Terlambat

60 4 1
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 06.00, namun Emilia atau biasa dipanggil Mili nampaknya masih belum terbangun dari tidurnya, dan masih tenggelam dalam mimpi yang telah ia rajut semalam di balik selimutnya.

" Mili, bangun ini udah jam berapa nanti telat ke sekolah" teriak ibu yang ada di dalam dapur sudah siap dengan sarapan.

" Bentar lagi Bun, masih enak buat tidur apalagi cuaca sejuk gini" ucap Emilia yang masih sembunyi didalam selimutnya.

Sedangkan Ayah yang pagi hari sudah mendengar ocehan segera menghampiri kamar Mili dan membangunkannya, ibu Mili yang khawatir dengan kemarahan Ayah Mili mencoba mengikuti dari belakang.

"Bangun Mili, ini udah jam berapa kamu nanti telat ke sekolah jangan males kamu udah besar cewek pula, mana ada cewek jam segini masih molor". ucap Ayah sambil menarik selimut Mili dan membangunkannya secara paksa.

Mili yang takut jika Ayahnya sedang marah langsung bergegas ke kamar mandi dan bersiap- siap ke sekolah meskipun masih terus menguap.

Dia yang masih lugu belum begitu memperhatikan penampilan karena umurnya yg masih belia dan masih kelas 6 SD hanya membutuhkan waktu sebentar untuk bersiap.

Setelah selesai mandi dan ganti pakaian ia menuruni tangga menuju meja makan untuk sarapan, meskipun dalam hati Mili masih menggerutu pada Ayahnya. namun nyatanya Mili tetap takut pada Ayahnya yang galak.

" Bun, hari ini yang anterin aku siapa? Bunda atau Ayah? " tanya Mili pada Bunda sambil membalikkan piringnya dan sarapan.

" Ayah Li karena bunda lagi nggak enak badan, setelah ini mau istirahat" ucap ibu sambil menyendokan nasi ke piring Mili.

Mili yang selalu khawatir dan sayang dengan ibunya merasa bersalah karena susah sekali jika bunda yang membangunkan.

" Tapi bunda nggak papa kan? Nanti berobat ya. Setelah Ayah anter aku "

~ Ayah langsung memotong pembicaraan Mili dan bunda~

" Li, kamu nggak usah khawatir, cepet selesaikan sarapanmu dulu setelah itu langsung berangkat udah keburu telat ke sekolah lagipula Ayah mau kerja "

Saking asyiknya mereka berbincang- bincang lupa jika waktu terus berputar dan semakin siang. Ayah dan Mili pun berangkat dengan terburu- buru mengebut di perjalanan berusaha tepat  waktu, namun tetap saja gerbang sudah hampir ditutup. syukur pak satpam masih mengizinkannya masuk meskipun tetap harus di hukum di jam pelajaran pertama. Ayahnya pun memarahi dan menyalahkannya atas keterlambatannya bangun.

Semakin hari Mili selalu dibuat kesal dengan sikap Ayahnya dan membuatnya tidak terlalu dekat dengan Ayahnya.

Bersambung...

Putri AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang