Seokjin menghabiskan masa cutinya dengan baik, tanpa mengingat usianya, ia bersenang-senang layaknya anak kecil.
Seokjin dan Namjoon juga semakin dekat 4 hari terakhir, Namjoon bahkan selalu menginap di rumah sewa Seokjin, dan dirinya bersedia menjadi mesin penghangat saat hujan lebat mengguyur desa. Mungkin pengaruh dari rumah yang sangat dekat dengan hutan, membuat suhu saat hujan bertambah dua kali lipat, seperti sekarang.
"Namjoon, kau sangat hangat" Bulu Namjoon yang lebat, dan halus, di tambah tubuhnya yang memang besar, membuat Seokjin merasa sangat hangat, selimut elektrik ditambah mesin penghangat bahkan tidak terasa senyaman ini. Namjoon membungkus tubuh Seokjin dengan ekornya, dan Seokjin mengelus lembut kepala Namjoon. Kegiatan ini akan menjadi bagian terbaik di setiap harinya—bagi dua insan itu.
Seokjin sebenarnya penasaran bagaimana rasanya tidur di peluk Namjoon, tapi ia masih malu, melihat tubuh telanjang Namjoon saja sudah bisa membuat darahnya meletup-letup.
.
.
.
Dering ponsel menganggu tidur nyaman Seokjin dan Namjoon
—yang memang sedari tadi sudah bangun."Ah, Namjoon matikan" gumam Seokjin dan kembali tidur. Namjoon bangkit dari tidurnya, ia sudah menjadi dirinya sekarang. Namjoon mengenakan pakaian yang diberikan Seokjin setiap harinya, dirinya merasa agak tidak nyaman mengenakan pakaian, tapi Seokjin bilang dia akan terbiasa, lagipula Seokjin tak ingin menatapnya jika dirinya telanjang. Jari panjang Namjoon mencoba meraih ponsel yang tak ia mengerti cara kerjanya, itu tak ada dalam buku. Namjoon mengambil ponsel itu, ia ragu ingin membangunkan Seokjin.
"Seokjin" Ucap Namjoon dengan lembutnya. "Seokjin-ie, bangunlah" bisiknya pelan. Dan itu benar-benar berhasil membangunkan Seokjin, rasanya sangat nyaman saat Namjoon membangunkannya dengan bisikan lembut.
"Siapa itu?" Namjoon menggeleng tak tau. Tapi ada nama Yoongi dilayar. Seokjin mengambil ponselnya, jarinya menggeser sesuatu di ponsel. "Halo Yoongi? ada apa?" Ujar Seokjin dengan suara serak.
"Yak, apa kau baru bangun? sekarang sudah siang! wah, kau benar-benar memanfaatkan hari liburmu" ucap Yoongi di seberang telpon. Seokjin hanya hanya tersenyum sayu.
"Tentu saja. Ada apa? maaf tak mengabarimu, kau baik-baik saja?" Namjoon memperhatikan Seokjin yang tak menatapnya barang sedetikpun. Yang jelas, seseorang dari kotak kecil itu telah mengalihkan perhatian Seokjin darinya. Namjoon mendekatkan diri dengan Seokjin, sudah jelas ia cemburu, tapi ia tak bisa melakukan apapun.
"Aku baik. Dari suaramu kau pasti baik-baik saja. Jadi, kapan kau akan pulang?"
"Oh itu, aku akan naik kereta besok sore–" Seokjin menatap Namjoon, ah, apa mereka harus berpisah seperti ini?. "Um, Yoongi, aku akan mengabarimu nanti malam. Ada yang harus aku kerjakan, sampai nanti" Seokjin mematikan telpon sepihak.
"Kau mau kemana?" Seokjin menatap Namjoon ragu-ragu, ah, dia sudah terlanjur nyaman disini.
"Um, aku harus kembali ke Seoul besok, aku sudah pernah bilang aku seorang dokter 'kan? aku harus mengurus pasienku" Suara Seokjin menjadi pelan, ia menundukkan kepalanya.
"Aku ikut" Seokjin mengangkat kepalanya kasar. Dia bingung. Jika ia membawa Namjoon, mereka harus tinggal dimana? Seokjin masih mampu menanggung hidup Namjoon, gaji dokter tak main-main, tapi untuk menyewa apartemen sepertinya tak akan cukup, tidak mungkin ia tinggal di flat 'kan?.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lykhánthropos [Namjin]
FanfictionSeokjin yang tak percaya masih ada manusia serigala liar yang tinggal di hutan, suatu hari pergi mengunjungi Ilsan, menginap di sebuah desa yang masih terkurung pegunungan dan hutan lebat. Disana Seokjin bertemu seorang Alpha 'liar' yang sialnya san...