Malam hari, tepatnya pukul 9 malam. Shasa sedang berada di rumah sakit. Pasalnya, tadi ketika selesai menunaikan sholat isya, Marisa tiba tiba saja pingsan.
"Gimana keadaan ibu saya dok?" Tanya Shasa tepat ketika dokter Mirna keluar dari ruangan.
"Em... Bu Marisa, beliau mengidap penyakit gagal ginjal dek. Untuk saat ini, dokter saranin ibu adek, jangan terlalu memikirkan sesuatu secara berlebihan dulu ya. Supaya, beliau bisa fokus untuk penyembuhan" jelasnya
"Taa__tapi dok, ibu saya bisa sembuh kan?"
"Atas izin Allah dek, kamu berdoa saja yah. Untuk saat ini, beliau tetap rawat inap sampai beliau merasa mendingan, tetapi suatu saat akan terasa sakit tiba-tiba. Saran saya beliau sebaiknya segera dioperasi sebelum semakin parah. Dan iyah, ini resep obatnya nanti kamu ambil di apotek yah" ujar Mirna seraya memberikan secarik kertas yang tertuliskan resep obat.
"Baik dok, terimakasih"
<>
"Woy sha!" Ucap Riana yang baru saja datang dan menepuk pundak Shasa dan membuat Shasa terkejut.
"Ih. Nyebelin lo" balas Shasa dengan muka ditekuk
Riana duduk dibangku samping Shasa.
"Nape lu, tumben anteng" tanya nya"Ga papa"
"Lah cewe mah gini. Bilangnya ga papa tapi mukanya apa apa" sewot Randy yang baru saja sampai dan duduk dibangku tepat belakang Shasa.
"Serah lu. Gue males debat" Shasa
"Tuh kan. Cewe tuh susah dimengerti, maunya bener sendiri" celetuk Randy seolah tertuju ke Shasa.
Shasa hanya diam. Ia masih bingung memikirkan ibu nya. Bagaimana cara dia melunasi biaya untuk inap ibunya di rumah sakit. Jika untuk menebus obat, Shasa mampu. Karna ia jaramg sekali jajan. Tetapj kalo masalah biaya inap, ia tak mampu.
<>
"Eh Sha. Lu kenapa? Cerita aja sama gue. Siapa tau gue bisa bantu lu"
Shasa yang sedari tadi berusaha menutupi nya namun goyah. Ia butuh teman saat ini, ia butuh tempat untuk mengadu.
Shasa memeluk erat tubuh Riana. Ia menangis dalam dekapnnya.
"Eh, tenang yah. Lu kuat kok" ucap Riana dengan tangan yang mengelus punggung Shasa.
Perlahan Shasa melepaskan pelukannya.
Ia menatap sahabatnya dengan tatapan sendu. Sangat jauh dari Shasa yang biasanya."Cerita sama gue. Ada apa?"
"Hiks....hiks...Na, hiks... Ibu sakit, ayaah ninggalin kami hikss, sekarang ibu dirumah sakit. Gue bingung, cari uang gimana sedangkaan besok kemungkinan ibu udah pulang. Tapi gue, belum bisa lunasin biaya rumaah sakit hikss" jelas Shasa.
Tanpa mereka sadari, ada sepasang telinga yang sejak tadi mendengarkan curhatan Shasa. Kemudian orang itu tersenyum simpul.
"Woy Do! Abis dari mana lo?" Tanya Azka kepada Rivaldo yang baru datang.
"Toilet" jawabnya lalu duduk dibangku miliknya.
"Oh"
"Eh ka, napa lu?!" Tanya Jaya heran.
Pasalnya tidak biasa Azka hanya menjawab 'oh' saja.
"Salah?"
"Ngomong apa si lu. Kagak mudeng gue"
"Salah kalo gue ikutin bos lu itu?"
Jaya dan Hasbi mencoba mencerna perkataan Azka. Rivaldo yang merasa terpanggil menengok kearah Azka, seraya menaikkan satu alisnya.
Detik berikutnya, Jaya dan Hasbi tertawa terbahak."Nape kalian?" Tanya Rivaldo tertuju untuk Jaya dan Hasbi.
"Aduhh, perut gue sakit Bi" Tawa Jaya sembari memegang perutnya.
Hasbi menyudahi tawanya.
"Tuh temen lu. Dia kesel sama sikap dingin lo, makanya dia niruin gaya lo. Biar lo tau gimana rasanya mendapat respon dingin" jelas Hasbi.Waw Hasbi dirimu peka sekali mas.
"Yoah, Hasbi sohib paling peka" seru Azka seraya menepuk pundak Hasbi.
"Lo itu ngga pantes dingin Ka, malahan kocak aja gitu, muka songong gitu jadi cool?! Hahaa," ejek Jaya.
"Lo kalo ngomong bener Jay" tambah Rivaldo.
"Bodo ammat. Temen gue disini cuma Hasbi" ketus Azka.
"Bi, lo temen ni anak?" Tanya Jaya
"Bukan. Dia, anak pembantu gue. Makanya gue belain" jawab asal Hasbi mendapat pelototan mata dari Azka dan disambut oleh gelak tawa Jaya serta Rovaldo.
<>
"Bi, gue boleh minta tolong sama lo?" Tanya Rivaldo.
Kini Rivaldo dan Hasbi sedang berada disebuah cafe. Mereka bertemu tanpa jadirnya Azka dan juga Jaya.
Hasbi terkekeh, mendengar pertanyaan Rivaldo.
"Lo nganggep gue apa sih?""Gue, minta tolong sama lo. Ini, bayarin biaya rumah sakit ibunya Shasa. Jangan salah paham lo!, Gue...gue cuma kasian aja sama ibunya. Ngga lebih.!" Jelas Rivaldo. Seraya memberikan sebuah amplop coklat yang berisin uang.
"Gue paham. Lo tau dari mana tentang mereka?"
"Ceritanya panjang, kapan-kapan aja gue jelasin. Gimana? Mau bantu nggak?"
"Kenapa harus gue?. Kenapa ngga Lo sendiri aja?" Tanya Hasbi heran.
"Ya, gue ngga mau aja dia kepedean dan seakan gue kasih harapan dengan gue perhatian ke ibunya. Gue nggak mau itu" jelas Rivaldo.
Entah lah, ketika mengucapkan itu ia merasa ada yang berbeda didalam hatinya. Aneh.
"Emang apa yang lo ngga suka dari Shasa? Dia baik, rajin sholat juga, cerdas, kurang apa l___"
"Jadi lo mau bantu atau enggak?!"
Hasbi menghembuskan nafas pelan. Ia sangat tidak suka jika perkataannya dipotong sebelum selesai. Tetapi, dia sangat mengenal bagaimana sikp Rivaldo. Dia mengalah untuk ini.
"Gue bantu!. Atas nama siapa kalo Shasa tanya?"
"Terserah, yang pasti jangan nama gue"
Hasbi mengangguk angguk.
"Fine"Holla!!!
Jangan lupa VOTE OKE😉23 Oktober 2020
Salam pecinta kopi☕
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMIT
Teen FictionEh, itu pangeran guee. Aaa ganteng banget siii. Jadi pen cepet cepet gue nikahin deh" mulai tuh Shaha ngawur. "Eh, masih bocah aja udah mikirin nikah lo" sewot Riana "Biarin lah. Tuh, liat pangeran gue mau lewat sini. Eeh, udah rapi belum gue Na?" T...