ιn тнe verge oғ dιvorce➁

899 94 11
                                    

.

"Ini udah jam Jisung pulang bentar lagi." Ujar Felix mematikan alarm di ponselnya. 

Seungmin mengernyit heran. "Kau pasang alarm?" 

Felix meringis. "Aku sering lupa jemput Jisung. Anak itu juga tidak mau pakai jasa antar jemput sekolah, jadi ya aku harus menjemputnya tepat waktu atau Jisung akan mengamuk."

"Satu hal yang tidak berubah, sifat pelupamu." Sindir Seungmin menyipitkan matanya.

Felix menyengir. 

"Kalau begitu, aku pulang ya. Makasih browniesnya." Pamit Seungmin lalu membawa tupperware berisi brownies yang diberi Felix. 

"Oke."

.

Seungmin menatap pintu rumahnya cukup lama, tiba-tiba memiliki keraguan untuk masuk ke dalam rumahnya sendiri. 

"Firasatku buruk." Gumamnya. "Gak mungkin kan dia sudah pulang jam segini, biasanya habis dari rumah sakit dia akan tetap lanjut ke kantor."

Seungmin menaikkan bahunya acuh, lalu memutuskan untuk membuka pintu.

"Anjing! Panasss!" Teriak Seungmin kaget ketika menyentuh gagang pintu rumahnya, tupperware yang ia pegang pun jatuh. Ia segera dengan cepat mengambilnya kembali dan memeriksa keseluruhan tupperware-nya. "Untung gak lecet. Awas aja kalau misalnya lecet." 

Seungmin menendang pintu itu, lalu masuk dan melihat apa yang dibalik pintu. Ada sebuah besi panas yang disangkutkan ke gagang pintu yang menyebabkan gagang pintu menjadi panas. Seungmin mendengus, "Ini pasti ulahnya."

Ia menatap sekeliling. "Dia udah pulang berarti." 

Oke, Seungmin merasa waswas sekarang, tidak mungkin Minho hanya memasang satu jebakan saja. Seungmin melangkah hati-hati dan menatap waswas ke sekelilingnya, bisa sajakan ada panah beracun yang tiba-tiba mengarah padanya? 

Ia menuju dapur terlebih dahulu untuk menaruh brownies Felix ke dalam kulkas. 

Brukk

Baru 2 langkah ia memasuki dapur, ia sudah terpeleset dengan keras, untung saja kali ini tupperware-nya gak jatuh. Ada genangan minyak yang sepertinya adalah minyak makan di lantai dimana ia terpeleset.  Mata kanan Seungmin berkedut menahan kesal.

"Lee Minho sialan! ini belinya pake uang tau. Udah tau susah nyari yang diskon, dia seenak jidat glowingnya aja numpahin minyak makan ke lantai." 

"Bi!" teriak Seungmin memanggil Bi Ina, pengurus rumah mereka. Bi Ina menghampiri Seungmin tergopoh-gopoh.

"Bi, tolong beresin ya." Ujar Seungmin meringis, sedikit merasa kasihan pada Bi Ina yang selalu membereskan kekacauan yang mereka buat. Tapi, ya sepadan lah dengan gaji yang diberikan, toh udah tertulis juga dikontrak kalau ini salah satu job desk-nya. 

"Iya, Tuan." 

"Bi, aku mempercayakan tupperware ini padamu untuk dimasukkan ke dalam kulkas." seungmin menyerahkan tupperware-nya pada Bi Ina layaknya sebuah benda pusaka turun-temurun. 

Bi Ina menerimanya sambil tersenyum, sudah terbiasa menghadapi tingkah aneh sepasang suami-istri(?) ini. 

"Bi, bentar."

Baru Bi Ina akan berjalan menuju kulkas, namun Seungmin sudah menahannya lagi. "Iya?"

"Bantu berdiri dulu, bi. Susah, nih." 

.

Seungmin memasuki kamar miliknya dan memastikan tidak ada jebakan ketiga, keempat dan seterusnya disini. Ia menghela napas merasa dirinya sudah aman sekarang, walau tidak begitu yakin. 

The moon and The sunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang