Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi

(3) - Pekerjaan Sampingan Sang Junior

41.3K 4.3K 345
                                    

***

"Selamat pagi, Mbak. Saya Denise, dari batch 528. Izin ikutan, ya, Mbak," ujar salah seorang pramugari baru yang belum pernah terbang. Penerbangan perdana dalam kariernya tertiban kesialan karena ada Airene yang bertugas sebagai cabin one.

"Anak initial? Zero hour?" tanya Airene. Dirinya yang sedang duduk di kursi tunggu khusus awak kabin meneliti penampilan Denise dari atas sampai bawah. Selayaknya anak baru menetas, penggunaan scraf di leher jauh dari kata rapi.

"Benar, Mbak. Ini penerbangan pertama," jawabnya. Denise berdiri kaku dengan tangan yang meremas ujung seragam dengan kedua mata yang sesekali menatap Airene yang tengah duduk di hadapan. Wangi parfumnya samar-samar mengintimidasi.

"Hat terlalu miring, scraf kusut dan dandanan kamu itu enggak layak dibawa naik ke pesawat." Sepeninggal Denise yang berpamitan untuk ke toilet, Airene memperhatikan kumpulan satu set kru yang juga sedang menunggu jadwal terbang seperti dirinya. Kumpulan kru dengan seragam serba hitam itu lebih terlihat seperti akan mendatangi rumah duka dibandingkan akan terbang. Persis seperti ejekan seseorang.

Tidak jarang ia mendapati kru yang saling bersenda gurau satu sama lain di ruang tunggu. Cabin one ber-title angel akan mudah mewujudkan penerbangan yang menyenangkan. Jelas berbeda dengan penerbangannya yang diisi oleh junior-junior mendadak pendiam yang hanya bisa mengangguk-angguk karena ketakutan. Sekalipun ada junior atau senior yang diperlakukan dengan baik oleh Airene, pasti mereka adalah keturunan raja di kehidupan sebelumnya. Bisa dekat dan mengobrol dengan seseorang seperti Airene adalah sebuah privilege. Terlebih, ini adalah hari pertama dirinya kembali bekerja setelah menikmati day off selama dua hari. Day off paling tidak menyenangkan karena hanya bisa duduk diam dengan kakinya yang diperban setelah terjatuh di kamar mandi. Betis yang masih membengkak sangat tidak cocok dengan seragam kerja. Ketika memasuki toilet untuk menutupi bekas lebam dengan concealer, ia berpapasan dengan Denise. Tampaknya wanita itu sedang memperbaiki riasan mata yang sebelumnya berlebihan. Denise menyapa pun ia acuh tak acuh saja seperti seseorang yang kurang bergaul.

Di dalam salah satu bilik toilet, ia mengoleskan concealer miliknya ke beberapa titik betis yang berwarna biru keunguan. Masih pagi dan ada saja menyulut emosinya. Bekerja dengan tampilan tidak maksimal adalah sesuatu yang selalu ia hindari. Di sisi lain, ponselnya berbunyi dan ada panggilan masuk dari Adimas yang ke seratus delapan puluh satu.

"Gimana kakinya? Masih marah enggak?"

Bagaimana tidak marah jika tidak langsung ditolong walau sudah berteriak hingga kedua taring keluar dari ujung bibir. Adimas dan Zeva malah sibuk mendebati siapa yang akan masuk. Alhasil, kakinya makin membengkak. "Kalau mau basa-basi tutup aja."

"Sudah dua hari, masa marah-marah mulu."

"Aku tutu—"

"Kamu tahu gabrielle hobo bag-nya Chanel?"

Benar saja, Airene tidak jadi menekan ikon telepon berwarna merah di layar ponselnya. "Yaudah, dimaafin," tutupnya. Ketika panggilan telepon terputus dan belum sempat menaruh kembali ponselnya ke dalam handbag, ada panggilan masuk dari Zeva.

"Hey, my everything. Kamu apa—"

"Minimal Dior."

Detik itu juga sambungan telepon kembali terputus. Setelah membereskan alat-alat make-up yang digunakan, Airene bersiap keluar dari bilik toilet dan kembali ke ruang tunggu. Sebentar lagi memasuki waktu briefing dengan kru. Namun, pegangan tangannya pada gagang pintu terlepas ketika ia mendengar suara seorang wanita tengah membentak. Kemungkinan besar, di balik pintu, sedang ada seorang senior setengah matang yang sedang mengerjai junior. Ah, duduk sembari menikmati hiburan sebelum terbang boleh juga, kan?

Hiraeth AirlinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang