"Sha" panggil seseorang namun, yang dipanggil tidak mengindahkan. Ia masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Entah apa yang dipikirkan.
Suasana yang tenang dengan angin yang semilir membuatnya lebih tenang untuk memikirkan sesuatu hal. Dan disuguhi oleh danau yang berada didepannya.
"Sha" panggilan yang kedua cukup mengangetkan, karena dengan intonasi (bener kagak sih? Hahaw) yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Shasa terkejut, lalu mendongak keatas. Hasbi?.
"Astaghfirullah, kak Hasbi." Jawab Shasa.
Hasbi tersenyum tanpa merasa bersalah.
"Geseran Sha" perintah Hasbi.
Dan Shasa menggeserkan badannya. Disusuli dengan Hasbi yang duduk disampingnya.
"Tumben ka?" Tanya Shasa tanpa menghadap Hasbi dengan pandangan lurus kedepan.
"Kenapa lo disini sendiri? Ada masalah? Cerita aja. Gue tau lo ada masalah. Sha, dengerin gue. Lo itu disini ngga sendirian, lo punya temen yang bisa jadi tempat curhat lo. Gue tau, sebaik baiknya tempat mengadu itu hanya Allah. Namun, nggak ada salahnya juga buat berbagi sama teman. Siapa tau dengan itu, lo dapat masukan dan sedikit buat lo tenang." Jelas Hasbi.
Shasa terdiam. Benar yang dikatakan Hasbi.
Saat ini dirinya butuh tempat mengadu dan butuh saran. Tidak ada salahnya memang.Shasa menjatuhkan air dari matanya yang sudah ia tahan sejak tadi. Hasbi melihatnya iba, ia sebenarnya sudah tau masalah Shasa karena tadi Rivaldo menjelaskan semuanya.
"Hikss... Hiks ... Kak, gue benci sama ayah, dia jahat sama gue sama ibu. Gue ngga tau salah kami apa, dia ninggalin gue, dia manusia ga punya tanggung jawab. Gue benci sebut dia dengan sebutan AYAH. DIA GA PANTES GUE PANGGIL AYAH. DIA SELALU NYIKSA KAMI BI. GUE BENCII DIA!!!!! Hiks...hikss. gue sekrang cuma punya ibu, orang tua satu satunya gue didunia ini. Hikss" ambyar sudah Shasa. Ia meluapkan semua emosinya.
Hasbi paham betul yang sekrang Shasa rasakan.
"Gue paham perasaan lo gimana. Gue ngga bisa rubah nasib keluarga,bahagia lo Sha. Gue cuma bisa ngingetin sebagai temen, lo ga boleh benci sama ortu sendiri. Seburuk apapun ayah lo, itu tetep ayah lo. Kalo gada dia, lo gada disini sekrang. Kalo bukan karena keringet ayah lo, mungkin lo ga bakal sekolah, ga bisa makan." Jelas Hasbi.
"Dan yang perlu lo inget. Didunia ini, ga ada yang namanya bekas anak, apalagi bekas ayah. Gada Sha." Ucap Hasbi dengan nada lembut.
"Lo bener ka, tapi apa boleh gue marah sama ayah karena dia ninggalin gue dan ibu?"
Hasbi tersenyum.
"Lo boleh marah sama ayah lo. Tapi, ga boleh benci sama dia, ya?. Gue tau, lo butuh waktu buat maafin ayah lo. Dan gue harap, lo ngga nyimpen dendam sama ayah lo."***
"Kak.. gue janji, gue bakal bayar utangnya ke lo. Tapi gue nyicil yaah?" Tanya Shasa.
Sekrang Shasa dan Hasbi tengah berada di rumah sakit tepat diruangan Marisa inap.
Hasbi tersenyum, ia gemas melihat gadis yang berada didepannya ini.
"Bukan pake uang gue" jawabnya santai."Terus, kak bi pake uang siapa? Kakak ngga ny___"
"Lo tuh yah pikirnnya." Ucap Hasbi seraya menyentil dahi Shasa pelan. Shasa hanya terkekeh.
"Itu uang, dari temen gue." Lanjut Hasbi.
"Siapa kak? Mas pangeran yah?" Tanya Shasa antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMIT
Teen FictionEh, itu pangeran guee. Aaa ganteng banget siii. Jadi pen cepet cepet gue nikahin deh" mulai tuh Shaha ngawur. "Eh, masih bocah aja udah mikirin nikah lo" sewot Riana "Biarin lah. Tuh, liat pangeran gue mau lewat sini. Eeh, udah rapi belum gue Na?" T...