Jimin dan Yoongi berusaha menghalangi Seokjin yang sedang menggeram. Mereka bukan mengkhawatirkan Seokjin, tapi para penduduk desa. Omega Seokjin sudah tidak pernah keluar, jadi hal itu akan sangat mengkhawatirkan.
"Seokjin, tenanglah, kumohon." Yoongi menoleh ke arah Namjoon, setelah melihat lebih dekat, ternyata benar, alpha Namjoon sangat besar. Untunglah lukanya sudah mulai pulih. "Namjoon, kumohon padamu, tenangkan Seokjin." Satu-satunya orang yang bisa menenangkan Seokjin hanya orang yang berusaha dilindunginya.
Namjoon berdiri tertatih, dia menggeram kasar lalu berdiri di depan Seokjin, menghalangi pemuda itu agar tak melihat para pemburu yang sudah bersiap memanah mereka jika saja tidak ada dua manusia di depan mereka.
"Kita tak punya pilihan lain. Kuhitung sampai tiga, lari." Yoongi mulai menghitung, mereka tak akan bisa bicara baik-baik melihat panah itu sudah terbidik tepat di jantung mereka. "Tiga!" Seokjin dan Namjoon berlari sangat cepat meninggalkan Jimin dan Yoongi yang tidak berniat merobek pakaian mereka, lagipula itu akan lebih membahayakan mereka. Para pemburu tidak berdiam diri, mereka mencoba mengejar, dan lebih fokus pada dua werewolf yang berlari sangat cepat. "Bertemu di mobil!" Jimin dan Yoongi belok untuk kembali ke mobil, mereka tidak akan diam menunggu di hutan, mereka harus kembali ke kota apapun yang terjadi.
Jimin duduk tenang di dalam mobil, sedangkan Yoongi mulai menggigit kuku-kukunya. Dia sangat khawatir pada Seokjin. Seharusnya dia tau hal ini bisa saja terjadi.
"Yoongi, tenanglah. Mereka baik-baik saja." Ujar Jimin mencoba menenangkan omeganya.
"Bagaimana aku bisa tenang?! panah itu bisa saja menembus jantungnya! seharusnya aku mengurung Seokjin saja!." Keluh Yoongi. Jujur saja, bukan hanya perasaan khawatir yang hinggap dalam dirinya, tapi rasa takut lebih mendominasi. Yoongi kembali teringat kejadian dulu.
Krrkk.
"Yoongi, kau dengar itu?" bisik Jimin. Dia mendengar suara sesuatu yang patah, hidungnya juga mencium keberadaan werewolf lain. Dan itu bukan Seokjin. Jimin merentangkan tangannya, melindungi Yoongi.
Pintu mobil terbuka dan tertutup dengan cepat. Dua orang pria masuk ke dalam, satunya adalah Seokjin dan yang satunya... tidak bisa dikenali.
"Hah, jalan Jimin. Aku benar-benar lelah." Ujar Seokjin. Tanpa menunggu lama Jimin menginjak pedal gas.
"Kau tak ingin menjelaskan apapun? apa? apa kalian menyempatkan diri berganti pakaian dan bersantai sebelum kemari? kami menunggu kalian, Seokjin!" amarah Yoongi sekarang tak terkendali. Yoongi yang biasanya bersikap santai dan tenang kini meninggikan suaranya.
"Aku lelah, Yoongi. Aku ingin tidur, kumohon, bisakah kau memarahiku nanti saat kita tiba?" Seokjin tanpa tau malu merendahkan tubuhnya dan tidur di kursi belakang berbantalkan paha Namjoon.
"Oh bagus!"
"Tenang Yoongi, tenang. Dia kelelahan." Yoongi diam tak menanggapi kata penenang yang dilontarkan kekasihnya.
Beberapa menit berlalu dengan tenang, Seokjin sudah tertidur pulas, Yoongi tau alasannya. Seokjin beberapa hari ini kurang tidur, dia memikirkan banyak hal, dan sekarang mereka baru saja melarikan diri dari orang-orang yang berusaha membunuh mereka. Seokjin pasti kekurangan banyak energi. Yoongi sesekali menatap Seokjin di belakang, pria bernama Namjoon selalu menatap Seokjin, dan tangannya selalu terulur untuk menyelipkan rambut Seokjin ke telinga tiap kali rambutnya jatuh ke wajahnya.
"Jimin, pelankan mobilmu, Seokjin bisa bangun kapan saja." Jimin tersenyum lalu menuruti perintah kekasihnya. Jalanan memang masih berlubang di daerah sana. "Jadi, ceritakan tentangmu." Namjoon yang sejak tadi tak berniat menyapa, pun menatap pria berkulit putih yang menatapnya lewat kaca.
"Aku Kim Namjoon, dan aku mate Seokjin." Jimin dan Yoongi tidak bisa menyembunyikan keterkejutan mereka. Mereka sudah mendengar ini dari Seokjin, tapi yang dikatakannya hanya sekedar 'mungkin'. "Aku tidak mengerti kenapa hubungan kami sangat lemah, seperti ada penghalang diantara kami. Itu membuatku tak bisa mengklaim Seokjin." Dalam kasus ini memang terdengar aneh. Biasanya jika werewolf sudah tau siapa mate mereka, mereka akan langsung memiliki hubungan yang sangat kuat. Tapi Seokjin juga tak menunjukkan hal itu, Seokjin tidak terlihat tersiksa padahal mereka tidak bertemu satu minggu. Dan Yoongi juga tak melihat tanda-tanda Seokjin sudah bertemu matenya. Seokjin seperti orang yang jatuh cinta pada umumnya.
"Mungkin kalian hanya harus lebih dekat. Kau sudah tidak bertemu manusia, Namjoon. Bisa saja itu hanya rasa ketertarikan biasa." Namjoon memikirkan baik-baik kalimat pria yang sedang menyetir itu. Apa itu benar? tapi tidak mungkin. Namjoon sangat ingin memiliki Seokjin lebih dari apapun, dia akan menukar semua yang dimilikinya hanya untuk mendapatkan Seokjin. Apa orang yang tertarik pada sesuatu bisa melakukan itu? sepertinya tidak.
"Tidak mungkin. Dia mateku, aku sudah tau itu dari pertama kali kami bertatapan." Namjoon menatap Seokjin yang masih tertidur. "Aku hanya harus melakukan sesuatu untuk membuktikan itu." Yoongi bisa melihat perasaan tulus yang di tunjukkan Namjoon. Benar, itu bukan ketertarikan biasa. Tapi tetap saja, Yoongi belum bisa menerima Namjoon sepenuhnya. Dia masih harus diuji.
.
.
.
Empat pria itu tiba di rumah Yoongi. Sejak tadi Namjoon tak mengizinkan siapapun membantunya membawa Seokjin, dia hanya ingin menjadi satu-satunya orang yang dibutuhkan Seokjin di saat-saat seperti ini.
"Kau bisa membawanya kesana, dan kamarmu ada di sampingnya. Jangan coba-coba untuk tidur bersama." Yoongi pergi ke kamarnya setelah Jimin menariknya. Sifat Yoongi yang seperti ini mungkin bukan hal yang di perlukan Namjoon dan Seokjin sekarang.
.
.
.
Hmm masih kurang:v
KAMU SEDANG MEMBACA
Lykhánthropos [Namjin]
FanfictionSeokjin yang tak percaya masih ada manusia serigala liar yang tinggal di hutan, suatu hari pergi mengunjungi Ilsan, menginap di sebuah desa yang masih terkurung pegunungan dan hutan lebat. Disana Seokjin bertemu seorang Alpha 'liar' yang sialnya san...