9

31 6 0
                                    

Sajin mengambil tas dan kedua bunga krisantimum-nya yang sudah tergeletak trotoar. Di sekitar, banyak orang yang sedang saling telepon, ada yang mengobrol, ada pula yang sedang duduk-duduk.

Sajin menghela nafas panjang. Hatinya merasa lega melihat seluruh orang disekitarnya.

Ketika Sajin tertidur di bis, ia bermimpi kalau sewaktu bus ini berbelok di tikungan, tak sengaja bagian belakangnya menabrak mobil yang terparkir dan menyebabkan bagian tangki bensin itu penyok. Dan dengan bodohnya, telinga sang supir saat itu sedang disumpal headset. Jadi dia beranggapan kalau guncangan tadi berasal dari polisi tidur yang cukup tinggi. Ia terus menginjak pedal gas.

Dari tikungan tadi, sudah masuk ke daerah Jalan Garuda. Jalan ini termasuk daerah yang aneh. Sebab, sisi kiri jalan itu terdapat hamparan rumput yang cukup panjang dan diakhiri dengan hutan pepohonan pada bagian ujungnya. Sedangkan di sebelah sisi kanan, semuanya sudah berbentuk gedung-gedung tinggi pencakar langit. Ada hotel ada pula gedung perusahaan. Jalan rayanya juga hanya satu arah yaitu lurus bahkan sampai ujung sana tak terlihat sama sekali.

Supir bus menekan pedal gas cukup kuat. Lalu bus ini pun melaju kencang. Hingga dia tak sadar kalau perlahan-lahan jarum yang menunjukan isi tangki bensin itu semakin lama mengarah ke huruf E. Ketika supir melepas headset, melihat jalanan didepan sepi, dia semakin mengebut. Kecepatannya mencapai seratus kilometer per jam.

Disisi lain, seorang bapak-bapak keluar dari sebuah gedung hotel sembari berusaha memasukan berkas kertas kedalam kopernya. Selepas itu, dia mengambil rokok yang ia tempelkan ditelinga, lalu mulai kembali menghisap.

Bara api mulai menyala. Asapnya mengepul dan tertiup angin keatas, lalu menghilang. Melihat ada genangan air, bapak-bapak itu langsung melemparkan puntungnya kesana. Ia berpikir kalau air yang menggenang di jalanan itu adalah air asli.

Rokok itu berputar di udara dan akhirnya bara api menyentuh genangan. Seketika muncul api kecil yang mulai menjalar.

.

Semakin bus itu menerima tanggulan polisi tidur, semakin penyok bagian penutup bensin. Hal itu membuat tetesan bensin yang keluar itu berubah menjadi percikan air. Sepanjang bus berjalan, air itu terus menetes dan membentuk garis dibelakang bus.

"Halte Berikutnya"

Sajin terbangun dari tidur mendengar suara sang kenek. Ia buru-buru mengambil tasnya dan segera melompat turun keluar, sembari mengucek matanya.

"Tunggu" Suara khas Andam yang memanggil Sajin dari belakang. Sajin pun terheran mendengar suaranya. Ia berbalik.

"Bunganya tertinggal" Andam berdiri didepan pintu bus sembari menyodorkan dua paket bunga krisantimum milik Sajin.

Sajin semakin ragu menerimanya. Disisi lain ia ingin menerima paket bunga itu, tetapi yang lainnya bertanya apakah dia Andam atau bukan. Sebab, seluruh tubuh Andam sudah terbungkus pakaian yang dikenakannya.

"HOOOOOIIIIII" Sajin mendengar sayup-sayup suara teriakan dari arah kiri. Belum sempat memegang kedua paket bunganya, ia menoleh.

Matanya terkejut melihat ada api yang sedang berjalan menjalar di atas air. Dan api itu mengarah ke bus dihadapannya. Sajin semakin terkejut melihat tangki bensin bus ini sudah benar-benar rusak.

Lalu api itu mulai merambat kedalam tangki dan...

BUUUUUUUMMMMMMM.

Sajin refleks terpental kebelakang dan membentur dinding. Ia jatuh tersungkur. Jantungnya mendadak berdetak sangat cepat seakan-akan mau meledak. Ia tak sempat menutup telinganya karena saat itu juga Sajin langsung pingsan akibat penyakit saraf otak yang dia derita. Kedua bunga krisan itu jatuh dan terbakar. Semua penumpang bus didalamnya meninggal. Ada yang mayatnya hangus, ada yang berdarah-darah.

The DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang