"Dia benar-benar merusak hidupku"- Oh Sehun
Sehun langsung membuka pintu ruang kantor miliknya. Wajahnya langsung berubah menjadi datar, padangan lurus pada sepasang pria dan wanita yang tengah menunggunya disana.
"Apa seperti ini kau bekerja?"
Sehun tidak menjawab ucapan Ayahnya, dia lantaa duduk di sofa bersebrangan dengan mereka.
"Pantas aja perusahaanku menjadi seperti ini, kau bahkan tidak becus mengurusnya. Apa ada seorang CEO meninggalkan pekerjaannya dan bersenang-senang diluar"
Sehun masih tetap diam, dia mencoba untuk tidak terpancing dengan omongan sang Ayah, dia melirik kearah wanita yang ada disamping ayahnya, dia tersenyum licik seolah-olah sangat senang Sehun mendapat cibiran dari Ayahnya.
"Ada urusan apa?" tanya Sehun dingin.
"Kau sungguh tidak sopan, apa begini kau berbicara pada orangtuamu hah?" marahnya.
Sehun membuang nafas kesal, dia selalu menjadi serbasalah dimatanya. Apa yang dia lakukan mau baik ataupun buruk akan teyap sama dimata ayahnya. Dia sudah benar-benar berbeda.
"Apa kalian kesini hanya untuk memarahiku? Memakiku?" tanya Sehun.
"Apa kau bilang!!" marahnya, dia hendak memukul Sehun tapi langsung ditahan oleh sang istri.
"Sudahlah, sebaiknga bicarakan baik-baik" ucapnya.
Sehun yang mendengar itu hanya berdecih kesal. Ayahnya benar-benar telah berubah ini semua karena wanita tidak tau diri ini.
"Berhentilah bermain dengan wanita, Appa akan menjodohkanmu dengan wanita pilihan Appa. Nanti malam pulang kerumah" jelasnya singkat.
Sehun jelas tidak bisa menerima itu, ayahnya membuat keputusan sendiri tanpa berdiskusinya dengannya. Ini sama saja seperti dia menjualku pada oranglain.
"Appa!! Apa kau masih menganggapku sebagai anak hah? Kenapa kau tega sekali menjodohanku dengan wanita yang bahkan belum pernah aku temui" marah sehun.
"Justru karena kau anakku, aku membantumu untuk mencarikan istri. Berhenti bermain dengan wanita-wantia bodoh itu, fokus untuk mengembangkan perusahaan. Ayah menjodohkanmu dengan dia karena itu membuat untung perusahaan" jelasnya.
"Apa kau menjualku sekarang? Aku tidak akan menerima perjodohan itu sampai kapan pun" marah Sehun
"Kau memang tidak tau diri Oh Sehun, masih untung Appa membesarkamu sampai sekarang. Apa kau masih akan melawanku hah?"
Sehun benar-benar marah pada sang Ayah, dia bahkan tidak peduli padanya, dia hanya mementingkan perusahaan yang bahkan itu bukan hak dan bukan miliknya. Ini hasil dari kerja keras ibuku selama ini.
"Aku tidak pernah memintamu untuk membesarkanku. Sekali lagi aku tidak akan menerima perjodohan itu"
Sehun lanhsung beranjak dan keluar dari ruangannya. Dia sudah mencapai kesabarannya, selama ini dia diam karena dia masih menganggapnya sebagai ayah. Tapi hari ini dia sudah memutuskan untuk tidak pernah lagi menganggapnya sebagai ayah.
***
Chanyeol sudah tiba dikediaman milik orangtuanya, dia langsung turun dari mobil dan berjalan masuk kedalam rumah.
Begitu dia membuka pintu, pandangan pertama yang dilihat adalah Airin tengah menggedong bayi kakanya.
Chanyeol yang melihat itu hanya terseyum, dia tidak menyangka jika Airin sudah sangat cocok untuk menjadi seorang ibu.
"Kau sudah tiba?" Nyonya Park menyadari kedatangan Chanyeol
Semua orang langsung menoleh padanya, Chanyeol hanya tersenyum dan mulai duduk disamping Airin.
"Dia tertidur" ucapnya.
Airin hanya mengangguk dan masih setia menimang bayi laki-laki kakanya.
"Dia sangat lucu"
Chanyeol hanya tersenyum mendegar ucapan Airin, dia begitu gemas.
"Aku sudah menandatangi kontrak magangmu, mulai minggu depan kamu sudah bisa masuk" jelas Chanyeol.
"Terimakasih" Airin tersenyum manis pada Chanyeol.
Park Yoora berjalan menuju Airin dan Chanyeol, dia bermaksud untuk membawa si kecil bersamanya.
"Dia tertidur? Wahh kau sudah sangat cocok untuk menjadi ibu. Sini biar aku tidurkan" Yoora membawa sikecil dari gendongan Airin dengan pelan, agar dia tidak bangun.
"Apa ingin minum?" tawar Airin setelah menyerahkan bayi laki-laki Yoora.
Chanyeol mengangguk "ambilkan aku air putih saja" ucapnya.
Airin lantas berdiri dan mulai berjalan menuju dapur untuk membawa air.
Tak lama Airin kembali dengan membawa aatu gelas berisikan air putih seperti yang Chanyeol minta.
Dia kembali duduk dan memeriksa ponselnya, Jongkook ternyata mengirimnya pesan dan memberitahu jika mereka sudah diterima diperusahaan.
Airin lantas membalasnya, setelah itu dia kembali menyimpan ponselnya.
"Siapa?" Rupanya Chanyeol daritadi memperhatikan Airin.
Airin menoleh pada Chanyeol. "Jongkook mengirim pesan dan memberitahu jika aku dan dia sudah diterima diperusahaan." jawab Airin.
Chanyeol hanya mengangguk pelan setelah mendengar jawaban dari Airin.
"Makan malam sudah siap, ayo sebaiknya kita pergi kemeja makan. Ayah juga sebentar lagi tiba." Park Yoora berjalan kearah Airin dan Chanyeol.
Airin dan Chanyeol langsung berdiri dan mengangguk, mereka berdua langsung pergi menyusul Yoora ke meja makan.
Suasana dimeja makan cukup hangat dengan obrolan-obrolan ringan yang dilontarkan okeh ibu Chanyeol juga Ayahnya.
Airin sangat bersyukur karena mereka dapat menerimanya dengan baik dan memperlakukannya dengan baik juga.
"Appa dengar mulai minggu depan kamu sudah mulai magang?" kali ini Ayah Chanyeol bertanya pada Airin.
Airin mengangguk pelan "Iya A-ppa." dia menjawab dengan pelan.
"Apa sudah diterima diperusahaan? Jika boleh tau perusahaan mana? "
Airin melirik Chanyeol sebentar dan berniat untuk menjawab,
"Airin akan magang diperusahaanku Appa." Chanyeol langsung menjawab sebelum Airin.
Semua orang terlihat terkejut dengan ucapan Chanyeol.
"Benarkah? Itu pilihan yang bagus Airin." Nyonya Choi tersenyum senang mendengar jawaban dari Chanyeol.
"Appa lega mendegarnya, Appa pikir kamu tidak akan magang ditempat Chanyeol."
"Aku pikir itu lebih baik daripada harus mencari yang lain." ucap Airin.
Setelah percakapan itu, semua orang mulai terasa sangat akrab, begitu juga dengan Airin dia benar-benar merasa sudah dianggap dan diterima dikeluarga Chanyeol.
***
Terimakasih yang sudah mampir😍😊 jangan lupa vote dan komen, Follow juga yah🙏😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Marriage
Fanfiction"Apa kau mau menikah denganku?" Itu adalah kalimat pertama yang Dia katakan padaku sejak pertama kali bertemu. Aku menganggap bahwa pria yang kini ada dihadapanku saat ini adalah Gila. Bagaimana tidak? Dia tiba-tiba saja mengajakku untuk menikah...