A quietly fluttering heart

299 57 5
                                    

Seekor serigala berukuran besar muncul didepan Seokjin, tubuhnya berusaha melindungi Seokjin dari sang beruang.

"Kau? datang?" Seokjin terkejut melihat serigala itu, untuk sesaat ia pikir ia akan mati diterkam beruang. "Aku bahkan tak bisa menyebutkan namamu" Beruang itu sudah pergi, kaki Seokjin melemas. "Bagaimana aku bisa berterima kasih?"

.
.
.

Seokjin berdiri diantara pepohonan tinggi sambil melihat kekanan dan ke kiri, lehernya terasa hangat dan geli sekaligus. Serigala itu memutuskan ikut bersama sang omega. Seokjin merasa seperti sedang menyembunyikan kekasihnya dari ibu dan ayahnya agar bisa masuk ke dalam kamar. Merasa aman, Seokjin berjalan pelan untuk masuk lewat pintu belakang, beruntungnya hutan dan rumah itu hanya berjarak beberapa meter.

Setelah tiba didalam rumah, barulah Seokjin bisa menarik nafas lega. "Tempat ini terlihat sempit saat kau masuk" ujar Seokjin. Kaki jenjangnya melangkah pelan menuju dapur, perutnya terus berbunyi. Seokjin memutuskan untuk membuat nasi goreng kimchi tengah malam, meski lelah tapi hanya itu yang ia inginkan. Sambil memasak, Seokjin mengedarkan pandangan, di ruang tamu sang serigala sedang merentangkan tubuhnya sambil menatap Seokjin.

"Aku tak punya daging" Seokjin membuka kulkas, kosong seperti hatinya. Sambil menarik nafas dalam-dalam, dokter muda itu mendekati sang serigala asing. Sambil memakan makanannya, Seokjin sesekali menatap serigala yang sudah menutup matanya. Tak menunggu lama pemuda tinggi itu menyudahi makan malamnya.

Setelah mencuci piring, Seokjin kembali mendekat.

Seokjin mengelus lembut bulu tebal disampingnya, dia merindukan keluarganya, apa yang akan terjadi jika orang tuanya masih hidup sampai sekarang? apa Seokjin akan tetap menjadi anak maid atau akan disekolahkan oleh keluarga Min? apa Seokjin akan giat belajar demi itu? atau dia hanya suka belajar karna ia merasa kesepian?. Terkadang Seokjin memikirkan hal-hal yang tak seharusnya ia pikirkan, sebagai seorang dokter psikiater, Seokjin memiliki banyak batasan yang lebih ketat dibandingkan dokter lainnya, dengan alasan 'lagi pula aku hanya punya Yoongi' maka semua peraturan itu tak masalah baginya. Sambil memikirkan masalah lainnya, akhirnya sang omega tertidur pulas ditemani cahaya bulan yang masuk dan deru nafas pelan sang alpha.

.

.

.

Bunyi suara aneh menginterupsi Seokjin, pemuda itu bisa tidur pulas sampai tengah hari dan akhirnya terbangun karna suara binatang kecil yang tak ia tau namanya.

Seokjin membuka mata perlahan, tubuhnya terasa panas, ternyata matahari hampir membakar tubuhnya. Semalam Seokjin ingat dia tidur di rumah kecilnya saat di dalam hutan ada mansion besar yang megah.

"Hm?" Pemuda tampan itu menatap seseorang yang duduk di sampingnya, menatapnya intens. "S-siapa? dimana-"

"Aku Namjoon, Kim Namjoon." ujar pria itu, Namjoon? siapa? Seokjin masih diam, ada rasa gugup dan takut menggerogoti tubuhnya. "Kau tidur disampingku semalam."

"Kau- werewolf itu?!" entah itu senang atau takut, Seokjin tak bisa mengekspresikan perasaannya sekarang, ia sangat bingung. Dia baru saja bangun, sinar matahari hampir menghitamkan kulitnya dan sekarang seseorang yang mengaku serigala yang sudah Seokjin temani 24 jam—yang dipikiran Seokjin serigala itu takut menunjukan dirinya, kini berubah menjadi seorang pemuda tampan dengan mata tajam yang masih terlihat sama.

Seokjin dengan cepat berdiri, matanya tak bisa untuk tidak menatap pemuda tampan yang sekarang duduk di lantai dengan ekspresi bingung itu. "Kau yakin kau itu dia?". Pemuda itu hanya diam menatap Seokjin yang sama bingung dengannya tapi dengan alasan yang berbeda. "Kau tak mempercayaiku?"

Lykhánthropos [Namjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang