Apa tadi? Altar sedikit menaikkn nada bicaranya? Padahal Yenara tak salah. Wajar bila ia marah karena ucapan Jodi. Mengapa Altar yang repot? Ia juga membulatkan matanya. Apa-apaan Altar ini, makanannya dimakan oleh cowok itu tanpa izin. Menyebalkan.
"Gak usah sok peduli, biasanya juga lo cuek kan? apalagi sama gue," jawab Yenara ketus.
"Ya udah lo makan aja tuh makanan gue sampai habis. Gua mau ke kelas," lanjutnya sambil berjalan ke kelas meninggalkan Altar. Altar hanya melihat punggung Yenara yang semakin lama semakin menjauh. Tanpa menjawab omongan Yenara.
Ketika ingat sesuatu, Yenara berhenti dari berjalannya dan berbalik ke belakang melihat ada Altar yang mengikutinya.
"Soal yang di omongin sama si Jodi itu gak bener jangan ke PD an lo," ucap Yenara langsung memasuki kelas. Walau ia munafik bahwa ia menyukainya. Tetapi tetap saja ia gengsi, apalagi perempuan yang harus pertama memberitahukan perasaan. Tidak, ia bukan type orang pemberani seperti itu.
"Masih inget ternyata, gue kira dia lupa." Setelah mengatakan itu Altar pun memasuki kelasnya. Suasana kelas sekarang seperti biasa, guru menjelaskan dan murid yang mendengarkan walau tidak semua.
***
Kringgg!
Bel pulang sekolah berbunyi, murid -murid berhamburan keluar. Ada juga yang mengikuti eskul, berbelanja terlebih dahulu, berpacaran, dan banyak lagi macamnya.
"Gue duluan ya nar," ucap Nessya.
"Iya oke, hati -hati," jawab Yenara sambil melihat Nessya yang di jemput oleh pacarnya. Cewek cantik itu mulai menaiki mobil. Yenara tersenyum melihat temannya bahagia
KAMU SEDANG MEMBACA
YENARA [Completed]
Teen FictionKehidupanku berubah semenjak kehadiran ibu tiriku -Yenara Yenara, ia bisa karate, ia pintar, hobi bercocok tanam, dan ia juga cantik. Ia juga memiliki teman kecil yang selalu bersamanya. Kehidupan nya normal seperti remaja umunya. Tetapi semenjak i...