2

708 77 27
                                    

Hari berganti minggu seperti yang Nana tebak, Daddynya pasti berdusta kembali karena ini sudah minggu keempat Daddynya tidak pulang. Saint beberapa kali mencoba menghubungi tapi sayang nomor ponsel suaminya selalu di luar jangkauan.
Saat Saint menanyakan kabar Perth pada kedua orang tuanya, mereka selalu mencegah Saint agar ia tidak banyak bertanya akan keadaan Perth karena Perth saat ini baik-baik saja dan sedang bahagia bersama istri dan calon anaknya.

Mendengar kabar itu, Saint turut bahagia. Di mana keinginan mereka terwujud.

Keturunan…!!!

Itu yang selalu mereka dambakan dari Perth anak semata wayang itu.

“Daddy selalu bohong Papa…”

“Nana tidak boleh berkata seperti itu sayang….”

“Nyatanya, sudah lama Daddy tidak pulang…”

“Mungkin Daddy sibuk sayang…”

“Selalu itu..!!!” ketus gadis kecil itu merajuk seraya berlari ke kamarnya.
Saint hanya menatap sedih karena ia juga kecewa saat Perth lagi-lagi ingkar janji.

Akhirnya, keesokan harinya siapa yang mereka tunggu-tunggu datang. Nana dengan senangnya menyambut kedatangan Daddynya.
“Jangan sekarang Nana, Daddy lelah..!!” sarkas Perth menghindar saat Nana ingin memeluknya.

Bahkan Perth pergi begitu saja ke kamar meninggalkan Nana saat air mata gadis kecil itu mulai menetes.

“Daddy lelah sayang,,,,Nana jangan menangis na….emmm..” bujuk Saint lembut memeluk sayang gadis kecil yang kian menangis.

“Daddy berubah Papa…Hiks…Hiks..” Saint menggeleng seraya menangkup pipi Nana agar menatap matanya.

“Nana tidak boleh berkata seperti itu..”

“Tapi benar kan Papa..???”

Saint hanya diam sembari memeluk Nana kembali. Rasa sakit menggerogoti perasaannya saat Perth pulang kali ini. Tidak ada pelukan hangat, kecupan selamat datang, apalagi kata-kata lembut seperti yang selalu terlontar dari bibir pria yang selalu ia percaya itu.
Tapi Saint menepis prasangka Nana dengan mengingat Perth saat ini sedang ‘lelah’.

“Dengar sayang, Daddy lelah.. Mungkin nanti Daddy akan ke kamar Nana dan bermain Bersama Nana lagi emmm…”

“Benarkah..???”

“Benar sayang… sekarang Nana ke kamar na…”

Dengan anggukan kecil, Nana melangkah ke kamarnya. Sedangkan Saint mengumpulkan semua kepercayaannya karena semua ini hanya sekedar prasangka. Saat Saint berada di kamar, Perth telah tertidur pulas dengan baju kerja tercecer di lantai. Tidak terasa air mata Saint menetes melihat ini. Di mana ia menunggu janji itu, setelah janji itu ingkar pria ini datang dengan semaunya saja dan memperlakukan Saint seolah-olah tidak ada.

‘Apa komitmenmu sudah berubah sayang…??’
Lolos Saint dalam hati menatap Perth di atas tempat tidur.

Tidak ada perbincangan di antara mereka saat Perth terbangun dari tidurnya. Ia fokus dengan laptop yang ia bawa hingga malam semakin larut.

“Sudah larut, Nana harus tidur sayang…”
Nana menampakkan wajah semakin kecewa karena ia telah menunggu Daddynya meminta maaf karena telah ingkar janji.

“Nana benci..!!”

“Ssssttt…. Jangan berkata seperti itu….”

“Daddy selalu ingkar janji Papa…”
Saint mengusap pipi Nana lembut.

“Daddy sibuk….dia banyak pekerjaan…Nana harus mengerti sayang…”
Nana mendengus kesal karena lagi-lagi Saint mengatakan itu.

“Baiklah…” lirih Nana masuk ke dalam kamarnya.

𝙾𝚗𝚎 𝙺𝚘𝚖𝚖𝚒𝚝𝚖𝚎𝚗 (Perth"Saint) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang