◖02 - 𝐮𝐰𝐚𝐛𝐚𝐤𝐢◗

712 73 66
                                    

❝terimakasih... Tapi maaf, aku tidak bisa dengan mudah mempercayaimu❞
______________________________________

"Eh? Dimana... Dimana uwabaki-ku?"

"Saa, Giyuu~ kau sedang mencari uwabaki milikmu, ya?" Tersenyum miring, pemuda tanpa nama alias figuran ini menepuk pundak Giyuu dengan pelan, lalu merangkulnya.

Giyuu menoleh spontan, "dimana uwabaki ku?" Tanya nya dengan suara bergetar.

"Eeh~ santai aja dong, are? Wah~ ini luka barumu, Giyuu? Ini dari ayahmu atau ibumu?"

Mendecih tertahan, Giyuu melepaskan rangkulan itu secara paksa, melangkahkan kaki jenjangnya ke arah yang berlawanan.

"Wah, terburu-buru sekali, mau mencari uwabaki, ya? Yahh, semoga berhasil," Pemuda itu pergi dari tempatnya sembari tersenyum mengejek.

Giyuu tidak peduli, ia kembali mengecek disetiap kotak sampah yang ada, bahkan di sela-sela tempat yang ia rasa mungkin menjadi tempat yang pas untuk menyembunyikan uwabaki miliknya.

.

.

.

.

.

.

"Ara? Uwabaki milik siapa ini?" Sahut seorang gadis dengan netra amethyst miliknya.

"Ano, kaichou, berkas yang ini... Are? Uwabaki milik siapa...?"

"Ah, Mitsuri-san," Gadis yang berpangkat sebagai ketua osis itu tersenyum, "entahlah,"

"Siapa yang telah membuang uwabaki miliknya sendiri?"

Pemilik netra amethyst itu menggeleng pelan, "tapi, Mitsuri-san, dia pasti tidak mungkin membuang uwabaki miliknya sendiri, kan? Apakah terjadi kasus pembullyan? Mungkinkah jika ada orang lain yang tertindas?"

"Oh, bisa jadi. Dilihat dari ukurannya, kurasa itu uwabaki milik anak laki-laki," Timpal gadis dengan surai sewarna sakura mochi itu lagi.

"Tapi siapa--"

"Ano-- Sumimasen senpai! Uwabaki... Apakah uwabaki itu milikku?"

Gadis bersurai hitam gradasi ungu itu menoleh, mendapati seorang pemuda dengan surai hitam pendek dan perban kecil di wajahnya, "ah, apakah ini milikmu?"

"Ah... Iya..."

"Huwaa~ ikemen da!"

"E... Eh?" Giyuu menunjuk wajahnya dengan polos, "boku?"

Mitsuri mengangguk cepat, "nee, nee, apakah uwabaki itu milikmu?"

"Ah iya, terima kasih senpai," Giyuu mengambil uwabaki miliknya, membungkukkan badannya, dan dengan segera melangkahkan kaki jenjangnya menjauh dari kedua gadis manis dengan pangkat ketua osis dan bendahara.

"Ah, tunggu dulu!"

Pemuda itu berbalik, "ya?"

Gadis dengan netra amethyst itu mendekat ke arah Giyuu, "luka itu... Boleh aku mengobatinya?"

"Eh?"

🌙

"Nah, sudah selesai,"

Giyuu terkesiap, lalu mengangguk malu, "te--terima kasih, senpai."

Gadis itu mengangguk, "Kochou Shinobu desu."

Giyuu menelan ludahnya. Sungguh, ia sungguh tidak sudi memakai marga milik ayahnya, namun, apa boleh buat kan?

"Ah--eum, Tomioka Giyuu desu..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

🌼- Uwabaki | GiyuShinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang