18:00

956 109 97
                                    

18:00

••

- Jakarta, dua tahun setelahnya.

"Happy Birthday, Zeerin!"

Suara tepukan tangan terdengar dari ruangan kecil yang suasananya masih terasa sama seperti tahun-tahun sebelumnya.

Seulas senyum manis tergambar jelas menghiasi wajah cantik ciptaan Tuhan itu. Tak pernah berubah, pahatan wajah istimewa ini masih selalu membuat siapapun terpesona.

Meski sempat hilang, namun saat terlihat oleh siapapun senyuman itu selalu memberikan energi yang sama. Semua orang menunggu gadis itu melakukannya.

Azeerin Lunaria Jovanka, panggil saja pemilik wajah istimewa ini dengan Zeerin. Usianya baru memasuki sembilan belas tahun tepat di hari ini.

"Selalu bahagia ya anak mama," ucap wanita berusia tiga puluh delapan tahun yang lebih cocok untuk di sebut kakak oleh Zeerin. Gelia, namanya.

"Terimakasih Mama Ge."

Gelia menatap anak gadisnya, mengelus kedua pipi Zeerin dengan perlahan. Mengecup kening Zeerin dengan penuh rasa sayang.

"Sudah tahun kedua, Zeerin belum terbiasa ulang tahun sendirian, ma."

"Zeerin gak sendiri, kan ada Mama Ge."

"Tapi Mama Ge gak ulang tahun."

Gelia tersenyum dengan hembusan nafas sedikit kencang. "Bara juga ulang tahun di sana. Hanya gak bisa merayakan di tempat yang sama aja, kan."

Zeerin mengangguk dengan wajah sedih yang tertahan. "Zeerin gak pernah lupa Kak Bara."

"Bara juga gak akan lupa sama Zeerin."

Gelia memeluk tubuh anak gadis semata wayang nya, mengelus punggung Zeerin. Menata kembali hidup gadis ini bukan hal yang mudah. Semua hal Gelia lakukan agar Zeerin yang penuh cerita itu kembali. Bahkan sampai harus pergi dari tempat asalnya.

Gelia hanya ingin Zeerin sembuh. Sembuh dari segala hal yang membuatnya sakit.

Zeerin penuh luka, tapi Zeerin punya Bara.

Sekarang tidak, Bara tidak lagi dimiliki Zeerin.

Bara....

"Zeerin mau ketemu Kak Bara, boleh tidak Mama Ge?"

Zeerin menghela nafasnya. "Zeerin sudah berdamai."

"Mama Ge cuma takut Zeerin sedih."

"Nggak."

"Lusa kita kesana."

Zeerin tersenyum manis. "Terimakasih Mama Ge."

"Sama-sama, sayangnya mama."

Ingin sekali Gelia bilang tidak, namun wajah manis anaknya membuat Gelia tak tega menolak. Tidak apa sepertinya jika sebentar saja. Seperti keinginan awalnya membawa Zeerin pergi hanya supaya gadis itu berdamai, bukan berlari dari keadaan.

"Kak Bara, Zeerin pulang, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak Bara, Zeerin pulang, ya."

- Azeerin Lunaria Jovanka.

"Aku antar sampai rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku antar sampai rumah."

- Arbara Mawasena.

•••

- 18:00 Sebelum Terbenam -

Hai, semoga suka!

Author hopeless romantic ini mau nulis romance lagi wkwk 😔

Tapi ini bukan romance biasa yang isinya pacar-pacaran kok. Bakal lucu, bikin kesemsem dan lebih ke pertemanan dan adek abang gitu, pokoknya gemes.

fyi, ini bukan fanfic, fiksi biasa aja, jadi kalian bebas bayangin visualnya kalau seandainya gak cocok sama yang aku kasih.

Aku pilih visualnya mereka karena sejujurnya aku baper banget sama chemistry mereka di ancika wkwk, sejujurnya aku naik kapal ini meski ga berlayar hehe.

Udah gitu aja, tunggu up bab selanjutnya. Alur nya bakal mundur gitu deh.

Disclaimer: Ini fiksi yaa, jangan di bawa ke real life! Cukup di sini aja.

Zee you next chapter! 🦖

- Kamis, 4 Juli 2024

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

18:00 Sebelum TerbenamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang