8

42 8 1
                                    

"Kamu langsung ke kantor dosen Sutra kan?" Tanya Andam kepada Fandi.

"Eeeh..." Fandi membuka ponselnya "... Kayaknya enggak. Mata kuliahku sedikit lagi mulai. Kamu mau mengantarkan ini tidak?"

Andam menyodorkan tangannya "Biar aku saja yang memberikannya kalau begitu"

Setelah memberikan buku yang di pegang Fandi, ia langsung meninggalkan Andam.

Koridor sangat sepi. Tidak ada orang sama sekali. Mungkin karena mereka masih kuliah. Andam terus berjalan membawa kedua buku itu, hingga dia berhenti melihat seseorang yang sedang berdiri.

Andam mengerutkan alis melihatnya. Orang itu tidak lain adalah Sajin. Ia sedang berdiri melihat dompet yang ia pegang.

Andam semakin bingung ketika melihat Sajin meletakan dompet itu di lantai. Sajin menggaruk kepalanya. Ia mengedarkan pandangan. Beberapa saat kemudian, Sajin kembali mengambil dompet itu dari lantai.

Ia terkekeh melihat kelakuan Sajin yang kurang jelas. Saat ini, Sajin sedang bingung dengan dompet yang ia temukan.

Ketika Sajin membuka dompetnya, ia melihat ada KTP dosen Sutra didalamnya. Dia bingung ingin mengembalikannya atau tidak. Jika dia mengembalikan dompet ini, ia takut Sutra akan berasumsi kalau Sajin mencurinya.

Itu sebabnya Sajin kembali meletakkannya di lantai. Tetapi hatinya ingin sekali mengembalikan dompet itu kepada Sutra.

Sajin sekali lagi meletakan dompet itu di lantai. Hal itu membuat Andam semakin tertawa. Namun Andam terus berusaha agar Sajin tidak mendengar tawanya. Akhirnya, Andam malah menghampiri Sajin.

"Sedang ap..."

"Bukan aku yang mengam..." Sajin terkejut dan berbalik. Ia sampai mengusap dadanya berkali-kali. Namun ketika mata mereka saling bertatap, rasa keterkejutan Sajin menghilang begitu saja.

Andam yang ingin kembali bertanya, mulutnya mendadak kaku menatap mata Sajin. Pikirannya mendadak kosong.

Tangan dan kaki Sajin mulai gemetaran. Ia memasukan tangannya kedalam kantung celana "Ee..eh ada kak...Andam" Sajin kaku.

Duh.... Kenapa sih? Setiap kali aku bertemu dengannya, selalu kaku begini.

Andam masih terus diam. Ia tak henti menatap mata Sajin. Sampai pegangan tangannya terhadap buku, mulai melemas dan bukunya terjatuh.

BUK...

Hal itu membuyarkan lamunan Andam "Sedang apa kau" Andam mengutip kedua buku itu.

Sajin menarik nafas dalam-dalam "Aku menemukan dompet..." Sajin menunjuk dompet itu dilantai "... Ta..pi bingung ingin di...kembalikan...atau tidak"

Kok mulut kaku sih. Ada apa dengan aku Sajin bergumam.

Andam bungkuk dan mengambil dompet yang tergeletak, lalu membukanya. "Oh, ini milik dosen Sutra. Kau mau mengembalikannya?"

Ketika Andam menurunkan dompet, Sajin sudah menghilang begitu saja. Ia berlari menuju tikungan koridor, lalu berdiri di pojok sambil mengatur nafasnya.

"Kenapa sih...?" Nafasnya tak teratur "... Lebih baik aku pergi menjauh darinya. Sebelum semua mimpi itu terjadi" Sajin lanjut berlari.

Mendengar suara langkah larian, Andam hanya menggelengkan kepala "Sajin" Andam bergumam.

Andam teringat dengan buku yang dia pegang. Lalu ia lanjut melangkah.

.

Andam membuka pintu putih di hadapannya, lalu masuk kedalam. Andam melihat ada Sutra yang sedang berbungkuk di mejanya seperti mencari sesuatu.

The DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang