3

42 11 6
                                    

"Bagaimana keadaannya kak?"...

"Kurang tau deh. Tapi kayaknya sudah membaik"...

"Emang tadi dia abis ngapain sih?"...

"Kakak saja kaget sama apa yang dia lakukan. Dia baru aja nyelamatin anak kecil yang hampir ketabrak mobil"...

"Seriusan?! Dia yang nyelamatin sendiri?!"...

"Iya, bener"...

Andam terdiam menatap sosok yang tertidur di ranjang, yang tak lain adalah Sajin.

Saat ini, dia sedang di UKS kampus. Awalnya hendak ingin dilarikan ke rumah sakit, namun karena jaraknya terlalu jauh, bahkan sangat jauh, jadi tubuh Sajin dibopong ke UKS kampus.

Saat ini dia sedang tertidur pulas. Terlihat dari nafasnya cukup kasar dan sedikit mendengkur. Dan walaupun kipas sudah mengarah ke Sajin, ia masih mengeluarkan keringat di dahinya.

"Kenapa dia bisa pingsan kak?"...

"Gak tau. Sehabis bocah itu selamat, tiba-tiba dia pingsan. Sempet melihat kalau nafasnya tak teratur. Seperti menunjukan sebuah gejala ketakutan..." Andam meletakan buku note kecil milik Sajin. Buku yang dipakai untuk perlombaan mendapatkan tanda tangan "... Jia, bisa kau jaga dia? Kakak ada urusan klub"

"Oke siap" Ucap Jia

Andam lalu pergi meninggalkan ruangan.

Pegal berdiri, Jia duduk di bangku. Ia mengeluarkan ponselnya karena mendapatkan puluhan notif dari pesan. Yang tak lain semuanya adalah perempuan.

Tepat jam setengah dua belas, mata Sajin terbuka lebar. Keringatnya sudah mengucur deras di dahi dan kening. Ia buru-buru bangkit duduk.

"Akh.....!" Ia mengerang lantaran sakit di kepala sampai kedua tangannya memijit kepalanya sendiri.

"Nah, akhirnya kami bangun juga..." Jia menyodorkan secangkir teh hangat di meja "... Diminum nih, pelan-pelan"

Sajin ragu menerimanya. Dengan tangan gemetar, ia menerima secangkir itu lalu meneguknya sedikit demi sedikit sampai habis.

"Terima kasih Jia..." Sajin memberikan cangkir kosong itu kepadanya "... Apa yang barusan terjadi? Dimana aku sekarang?"

"Tenang lah. Baru bangun, kepala di rileks dahulu..." Jia duduk di ranjang "... Kamu sekarang di UKS kampus"

"UKS? Memangnya apa yang barusan terjadi padaku...?" Sajin berusaha mengingat-ingat. Beberapa saat kemudian, matanya terbelalak "... Anak itu!!! Bagaimana anak itu sekarang?!!"

Jia memukul pelan kaki Sajin "Sudah kubilang untuk menenangkan diri dahulu"

Sajin menarik nafas dalam-dalam, lalu membuangnya "Jam berapa sekarang?"

"Jam setengah dua belas"

Sajin manggut-manggut "Antarkan aku ke Aula. Ada sesuatu yang harus diambil didalam tas" Ia turun dari ranjang. Sesekali ia menahan pusing di kepala

"Oke kalau begitu" Lalu Jia ikut turun dan membantu Sajin

Melihat buku note kecil yang tergeletak di buku, Sajin mengambilnya "Ini milik siapa?"

"Itu milikmu Jin"

Sajin mengerutkan alis. Tanpa basa basi, ia langsung memasukannya kedalam kantung celana.

.

Di aula pertama, sudah banyak mahasiswa angkatan baru yang berkumpul. Mengingat puncak selesai open house jam dua belas siang.

Banyak yang sedang mengobrol, makan camilan, bermain ponsel, kartu dan banyak lagi kegiatannya.

Sajin dan Jia masuk langsung menuju tas masing-masing lalu duduk. Sajin duduk bersandar di tiang besar aula, sedangkan Jia duduk di sebelahnya sembari memainkan ponselnya.

The DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang